Bertemu Presiden Argentina, Jokowi Tawarkan Pesawat Produksi PTDI

Presiden Jokowi melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Republik Argentina Mauricio Macri di Istana Kepresidenan Bogor.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Jun 2019, 14:23 WIB
Penyambutan Presiden Argentina Mauricio Macri oleh Presiden Jokowi diawali dengan upacara kenegaraan. (Merdeka.com)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Republik Argentina Mauricio Macri di Istana Kepresidenan Bogor. Dalam pertemuan, keduanya membahas peningkatan kerja sama kedua negara di bidang ekonomi. 

“Tadi kami telah membahas peningkatan kerja sama ekonomi, khususnya di bidang perdagangan, pertanian dan industri strategis,” ujar Jokowi saat memberikan keterangan pers di Ruang Teratai Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Rabu (26/6). 

Jokowi juga menawarkan berbagai produk dan jasa yang dimiliki industri strategis Indonesia kepada Macri. Di antaranya pesawat hasil produksi PT Dirgantara Indonesia (DI), kerja sama dan jasa pemeliharaan PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk (GMF) dan produk lokomotif dan gerbong milik PT INKA. 

“Presiden Macri selanjutnya akan berdiskusi dengan pimpinan DI dan PT INKA sore hari ini untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas,” jelas Jokowi.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini melanjutkan, Indonesia meminta Argentina untuk membuka diri atas komoditas-komoditas pertanian RI. Baik komoditas berupa salak, manggis, nanas, dan yang lain-lainnya. 

Jokowi kemudian mendorong langkah strategis yang mendekatkan pengusaha Indonesia dengan Argentina.

“Untuk itu kita mendorong langkah langkah untuk mendekatkan pengusaha kita, di antaranya dengan mengundang partisipasi pengusaha Argentina pada Trade Expo Indonesia,” ucapnya.

Indonesia, kata Jokowi, terus mendorong peningkatan kerja sama pendidikan dan investasi dengan Argentina. Kesepakatan kerja sama ini ditandai dengan penandatangan nota kesepahaman atau Memorandum Of Understanding (MoU) di bidang pendidikan, investasi dan perdagangan.

“Pada hari ini ditandatangani MoU kerja sama dibidang pendidikan, investasi dan perdagangan,” pungkasnya.

 

Reporter: Titin Supriatin

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Bertemu Jokowi, Bank Dunia Ingatkan Dampak Perang Dagang ke RI

Presiden Joko Widodo (tengah) bersama Menkeu Sri Mulyani (kiri) dan Presiden Grup Bank Dunia Jim Yong Kim (kanan) dalam Bali Fintech Agenda IMF-WB 2018 di Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima Perwakilan Bank Dunia di Indonesia, Rodrigo A Chaves. Pertemuan keduanya dilakukan secara tertutup di Istana Merdeka, Jakarta.

Usai pertemuan, Rodrigo menjelaskan dirinya melaporkan program kerja Bank Dunia di Indonesia selama satu tahun terakhir kepada Jokowi.

"Kami hanya melaporkan program kerja Bank Dunia di Indonesia selama satu tahun terakhir," ucapnya di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (25/6/2019).

Selain soal program kerja, Rodrigo mengaku menyinggung kucuran pinjaman dana Bank Dunia kepada pemerintah dalam satu tahun terakhir. Dia membantah pertemuan ini membahas tawaran pinjaman dana baru.

"Tidak (menawarkan pinjaman dana baru). Kita hanya mengulas pinjaman-pinjaman yang sudah diberikan selama satu tahun terakhir," tegas Rodrigo.

Kepada pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla, Rodrigo mengingatkan agar memperhatikan betul perkembangan ekonomi global. Dia menyebut perang dagang Amerika Serikat dan China yang masih terjadi hingga kini memberikan ketidakpastian ekonomi dunia. Tidak tertutup kemungkinan, perang dagang tersebut memberikan dampak negatif pada perekonomian Indonesia.

