Liputan6.com, Jakarta - Suara Anak Penyandang Disabilitas (SAPD) yang diselenggarakan Deputi Bidang Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), bekerjasama dengan Musik Hana Midori, memasuki rapat proses penjurian.
Rapat juri Suara Anak Penyandang Disabilitas ini diketuai Prof Irwanto, Ph.D, dengan anggota Dewi Tjakrawinata, Dra Eva Rahmi Kasim, MDS, Rina Prasarani, dan Angkie Yudistia.
Baca Juga
Advertisement
Suara Anak Penyandang Disabilitas telah diselenggarakan sejak April hingga Juni 2019. “Ini merupakan kegiatan yang mengajak para penyandang disabilitas untuk menulis, dan menyampaikan aspirasi mereka, tentang apa yang mereka rasakan,” kata Nahar SH, M.Si, Deputi Bidang Perlindungan Anak di Margo Hotel, Depok, Jawa Barat (21/6/2019).
“Atau dalam bahasa anak sekarang, tulisan itu semacam curhat mereka tentang apa yang ada di sekeliling mereka. Dan Alhamdulillah terkumpul 103 naskah yang akan dievaluasi oleh para juri,” kata Nahar lagi.
Momen yang Baik
Menurut Nahar, proses rapat ini menjadi momen yang baik, untuk mencari naskah yang di dalamnya termuat unsur pemenuhan khusus untuk hak anak, terutama hak anak disabilitas.
“Di mana ini terkait dengan hak hidup, hak tumbuh kembang, hak mendapat perlindungan, partisipasi. Sehingga kita berharap menemukan pola di mana anak-anak disabilitas itu juga akan bebas dari kekerasan,” lanjut Nahar
Peserta yang mengirimkan tulisan datang beragam kategori disabilitas (yakni fisik, intelektual, mental, sensorik dan disabilitas ganda).
“Dan curhatan dari masing-masing kategori disabilitas ini, akan dipilih 3 Penyaji Terbaik. Mereka yang terpilih, akan diundang untuk hadir saat Pengumuman yakni di acara Peringatan Hari Anak Nasional, 12 Juli 2019 di Palembang,” kata Yen Sinaringati dari Musik Hana Midori, Produser Pelaksana acara ini.
Advertisement
Lompatan Aspirasi
Prof Irwanto Ph. D, ketua dewan juri SAPD menyebut kagum dengan antusias peserta yang mengirimkan curhatan mereka.
“Banyak lompatan aspirasi yang ditulis peserta dan kadang tak terbayangkan. Misalnya, ada ingin menjadi design grafis untuk gamers online dan kepala stasiun kereta api karena suka dengan Kereta Api,” kata dosen di beberapa universitas ini.
Menurut Prof Irwanto curhatan yang berisi aspirasi ini, menjadi peluang bagi pemerintah untuk mewujudkannya agar bisa memenuhi kebutuhan mereka.
“Anak-anak, termasuk di dalamnya para penyandang disabilitas adalah investasi jangka panjang. Kelak anak-anak ini bukan menjadi ongkos lagi bagi pemerintah, namun menjadi modal pembangunan!” tandasnya.