Liputan6.com, Bandung Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat menyatakan sampai hari ini ada hampir 50 ribu kasus HIV-AIDS (Human Immunodeficiency Virus-Acquired Immune Deficiency Syndrome). Terdiri dari 38 ribu kasus HIV dan 10 ribu lainnya terpapar AIDS.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Berli Hamdani, jumlah kasus paparan HIV-AIDS tersebut berada di 27 kota dan kabupaten. Latar belakang kelompok masyarakat yang terpapar HIV-AIDS kata Berli, berasal berbagai golongan yang berbeda.
Advertisement
"Upaya kita menanggulangi HIV-AIDS ini memang ada tiga permasalahan besar, yang pertama adalah masalah anggaran. Karena anggarannya terbatas, permasalahannya sangat kompleks. Jadi tentunya untuk itu diperlukan kebijakan-kebijakan, yang lebih mendasar dalam hal ini tentunya perlu adanya suatu penyatuan anggaran di masing-masing sektor. Jadi bukan hanya kesehatan, tapi mungkin nanti di sosial kemudian juga misalnya di BNN, BKKBN dan di semua sektor lain," kata Berli di Kantor Gubernur Jawa Barat, Jalan Diponegoro, Bandung, Senin (24/6/2019).
Berli menjelaskan penyatuan anggaran dari berbagai instansi pemerintah tersebut, guna melakukan sosialiasi dan kampanye soal HIV-AIDS ke publik. Inti dari sosialisasi dan kampanye tersebut ujar Berli, mengajak masyarakat ikut serta dalam pencegahan meluasnya paparan HIV AIDS.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
ODHA Masih Didiskriminasi
Berli melanjutkan masalah lainnya yang harus dihadapi menekan jumlah kasus HIV-AIDS di Jawa Barat adalah mengubah sudut pandang masyarakat. Kondisi sekarang, orang yang hidup dengan AIDS (ODHA), masih mendapatkan perlakukan diskriminatif oleh sebagian besar masyarakat.
"Dan yang lebih memprihatinkan bukan hanya diskriminasinya, akan tetapi yang terkenanya pada usia produktif. Kalau sekarang itu usia produktif itu 15-59 tahun, karena harapan hidup di Indonesia umumnya dan di Jawa Barat khususnya sudah tinggi yaitu diatas 70 tahun," ujar Berli.
Tak hanya anggaran dan diskriminasi yang menjadi kendala penekanan jumlah kasus HIV-AIDS, keberadaan obat mempertahankan kualitas hidup terhadap pasien. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat mengaku kesulitan menyediakan ketersediaan obat tersebut. Mengingat jumlah obat dengan kasus HIV-AIDS yang terus bertambah.
Advertisement