Liputan6.com, Jakarta Harga emas melonjak ke level tertinggi dalam enam tahun pada pekan lalu, di kisaran USD 1.411 per ounce. Lonjakan harga di tengah kekhawatiran meningkatnya situasi geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan Iran.
Penyebab lain, kekhawatiran atas perlambatan global setelah Fed AS mengurangi perkiraan pertumbuhannya. Ada kepercayaan jika Bank Sentral AS (The Fed) akan menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) pada tahun ini.
Baca Juga
Advertisement
Penguatan harga emas terjadi karena permintaan safe haven untuk logam kuning meningkat secara signifikan usai Iran menembak jatuh drone militer AS, yang dinilai Washington sebagai tindakan agresi.
Mengutip laman Economictimes, Senin (24/6/2019), harga emas diprediksi dapat terus menguat selama beberapa hari ke depan. Pasar kali ini akan memantau hasil pertemuan G20 pada akhir pekan ini.
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping berencana untuk bertemu langsung untuk membahas soal masalah perdagangan pada pertemuan G-20.
Beberapa koreksi dalam emas menjelang pertemuan itu tidak dapat dikesampingkan. Tetapi jika AS memutuskan untuk mengambil sikap agresif di Asia Barat, harga emas bisa kembali meningkat.
Kontrak MCX Gold pada Agustus 2019 diperkirakan akan diperdagangkan pada rentang Rs 33.500-34.800. Kondisi harga ini membuka peluang investor kesempatan untuk membeli pada saat turun.
Harga Emas Pekan Lalu
Harga emas mencapai level tertinggi dalam hampir enam tahun pada perdagangan Jumat, didukung oleh ekspektasi kebijakan moneter yang lebih longgar di AS.
Mengutip CNBC, Sabtu (22/6/2019), harga emas berjangka diperdagangkan naik hingga USD 1.415,40 per ounce tetapi kemudian mengalami penurunan. Sedangkan harga emas berjangka diperdagangkan di kisaran USD 1,401,60 per ounce.
Di awal pekan, Bank Sentral AS membuka pintu kemungkinan penurunan suku bunga acuan di rapat yang akan datang. Pernyataan tersebut mendorong imbal hasil surat utang AS turun hingga di bawah 2 persen yang merupakan level psikologis dan terjadi untuk pertama kalinya sejak November 2016.
Baca Juga
Sedangkan The U.S. dollar index berada di angka 96,687 setelah menyentuh level di atas 97,6 pada awal pekan.
"Ketika suku bunga turun, dolar AS kemungkinan akan melemah juga dan mendorong investor menjadi emas di depan segala kelemahan tersebut," jelas David Lennox, analis di Fat Prophets.
"Harga emas telah pulih dari posisi terendah mereka dan kami pikir kenaikan ini bisa berkelanjutan," tulis analis DBS Group Research Singapura dalam sebuah catatan.
"Meningkatnya ketegangan politik, imbal hasil obligasi yang lebih rendah di ambang pembalikan harus membuat sisa 2019 sangat menarik untuk harga emas," lanjut dia.
Advertisement