Liputan6.com, Phnom Penh - Pemerintah Kamboja mengatakan pada Minggu, 23 Juni 2019 bahwa jumlah korban tewas akibat ambruknya sebuah gedung bertambah, dari sebelumnya 13 menjadi 18 orang. Di antara yang meninggal adalah tiga perempuan.
Sementara 24 orang lainnya dilaporkan dalam kondisi luka-luka.
Mengutip Channel News Asia, Minggu (23/6/2019), setidaknya 1.000 pekerja penyelamat, tentara, polisi, petugas medis, dan ahli konstruksi China telah dikerahkan ke lokasi tersebut. Beberapa mengenakan topi pengaman dan tangki oksigen.
Baca Juga
Advertisement
Satu orang berhasil diselamatkan dari puing-puing dalam kondisi hidup pada Sabtu malam, menjadi korban selamat terakhir yang dilaporkan hingga Minggu sore.
Seorang pejabat provinsi mengatakan "tim telah mencari sekitar 40 persen dari puing-puing", memicu kekhawatiran bahwa jumlah korban akan meningkat.
"Kami khawatir lebih banyak jasad terperangkap di puing-puing karena pencarian belum mencapai bagian bawah gedung," kata seorang pejabat di Kamboja kepada AFP, yang meminta anonimitas.
Tidak jelas berapa banyak orang yang berada di lokasi pada saat bangunan itu ambruk.
Insiden nahas terjadi pada Sabtu, 22 Juni 2019, menimpa struktur baja dan beton tujuh lantai di Kota Sihanoukville, sebelah barat ibu kota Phnom Penh Kamboja. Proyek itu diketahui milik China.
"Struktur baja telah runtuh dengan sendirinya," kata juru bicara Oar Saroeun kepada Reuters. "Kami hanya bisa menunggu dan mendengarkan tanda-tanda kehidupan," lanjut sumber itu.
"Kami khawatir lebih banyak dari itu akan runtuh mengenai mereka ... Kami akan bekerja sepanjang malam untuk melepas baja," katanya pada Sabtu malam.
Saat ini, kepolisian Kamboja telah menahan empat orang untuk diinterogasi terkait dengan insiden pada Sabtu. Termasuk di antaranya tiga pengawas konstruksi, menurut pernyataan dari provinsi yang bersangkutan.
Kesaksian Korban Selamat
Seorang korban selamat, Phat Sophal, menuturkan kepada AFP tentang apa yang ia alami dalam insiden nahas hari Sabtu.
"Saya sangat beruntung masih hidup," kata Phat Sophal.
Insiden itu terjadi sebelum fajar saat para pekerja masih tidur. Phat Sophal dan rekan-rekan pekerjanya tiba-tiba ditimbun material dari bangunan yang runtuh. Phat Sophal mengatakan, ia telah menghabiskan sekitar enam jam terperangkap dalam puing-puing, sebelum ditarik oleh penyelamat pada Sabtu pagi.
"Sekitar jam 4 pagi ada 'ledakan' yang keras ... lantai saya bergetar, tiba-tiba bangunan itu roboh. Saya diremukkan oleh puing-puing dari pinggang ke bawah," katanya.
"Keponakan dan ipar saya juga tidur di dekat saya. Semua orang berteriak dan menangis minta tolong. Beberapa saat kemudian saya berhenti mendengar mereka.
"Kurasa mereka tidak selamat," lanjutnya getir.
Sekitar 70 pekerja sedang tidur di lantai dua, tiga dan empat dari bangunan tujuh lantai, katanya.
Provinsi Preah Sihanouk dan kota terbesarnya, Sihanoukville, Kamboja telah mengalami lonjakan investasi dalam beberapa tahun terakhir dari Tiongkok, terutama ke sektor kasino, properti, dan pariwisata.
Adapun kota ini merupakan rumah bagi pelabuhan terbesar di Kamboja dan Zona Ekonomi Khusus Tiongkok yang terhubung dengan Belt and Road Initiatve milik China. Lebih lanjut, kota ini juga tengah mengalami booming konstruksi untuk melayani wisatawan dan investor Tiongkok yang sedang tumbuh.
Advertisement
Kondisi Buruh Konstruksi di Kamboja
Diperkirakan terdapat 200.000 pekerja konstruksi di Kamboja - sekitar 11 persen dari sektor pekerjaan informal. Sebagian besar dari mereka tidak terampil, dibayar dengan upah harian, dan tidak dilindungi oleh peraturan serikat pekerja, menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO).
Kamboja belum mengimbangi booming konstruksi "untuk memastikan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja sektor ini," kata ILO.