Liputan6.com, Jakarta Benyamin (50) yang bertempat tinggal di RT 11 RW 04 kelurahan Bakunase Kecamatan Kota raja merupakan salah satu warga yang tidak mampu untuk menyambung listrik di rumahnya.
"Hidup saya susah, istri beta (saya) pergi TKW, dan sekarang beta dengan anak dua orang hidupnya pergi dari tempat satu ke tempat lain hingga sekarang menetap disini"ungkapnya
Advertisement
Lanjutnya, Keseharian beta ingin berkembang tapi belum jelas, siang-malam hanya menanam sayur dari jam 2 pagi ke pasar lalu ke sawah bantu- bantu garap sawah orang.imbuhnya
Anak laki-laki besar sudah tamat SMA namun ijazah masih di sekolah sampai sekarang ditahan karena tidak punya biaya.
Benyamin yang biasa dipanggil to'o sama orang pendapatannya tidak menentu, kesehariannya hanyalah membantu orang dan mendapat uang sebesar Rp5000 hingga atau terkadang 50.000 sampai seratus ribu dalam tiga hari, lalu kasih juga ke anak untuk ke sekolah agar senang.
Akhirnya Listrik Hadir dalam Kehidupan Benyamin
Awalnya ada warga datang tanya sama anak laki- laki besar, sudah ada listrik belum, dia jawab belum, karena sebelumnya kami hanya menggunakan pelita, lalu sempat menumpang listrik dari rumah tetangga, mau pakai aja mikir dan pakai hati dan kami harus ikut patungan membayar ke tetangga tiap membeli pulsa listrik tiap membeli
Tambahnya, berikutnya ada yang datang kasih tahu ke beta untuk dapat listrik, beta son (tidak) percaya dan akhirnya beta kasih KTP dan diminta tunggu tanggal 19 Mei 2019, rasanya sudah senang kepingin kayak orang -orang punya listrik, tapi cari duit setengah mati.ungkapnya
Ternyata tanggal 13 Mei 2019 siang ada petugas datang pasang instalasi, bahkan sampai meteran juga dapat, beta lepas pekerjaan, beta datang, beta senang sekarang masuk listrik tidak ada dipungut biaya, gope (Rp500) pun tidak oleh petugas PLN yang sudah tanggap kerja keras dan kerja dengan hati melayani kami warga tidak mampu, dengan rasa haru bercampur bahagia.
"Sekarang listrik sudah ada, penerangan ke kamar mandi ada, anak-anak yang dulu terbatas oleh cahaya dengan tetangga sekarang sudah punya listrik sendiri," pungkasnya.
CSR PLN Peduli Sambung 11 Ribu Listrik Gratis di NTT
PLN Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Timur melalui Program PLN Peduli memberikan bantuan penyambungan bagi 11.000 bantuan CSR Listrik Subsidi Gratis bagi warga yang tidak mampu dimana Bantuan diberikan secara simbolis oleh Menteri ESDM Ignasius Jonan didampingi Direktur Regional JBTBN (Jawa Bali dan Nusa Tenggara).
Dalam acara peresmian PLTMG MPP Flores 20 MW di Dusun Rangko, Desa Tanjung Boleng, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (11/4) dan sudah rampung selesai terpasang menyala pada 2 Juni 2019
General Manager PLN UIW NTT Ignatius Rendroyoko menyampaikan bantuan tersebut untuk selain meningkatkan Rasio Elektrifikasi jug untuk kesejahteraan masyarakat khususnya menengah kebawah.
"Ini baru awal, masih banyak masyarakat lain diluar sana yang belum menikmati listrik karena tidak mampu, oleh karena itu PLN melalui Program PLN Peduli memberikan 11.000 mulai instalasi sampai meteran terpasang bagi warga dalam kurun waktu dua bulan," Ignatius.
Senior Manager Niaga dan PP, Andhoko Soeyono menambahkan bahwa target PLN 11.000 bisa ditengahkan tiap hari teman-teman terus bekerja menyambung sehari 183 kepala keluarga tinggal sekarang sudah tersambung semua dan menyala. Ia berharap sambungan listrik sudah diberikan, yakin masyarakat akan lebih produktif.
"Anak-anak kita kalau malam hari juga bisa belajar dengan tenang serta aktivitas masyarakat bisa dilakukan sampai malam hari," ujarnya.
Selain itu, ternyata tidak hanya 11.000 masih banyak Benyamin, Benyamin lain yang hendak ingin memasang listrik tapi tidak mampu dengan biaya tersebut. Untuk meningkatkan program sambungan listrik gratis bagi masyarakat tidak mampu, tentunya peran serta dari pemerintah daerah (kabupaten/kota maupun provinsi) sangat diharapkan.
Data masyarakat tidak mampu yang masuk dalam Basis Data Terpadu (BDT) TNP2K ataupun masyarakat tidak mampu yang tinggal di daerah desa 3T (Terdepan, Terluar dan Tertinggal) harus terdata dengan baik dan hal ini membutuhkan peran aktif dari pemerintah daerah.
"Pemerintah daerah juga berperan serta untuk mengalokasikan anggaran untuk melistriki masyarakatnya yang tidak mampu dengan listrik bersubsidi. Tentunya jargon Energi Berkeadilan dapat segera diwujudkan di bumi Flobamora," imbuh Rendroyoko.
(*)