Kolam Renang hingga AC, Cara Paris Hadapi Gelombang Panas Ekstrem

Ibu kota Prancis, Paris, tengah bersiaga menghadapi dampak buruk dari gelombang panas ekstrem.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 24 Jun 2019, 13:35 WIB
Ilustrasi gelombang panas di kota Paris, Prancis (AFP/Gerard Julien)

Liputan6.com, Paris - Banyak kolam renang di Paris menambah jam operasionalnya hingga malam hari, taman-taman umum tetap buka sepanjang waktu, dan banyak ruangan berpendingin udara dihadirkan di berbagai gedung pemerintahan, sebagai persiapan ibu kota Prancis itu dalam menghadapi ancaman gelombang panas ekstrem.

Dikutip dari The Guardian pada Senin (24/6/2019), Paris masih menyimpan trauma gelombang panas 2003, yang menyebabkan ribuan kematian di banyak wilayah Perancis, sehingga membuat banyak kamar jenazah kehabisan ruang.

Untuk menghadapi ancaman gelombang panas kali ini, pemerintah Paris, dan Prancis pada umumnya, akan memfokuskan akses darurat pada penduduk lanjut usia dan mereka yang hidup sendiri tanpa kontak dengan tetangga.

Khusus di Paris, pemerintah setempat menghadirkan saluran telepon khusus 24 jam, dan ruangan berpendingin udara yang bisa digunakan gratis antara pukul 14.00 hingga 18.00 di seluruh pelosok kota berjuluk City of Lights itu.

Walikota Paris, Anne Hidalgo, mengatakan pada hari Minggu bahwa sebanyak delapan kolam renang utama akan tetap buka setelah pukul 22:00 waktu setempat, dan berenang akan diizinkan di cekungan kanal di La Villette.

Dia juga mengatakan tiga kolam renang temporer akan didirikan di daerah berpenduduk padat dan berpenghasilan rendah di pinggiran Paris, yang akan dibuka bebas untuk umum.


Ruang Hijau di Paris Relatif Sedikit

Foto udara dari lukisan raksasa "Beyond Walls" karya seniman jalanan Prancis, Saype, yang terbentang di halaman Champs de Mars, depan Menara Eiffel di Paris, 13 Juni 2019. Karya berukuran 600 meter itu bentuk dukungan kepada organisasi amal penyelamat migran, SOS Mediterranee. (Eric FEFERBERG/AFP)

Dibandingkan kota-kota besar Eropa lainnya, Paris memiliki ruang hijau yang relatif sedikit, dan telah bertahun-tahun berupaya menghijaukan wilayahnya guna menghalau dampak buruk dari gelombang panas yang dipantulkan oleh bangunan dan jalan.

Hidalgo mengatakan kepada Journal du Dimanche bahwa 13 taman besar akan tetap buka sepanjang malam, jika gelombang panas yang diantisipasi suhunya berada satu atau dua derajat lebih rendah dari yang terjadi pada 2003 lalu.

Ditambahkan olehnya, lima taman lagi akan dibuka jika gelombang panas berlanjut.

Populasi tunawisma yang terus bertambah di Paris, di mana mencakup sejumlah besar imigran yang mendirikan tenda di bawah jembatan dan mereka yang berkeliaran di jalan, juga menjadi perhatian khusus pemerintah terkait dampak gelombang panas.

Hidalgo mengatakan 5.000 botol minum isi ulang akan didistribusikan kepada para tunawisma, dan lebih dari 1.000 pancuran air minum ditambahkan di seluruh kota.

Lebih dari itu, para sukarelawan juga akan diminta meningkatan patroli mereka ke seluruh penjuru kota untuk memerikan keberadaan tunawisma.


Tidak Ada Cukup Dana untuk Membantu Tunawisma

Seorang pria berjalan di gimnasium yang ditempati oleh para migran di lycee Jeanne-Bernard di Saint-Herblain, di luar Nantes, Prancis barat (28/3). Sekitar 250 imigran saat ini tinggal di tempat tersebut. (AFP Photo/Loic Venance)

Masih terkait isu tunawisma, pusat bantuan terkait di La Chapelle, sebuah derah yang banyak dihuni oleh imigran ilegal dan para pengungsi, akan tetap buka selama tujuh hari sepekan, dengan kapasitas 400 layanan per hari.

Para pemerhati isu terkait telah lama mengeluh bahwa tidak ada cukup dukungan sepanjang tahun terhadap pada tunawisma di kota-kota Prancis.

Sementara itu di Paris, banyak ruang gawat darurat di rumah sakit setempat bersiap menerima peningkatan jumlah pasien.

Mereka mengatakan akan sama siaganya seperti menghadapi potensi korban pada serangkaian unjuk rasa rompi kuning yang menentang kepemimpinan Presiden Emmanuel Macron.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya