Liputan6.com, California - Neil Armstrong adalah salah satu pilot NASA yang paling ulung. Saat ia turun ke permukaan Bulan pada 20 Juli 1969, keberhasilan atau kegagalan pendaratan di Bulan pertama bergantung pada keterampilan, reaksi, dan keahlian orang yang satu ini.
Dengan medan batu di hadapannya dan bahan bakar Apollo 11 yang semakin menipis, ia menuntun pesawat ruang angkasa yang dikendarainya ini ke tanah satelit alami Bumi.
Advertisement
Di sisi lain, dalam sejumlah wawancara, Armstrong selalu rendah hati tentang pencapaian itu. Dia malah menunjuk ke ribuan orang yang membuat misi "manusia pertama yang menginjakkan kaki di Bulan" menjadi terwujud.
NASA memperkirakan bahwa total 400.000 pria dan wanita di seluruh Amerika Serikat terlibat dalam program Apollo. Mulai dari astronot, pengontrol misi, kontraktor, katering, insinyur, ilmuwan, perawat, dokter, ahli matematika, dan pemrogram.
Untuk melihat upaya NASA bisa sampai pada titik tersebut, pertimbangkan satu aspek penting dari Apollo 11, yakni pendaratan di Bulan itu sendiri. Tangan kanan Armstrong adalah Buzz Aldrin.
Di Bumi, ada ruangan yang penuh dengan pengontrol misi. Di sana ada tim inti yang terdiri dari 20-30 shift dengan tenaga ratusan insinyur handal dari Houston dan MIT, mereka kerap memberi nasihat tentang alarm komputer.
Mission Control atau Pengendalian Misi didukung oleh stasiun komunikasi yang ada di seluruh dunia, tim teknisi di Grumman Corporation, dan semua subkontraktor mereka. Tambahkan staf pendukung, mulai dari manajer senior hingga penjual kopi.
Lipat gandakan dengan semua komponen usaha yang berbeda, dari roket, alat komunikasi, bahan bakar, desain, pelatihan, peluncuran, sampai pendaratan di Bulan: 400.000 orang mendukung tindakan yang dilakukan hanya oleh satu orang.
Astronaut NASA Punya Banyak Kemiripan
Neil Armstrong tidak dipilih secara khusus untuk mengemudikan Apollo 11 ke Bulan. Komandan Apollo 12, Pete Conrad, adalah orang yang disiapkan untuk menggantikan Armstrong jika ia tiak berhasil mendarat di Bulan.
Faktanya, meskipun kedua sosok tersebut mewakili seluruh umat manusia, namun para astronaut Apollo mempunyai banyak kemiripan dalam hal usia, latar belakang, pelatihan, dan kemampuan.
"Saya pikir sangat penting untuk mengingat apa yang dapat dilakukan oleh sekelompok orang unik dan terpilih dalam Proyek Apollo," kata Teasel Muir-Harmony, Kurator Pesawat Ruang Angkasa Apollo di Museum Dirgantara dan Udara Nasional Smithsonian di Washington DC.
"Masing-masing anggota kru (Apollo 11) lahir pada tahun 1930, mereka semua memiliki pengalaman militer, mereka semua adalah pilot dan saya percaya mereka semua adalah orang Kristen - sehingga mereka memenuhi serangkaian kriteria yang sangat sempit yang diperlukan pada saat itu: menjadi seorang astronaut," imbuhnya.
Pada usia 38, Armstrong adalah komandan Apollo termuda bersama dengan Tom Stafford dan Gene Cernan. Charlie Duke, pilot pendarat Bulan Apollo 16 yang berusia 36 tahun, adalah Moonwalker termuda.
Sedangkan pria tertua yang berjalan di Bulan adalah astronaut pertama Amerika, Alan Shepard. Pada saat misi Apollo 14 pada tahun 1971, ia berusia 47 tahun.
Rekor untuk manusia tersepuh yang pernah ke ruang angkasa dipegang oleh astronaut yang sama yang pernah mengorbit Bumi, John Glenn, yang berusia 77 ketika ia mengambil bagian dalam misi sembilan hari dengan pesawat ulang-alik Discovery pada tahun 1998.
Advertisement
Hidup yang Berubah Drastis
Tiga puluh tiga pria menerbangkan 11 misi Apollo. Dari jumlah tersebut, 27 orang mencapai Bulan, 24 mengorbit Bulan, tetapi hanya 12 orang yang berjalan di permukaan Bulan. Mereka mewakili "umat manusia" dan memiliki tantangan untuk menyampaikan pengalaman kepada audiens global.
Tidak ada yang tahu apa yang akan dikatakan Neil Armstrong ketika dia menapaki permukaan Bulan. Dia tidak akan membahasnya dengan siapa pun, meskipun katanya: "Itu satu langkah kecil dari (seorang) pria, satu lompatan raksasa bagi umat manusia." (That’s one small step for [a] man, one giant leap for mankind).
Tapi apa yang Anda katakan ketika Anda adalah orang kedua yang bisa jalan di Bulan? Buzz Aldrin adalah orang yang merasakan pengalaman itu. Dia menyimpulkan pemandangan lanskap Bulan yang tandus hanya dalam dua kata: "kehancuran luar biasa."
Orang ketiga yang berhasil sampai ke Bulan, Pete Conrad, bahkan berseloroh: "Whoopie! Ya ampun, itu mungkin gampang bagi Neil, tapi tidak untukku."
Beda lagi dengan Charlie Duke saat turun ke Bulan selama Apollo 16, ia tidak bisa menahan kegembiraannya. "Hot dog ... ini hebat!" Di seluruh misi, antusiasme Duke dan komandan John Young tidak dibatasi.
Tetapi sekembalinya dari Bulan, Duke merasa sulit untuk beradaptasi. Apa yang ia lakukan selanjutnya setelah berjalan di Bulan?
"Kami menyadari setelah Apollo selesai, pernikahan kami benar-benar dalam kehancuran," aku Duke. "Saya dan istri saya nyaris cerai." Astronaut itu menemukan tujuan baru dalam hidup: Tuhan.
Sedangkan yang lain menghadapi perjuangan serupa. Pernikahan Gene Cernan bubar dan Buzz Aldrin harus berurusan dengan depresi dan kecanduan alkohol. Alan Bean menumpahkan pengalamannya dalam seni, Ed Mitchell bereksperimen dengan mistisisme.
Tidak heran, Bulan mengubah keduabelas orang ini. Dalam sejarah umat manusia, mereka bahkan disebut unik.
Astronaut NASA yang Tewas
Sebelum tiga orang awak pertama Apollo 7 meluncur ke antariksa pada Oktober 1968, delapan astronot Apollo telah kehilangan nyawa mereka.
Orang pertama meninggal pada tahun 1964, ia adalah Theodore Freeman, saat pesawatnya - jet pelatihan T-38 - ditabrak oleh seekor burung, menghancurkan kanopi dan mematikan mesin. Meskipun dia terlontar, namun dia terlalu dekat dengan tanah dan tewas karena benturan.
Pada 28 Februari 1966, kru utama Gemini 9, Elliot See dan Charles Bassett, sedang bersiap untuk mendaratkan T-38 mereka di St Louis. Dengan awan rendah menyelimuti landasan, See salah menilai belokan dan menabrak gedung tempat pesawat ruang angkasa mereka sedang dibangun. Keduanya terbunuh seketika.
Pada tahun 1967, NASA bersiap untuk menerbangkan misi Apollo pertamanya. Tetapi pesawat ruang angkasa ini terganggu dengan masalah dan komandannya, Gus Grissom. Dia menggantung lemon di luar simulator Apollo di Cape Canaveral.
Pada tanggal 27 Januari 1967, kru yang terdiri dari Grissom, Ed White (orang Amerika pertama yang melakukan perjalanan angkasa luar) dan Roger Chaffee, berbaring di sofa mereka di atas landasan peluncuran untuk pengujian penuh pesawat ruang angkasa.
Mereka disegel di belakang palka multi-bagian yang kompleks, dan pesawat ruang angkasa itu dipenuhi dengan oksigen --seperti yang terjadi di orbit.
Malangnyaa, uji coba berjalan buruk. Ada bau busuk di dalam kapsul dan kru kesulitan berbicara dengan kontrol misi. "Yesus Kristus," seru Grissom. "Bagaimana kita akan sampai ke Bulan jika kita tidak bisa berbicara di antara dua atau tiga bangunan?"
Kemudian, melalui interkom: "Api, aku mencium bau api."
Dalam hitungan detik, mereka terbakar oleh si jago merah. Mereka tidak punya kesempatan keluar hidup-hidup dan tewas di tempat. Tragedi ini menyebabkan NASA memprogram ulang sepenuhnya terhadap misi Apollo.
Kemudian pada tahun yang sama, Clifton Williams terbunuh dalam kecelakaan T-38 lainnya dan Edward Givens meninggal dalam kecelakaan di jalan.
Namun ada satu astronaut yang tidak terdaftar, Robert Lawrence, yang seharusnya menjadi astronaut Afrika-Amerika pertama. Ia ditugaskan untuk proyek stasiun ruang angkasa militer rahasia dan terbunuh pada bulan Desember 1967 ketika menginstruksikan pilot lain mempraktikkan teknik pendaratan.
Advertisement