Pemain Batu Bara se-Asia Kumpul di Ajang Coaltrans 2019

Indonesia diakui dunia sebagai pemain batu bara dalam ajang Coaltrans, baik dari sisi produksi, penggunaan, dan ekspor.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 24 Jun 2019, 12:00 WIB
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi Sumber Daya Mineral ‎(ESDM) Bambang Gatot membuka secara resmi Coaltrans 2019 di Nusa Dua Bali,‎ Senin (24/6/2019). (Pebrianto Eko Wicaksono)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia menjadi tuan rumah konfrensi batubara se-Asia atau Coal Trans Asia 2019, ajang ini menunjukan eksistensi Indonesia sebagai produsen batu bara di kalangan internasional.

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi Sumber Daya Mineral ‎(ESDM) Bambang Gatot mengatakan, Indonesia masih diakui dunia sebagai pemain batu bara dalam ajang Coaltrans, baik dari sisi produksi, penggunaan, dan ekspor.

‎"Coaltrans ini paling tidak kita tetap diakui dunia sebagai produsen batu bara yang penting," kata Bambang, saat membuka Coaltrans 2019, di Nusa Dua Bali,‎ Senin (24/6/2019).

Menurut Bambang, pemerintah memiliki tantangan untuk membenahi pertambangan batubara, sebab cadangan batu bara yang dimiliki tidak basar. Sebab itu perlu ditingkatkan kegiatan pencarian cadangan dengan mengedepankan aspek ramah lingkungan.

"Jadi kita masih dipandang dunia, walaupun memang cadangan kita enggak sebesar negara-negara yang punya cadangan besar seperti China, Itali dan sebagainya dan itu menjadi tantangan pemerintah," tuturnya.

Ketua Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Pandu Sjahrir mengungkapkan, ‎untuk menjaga kelestarian lingkungan dalam penggunaan batu bara membutuhkan biaya tambahan, sebab harus menyiapkan teknologi yang ramah lingkungan. Saat ini pun sudah terapkan pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang mampu menyerap karbon hasil pembakaran batu bara (carbon capture).

"Jadi bukan hanya ketahanan aja, tapi keberlanjutan dan lingkungan. Jadi lingkugan suda jadi agenda utama, tapi ya efeknya pembangkut costnya harus kita tambah karena kan harus dikelola," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Industri Semen Minta Jatah DMO Batu Bara

Pekerja Batu Bara (iStock)

Direktur Utama PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Christian Kartawijaya, mengharapkan agar industri semen masuk dalam kewajiban pemenuhan batu bara untuk kebutuhan dalam negeri atau Domestic Market Obligation.

"Harga batu bara lagi turun, tapi memang kita pakai low coal, lagi banyak saingan karena china lagi band Australia coal. Kita punya coal cenderung naik," kata dia saat ditemui di Wisma Indocement, Jakarta, Selasa (21/5/2019).

Pihaknya mencatat, pasca China menahan impor batu bara dari Australia terjadi kenaikan harga batu bara kalori rendah Indonesia. Harga batu bara kalori rendah yang sebesar USD 30 per ton di awal Januari naik menjadi USD 38 per ton di akhir Maret.

"Kami harapkan sebagai pemain semen, DMO, domestic market obligation, kita berharap pabrikan semen mendapat itu, domestic market obligation," ujarnya.

Sejauh ini, hanya PT PLN (Persero) saja yang mendapatkan pasokan batu bara DMO. Pihaknya berharap bisa mendapat bagian dari DMO, sebab Industri semen merupakan konsumen batu bara nomor dua setelah PLN.

"Karena kita juga salah satu yang konsumsi batubara yang cukup besar. Jadi yang paling besar kan PLN, yang kedua ya Industri semen," tandasnya.


Tingkatkan Bisnis, Pengusaha Batu Bara Indonesia dan China Bersinergi

Tambang batu bara di Kalimantan (Foto: Saeroni Liputan6.com)

Pengusaha batu bara yang tergabung dalam Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) menjalin kerjasama dengan asosiasi pertambangan batu bara China, China National Coal Association, untuk mengantisipasi kebijakan pemerintah negeri tirai bambu tersebut.

ketua Umum APBI Pandu Sjahrir mengatakan, APBI akan menandatangani nota Kesepahaman dengan asosiasi Pertambangan batu bara China, hal ini untuk melancarkan hubungan bisnis batu bara Indonesia dengan China, dengan mengantisipasi kebijakan pemerintah China.

"Kita ada MoU dengan CNC (APBI China). Jadi ini lebih untuk melindungi secara policy, jadi kita punya akses langsung ke policy maker di sana," kata Pandu, di Jakarta, Jumat (17/5/2019).

Pandu menambahkan, dengan Kerjasama ini pengusaha batu bara Indonesia bisa mengetahui secara langsung kebijakan yang akan diambil Pemerintah China, sehingga pengusaha batu barabisa mengantisipasi dampak atas kebijakan yang diambil.

"Bagusnya mereka ada akses, kita paling nggak membangun relasi, biar saling tahu. Dan ini juga kepentingan kita," tuturnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya