Mengintip Persiapan Kakek Iskandar, Calon Jemaah Haji Tertua dari Papua

Kakek Iskandar merupakan calon jemaah haji tertua dari Papua dengan umur 108 tahun. Kakek Iskandar makin semangat kala namanya masuk dalam keberangkatan haji tahun ini.

oleh Katharina Janur diperbarui 26 Jun 2019, 05:24 WIB
Kakek Iskandar, hari tertua dari Papua. Senang berjalan kaki dan naik sepeda untuk menjaga kebugarannya. (Liputan6.com/Katharina Janur/Iskandar)

Liputan6.com, Jayapura Setiap hari Kakek Iskandar mengunjungi satu persatu teman seperjuangannya di Kampung Harapan Makmur, Kurik II, Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua.

Dengan sepeda ontel yang dimilikinya, Kakek Iskandar setia melihat teman seperjuangannya kala pertama kali menginjakkan kaki sebagai transmigran di Kabupaten Merauke.

Umur tak menghalangi Kakek Iskandar yang kelahiran 1911 ini untuk tetap menjaga silaturahmi yang telah dibina puluhan tahun lamanya.

"Bapak itu kalau lihat temannya sampai jauh, dari desa satu ke desa satunya lagi. Tapi, alhamdullilah masih kuat," kata Siti Kotidjah, anak pertama Kakek Iskandar, kepada Liputan6.com yang dihubungi lewat gawainya di Merauke.

Rajin menggowes sepeda dan berjalan kaki keliling kampung menjadi rutinitas Kakek Iskandar untuk menjaga stamina kesehatannya. Apalagi jelang keberangkatannya ke Tanah Suci Makkah.

Kakek Iskandar merupakan calon jemaah haji tertua dari Papua dengan umur 108 tahun. Kakek Iskandar makin semangat kala namanya masuk dalam keberangkatan haji tahun ini.

"Waktu menunggu untuk keberangkatan haji bapak selama 3 tahun. Ini dikarenakan masuk kategori lansia. Syukurlah bapak sehat sampai sekarang," jelas Siti.

Walau begitu, Siti menyebut bapaknya sedang mengonsumsi obat kolesterol dan penurun darah tinggi. "Semuanya sudah normal. Dokter sudah berikan persiapan obat satu bulan untuk di Tanah Suci. Dokter bilang aman, Bapak tak ada masalah dan bisa berangkat haji," Siti menambahkan.


Patungan Biaya Haji

Kakek Iskandar dan Siti Kotidjah, anak pertama iskandar. (Liputan6.com/Katharina Janur/Iskandar)

Kakek Iskandar sejak 1980 sudah berada di Merauke. Pekerjaannya petani. Selain itu, kakek dengan empat anak dan 14 cucu ini dulunya berjualan ikan asin dan madu keliling dari desa ke desa lainnya di Distrik Kurik.

"Ini yang menyebabkan bapak tak pernah lepas dari sepeda ontelnya. Sudah enggak tahu berapa banyak sepeda yang bapak punya. Kalau rusak ya beli lagi, ganti lagi. Tapi kadang dibelikan baru tetap pakai sepeda lama. Mungkin karena nyaman pakai sepeda lama," jelas Siti.

Karena usianya makin tua, kakek Iskandar hanya sibuk mengunjungi teman seperjuangannya kala menjadi transmigran. Ini yang membuat Iskandar tua jenuh dan sering bolak-balik Kediri untuk bertemu keluarganya.

Karena cemas, maka empat orang anaknya mencari kesepakatan dengan Iskandar agar tak sering pulang-pergi ke Pulau Jawa. Apalagi usia Iskandar tak muda lagi.

"Bapak setuju dengan kesepakatan yang dibuat. Ia tak lagi mondar-mandir ke Jawa, tapi syaratnya ia harus naik haji. Kami anaknya menyetujui dan patungan untuk keberangkatan Bapak naik haji," jelasnya.

Urunan uang untuk keberangkatan Kakek Iskandar dari keempat orang anaknya pun dilakukan. Jumlahnya berkisar hingga Rp50 juta lebih.

"Banyak-lah, awal daftar haji Rp 25 jutaan, lalu menggenapi lagi Rp 14 jutaan. Belum lagi ongkos pesawat dari Merauke-Makassar PP, keperluan di Tanah Suci. Intinya yang penting Bapak sehat," ujarnya.

Kakek Iskandar yang memiliki darah Ponorogo tak didampingi anaknya untuk pergi ke Tanah Suci. Anaknya tak khawatir, sebab ia akan pergi bersama dengan 27 orang calon jemaah haji dari Distrik Kurik.

"Banyak tetangga yang akan pergi dengan Bapak. Doakan Bapak sehat dan kembali semua dengan selamat," kata Siti.

 


Papua Dapat Tambahan Kuota Haji

calon jemaah haji di tanah suci (dream)

Provinsi Papua beruntung lantaran tahun ini mendapatkan tambahan kuota 315 calon anggota jemaah haji. Sebelumnya, dari tahun ke tahun, calon jemaah haji yang diberangkatkan hanya berjumlah 1.080 orang.

"Akibat penambahan ini, para lansia yang antre untuk keberangkatannya sudah habis. Kami sudah menyelesaikan para lansia untuk berangkat haji tahun ini," kata Kepala Bidang Haji dan Binmas Islam Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Papua, Ahmad Furu.

Kata Ahmad, rata-rata waktu menunggu untuk keberangkatan haji dari Papua sekitar 7 tahun. Sementara untuk para lansia paling lama 3 tahun.

Data dari Kantor Kementerian Agama setempat, kebanyakan calon jemaah haji dari Papua berasal dari Kota Jayapura, Mimika, Merauke, Nabire, Kabupaten Jayapura. Sementara untuk wilayah pegunungan tengah Papua masih minim. Tahun ini dari Wamena dan Yahukimo ada dua orang dan Mamberamo Raya ada enam orang calon anggota jemaah haji.

"Pak Iskandar menjadi calon haji tertua dari Papua tahun ini. Ada dua orang lagi dari Timika dengan kelahiran 1920. Sementara calon termuda adalah Suhaimi Arung, kelahiran 2001," katanya.

Untuk embarkasi keberangkatan calon jemaah haji dari Papua dilakukan dari Makassar. Para calon jamaah haji diwajibkan berangkat satu hari ke Makassar sebelum keberangkatan ke Tanah Suci.

Tahun ini, calon jemaah haji dari Papua akan berangkat dari kloter 15, 16, dan 18. Sementara untuk kloter 17, calon jemaah haji dari Papua akan digabungkan dengan calon jemaah haji dari Sulawesi Selatan.

"Alhamdulillah, setiap tahun calon jemaah haji kita pulang tanpa keluhan, sehat semua dan kami harapkan tahun ini pun tak ada masalah," jelas Ahmad.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya