Liputan6.com, Zurich - Bila ingin pindah ke Eropa untuk kerja atau belajar, lebih baik perhatikan harga-harga kebutuhan di negara tersebut, seperti harga makanan hingga kebutuhan penting seperti komunikasi. Pasalnya, tidak semua negara Eropa memiliki standar harga yang sama.
Melansir euronews, harga makanan termahal di Eropa ternyata berada di Swiss. Rata-rata harga makanan di Swiss 63,6 persen lebih mahal dari negara Uni Eropa lain.
Baca Juga
Advertisement
Harga makanan mahal lainnya ada di Islandia dan Norwegia yang harganya lebih mahal dari rata-rata Uni Eropa. Tak jauh dari Norwegia, harga makanan di Denmark juga mahal, bahkan dua kali lebih mahal dari Rumania.
Temuan ini berdasarkan survei Eurostat yang memantau 440 produk di 30 negara-negara Eropa. Produk yang dipantau mulai dari makanan, furnitur, alkohol, hingga tembakau.
Bila dilihat, harga makanan dan minuman non-alkohol lebih mahal di negara Eropa yang ekonominya maju seperti Norwegia, Swiss, Luksemburg, dan Denmark. Harga lebih murah ditemukan di negara-negara Eropa Tenggara seperti Serbia, Bulgaria, Montonegro, dan Makedonia Utara.
Contoh barang lain yang mahal di Norwegia adalah alkohol dan tembakau, yakni 126,1 persen lebih tinggi dari rata-rata negara Eropa lain. Harga produk yang sama di Bulgaria justru 41,8 persen lebih murah.
Bagaimana dengan Inggris? Di negara itu yang agak mahal menurut standar Uni Eropa adalah harga rumah, alkoboh, tembakau, hotel, rekreasi, dan komunikasi. Kabar baiknya, harga baju, makanan, transportasi pribadi lebih murah dari rata-rata.
Jika tertarik dengan perumahan, harga rumah di Rumania, Polandia, dan Bulgaria termasuk yang paling murah di Eropa. Sementara, harga perumahan termahal juga ada di Swiss.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
20.000 Demonstran di Eropa Desak Pemerintah Atasi Perubahan Iklim
Ribuan pelajar dari berbagai penjuru Eropa pada Jumat 21 Juni 2019 berdemonstrasi di dekat sebuah tambang batu bara di Jerman Barat, mendesak pemerintah agar mengambil tindakan berani menghadapi perubahan iklim.
Penyelenggara menyatakan hingga 20 ribu demonstran dari 16 negara ambil bagian dalam unjuk rasa di Aachen, di dekat perbatasan Jerman dengan Belgia dan Belanda.
Dikutip dari laman VOA Indonesia, Minggu, 23 Juni 2019. Para demonstran membawa spanduk dengan slogan-slogan seperti "Keserakahan kalian mengorbankan masa depan kami" dan "hentikan penambangan batu bara."
Protes ini berlangsung sehari setelah para pemimpin Uni Eropa gagal menyepakati rencana untuk membuat blok ekonomi ini mencapai kondisi karbon netral pada tahun 2050.
Beberapa negara besar Eropa, termasuk Inggris, Prancis dan Jerman, telah mendukung sasaran itu, tetapi negara-negara yang mengandalkan batu bara di bagian timur, seperti Polandia, menghalangi konsensus mengenai proposal itu.
Beberapa negara itu mewajibkan pengurangan bertahap penggunaan bahan bakar fosil sampai hampir-hampir tidak menggunakannya sama sekali.
Protes hari Jumat ini berlangsung di dekat lokasi salah satu tambang batu bara muda terbesar di Jerman.
Tambang itu telah menjadi fokus protes lingkungan hidup dalam beberapa tahun ini karena operatornya, perusahaan utilitas RWE, mengancam akan menebangi hutan di dekatnya.
Advertisement
Antisipasi Polisi
Protes-protes lebih lanjut diperkirakan berlangsung di lokasi tersebut pada akhir pekan ini.
Polisi Jerman telah mengerahkan ratusan petugas dan meriam air untuk mencegah pembangkit listrik di dekatnya diblokir oleh pengunjuk rasa.
Pemerintah Jerman sebelumnya menyetujui rencana nasional untuk mengakhiri penggunaan batu bara untuk pembangkit listrik pada tahun 2038, tetapi untuk mengatasi sebagian kebutuhan itu Jerman perlu mengimpor gas alam