Liputan6.com, Jakarta - Fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) PT Smelting Gresik menambah serapan tembaga olahan (konsentrat tembaga) dari PT Amman Mineral Nusa Tenggara. Hal ini disebabkan menurunya kualitas konsentrat tembaga dari Freeport Indoneia.
Senior Manager Technical Eksternal Smelting Gresik Bouman T Situmorang mengatakan, pada tahun ini Smelter Smelting menyerap 100 ribu ton konsentrat tembaga, naik dari 2018 sebesar 20 ribu ton konsentrat tembaga.
"Tahun ini kita menyerap 100 ribu ton dari Amman Mineral," kata Bouman, di Jakarta, Sabtu (22/6/2019).
Meningkatnya serapan konsentrat tembaga Amman Mineral Nusa Tenggara pada Smelter Smelting Gresik, disebabkan kualitas pasokan konsentrat tembaga dari Freeport Indonesia yang mengalami penurunan produksi bijih tembaga, akibat perpindahan lokasi pertambangan dari atas permukaan menjadi di bawah tanah.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Bouman, kardar timbal (PB) dari produksi konsentrat tembaga terakhir dari tambang terbuka Freeport Indonesia tinggi, sehingga perlu dicampur dengan konsentrat tembaga dari Amman Minera Nusa Tenggara.
"Jadi dari Amman. Pengotor dari Freeport tinggi, kita kesusahan harus blending. Kita cari konsentrat yang bersih, Amman PB-nya rendah, gabung dengan PT Freeport Indonesia," tuturnya.
Menurut Bouman, dengan pada tahun ini Smelting Gresik akan mengoptimalkan kapasitas smelternya dalam mengelola konsentrat yaitu sebesar 1,1 juta ton, meningkat dari tahun sebelumnya sebanyak 900 ribu ton. Pasokan konsentrat terseut berasal dari Freeport Indonesia sebanyak 1 juta ton sedangkan sisanya dari Amman Mineral Nusa Tenggara.
"Dua Sumber bahan baku di Indonesia yaitu Freeport dan Amman Mineral Nusa Tenggara, saat ini paling banyak dari Freeport Indonesia," tandasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Produksi Freeport Turun, Smelter Smelting Tetap Beroperasi Optimal
Sebelumnya, PT Smelting berkomitmen untuk mengoptimalkan operasional fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga, di Gresik, Jawa Timur, meski bahan baku konsentrat tembaga yang dipasok dari PT Freeport Indonesia akan menurun.
Manager General Affair Smelting, Sapto Hadi mengatakan, produksi tembaga olahan (konsentrat tembaga) dari tambang Freeport Indonesia di Grasberg di Papua akan menurun, akibat peralihan metode pertambangan dari penambangan terbuka menjadi penambangan bawah tanah.
"Saat ini kita menerima konsentrat tembaga dari Freeport 1,1 juta per tahun, kami tetap menerima dari Freeport meski sedang turun," kata Sapto, di Jakarta, pada Senin 11 Februari 2019.
BACA JUGA
Meski begitu, Sapto tetap optimistis smelter yang bermitra dengan Mitsubishi tersebut akan berproduksi optimal, tidak terpengaruh penurunan produksi konsentrat Freeport.
Sebab perusahaan tabang asal Amerika Serikat tersebut sudah berkomitmen untuk memasok seluruh produksi Smelting yang diperkirakan 1,1 juta ton konsentrat tembaga.
Dari 1,1 juta ton konsentrat tembaga akan menghasilkan 291 ribu ton produk utama katoda tembaga dengan tingkat kemurnian 99,99 persen dan produksi samping 1.04 juta ton Sulphuric Acid (Asam Sulfat) dan sekitar 805 ribu ton terak tembaga (copper slag).
"Dengan proyeksi produksi seperti itu, PTS masih tetap bisa menjaga komitmen untuk memenuhi pasokan katoda tembaga terbaik ke pelanggannya, baik di dalam negeri maupun luar negeri," tutur dia.
PTS juga tetap mampu menjaga komitmen untuk mendukung program ketahanan pangan pemerintah melalui pasokan asam sulfat ke pabrik pupuk Petro Kimia Gresik. Juga berkomitmen kepada industri semen, beton, dan galangan Kapal yang memerlukan pasokan slag tembaga.
Selain itu, PTS juga akan tetap mampu menjaga kontribusinya dalam menjaga neraca perdagangan Jatim. Seperti diketahui, produk PT Smelting, selama ini menjadi kontributor terbesar kedua komoditas ekspor Jatim.
Advertisement