"Ada awan hitam yang menggelantung karena perang dagang. Semoga saja negosiasi antara dua negara kuat (AS-Tiongkok) segera terjadi agar dampak perang dagang tak berdampak semakin buruk untuk semua pihak," kata dia.


Bank Dunia Beri Lima Masukan soal Ekonomi

Pekerja tengah mengerjakan proyek pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (15/12). Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2019 mendatang tidak jauh berbeda dari tahun ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menggelar pertemuan dengan perwakilan World Bank atau Bank Dunia untuk Indonesia di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta.

Ada lima masukan yang disampaikan perwakilan Bank Dunia kepada pemerintah dalam mengelola ekonomi lima tahun ke depan.

Dalam pertemuan itu, Jokowi didampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dan Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro. Sementara dari Bank Dunia, tampak Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo A. Chaves.

"Tadi Presiden didampingi beberapa menteri menerima delegasi Bank Dunia yang kantor Jakarta untuk mendengarkan masukan terutama dari Bank Dunia mengenai bagaimana sebaiknya ekonomi Indonesia dikelola lima tahun ke depan," kata Bambang Brodjonegoro usai pertemuan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (25/6/2019).

Saran pertama yang disampaikan Bank Dunia, kata Bambang, yaitu soal penekanan Sumber Daya Manusia (SDM). Indonesia diminta untuk fokus mengembangkan SDM di bidang pendidikan baik dasar ataupun vokasi.

"(Masukan) kedua adalah membangun infrastruktur. Karena ternyata infrastruktur kita secara nilai infrastruktur per kapita jauh tertinggal dibanding negara-negara yang tergolong emerging market," ujar Bambang.

Dia mengatakan, dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya, Indonesia masih perlu membangun infrastruktur. Terutama, yang terkait dengan konektivitas dan infrastuktur dasar.  "Seperti air bersih, sanitasi maupun listrik," ucapnya.

Kemudian, saran ketiga, Indonesia diminta menjaga keseimbangan Sumber Daya Alam (SDA) sehingga dapat dimanfaatkan. Bambang menyebut Bank Dunia juga menyarankan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak. 

"Tetapi dari segi pengeluaran bisa melakukan budget spending atau pengeluaran anggaran yang lebih tepat sasaran dan lebih efisien," tutur dia.

Terakhir, Bank Dunia menilai Indonesia harus mendorong investasi yang lebih berorientasi kepada ekspor. Investasi tersebut juga harus dapat mendorong Indonesia masuk ke rantai perdagangan global. 

"Dan satu lagi, Indonesia harus lebih aktif meningkatkan foreign direct investment (FDI). Karena ternyata FDI kita kalah jauh dibandingkan Vietnam, misalkan untuk negara sesama Asia Tenggara," ujar Bambang. 


Bank Dunia Prediksi Ekonomi Global Melambat pada 2019

Pemandangan gedung bertingkat di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Kamis (14/3). Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2019 akan berada di kisaran 5-5,4 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bank Dunia memperkirakan ekonomi global melambat. Bank Dunia prediksi, pertumbuhan ekonomi hanya 2,6 persen pada 2019 dari target semula 2,9 persen.

Ekonom Bank Dunia menilai, perlambatan ekonomi semakin meluas, dan berdampak terhadap banyak negara. Ditambah risiko ketidakpastian bisnis karena ketegangan perang dagang global.

Salah satu ekonom Bank Dunia yang melakukan riset dalam laporan, Franziska Ohnsorge menyatakan, Bank Dunia sebelumnya peringatkan prediksi ekonomi global yang melambat pada enam bulan lalu.

"Dulu prediksi, sekarang kita melihat data," ujar dia, seperti dikutip dari laman BBC, Rabu, 5 Juni 2019.

Pada Januari, Bank Dunia revisi prediksi pertumbuhan ekonomi global dari tiga persen menjadi 2,9 persen pada 2019.

Ohnsorge menuturkan, kemudian kekecewaan makin luas terhadap perdagangan, investasi, manufaktur di negara maju dan berkembang.

Konflik perdagangan menjadi faktor penting yang sebabkan pertumbuhan ekonomi global melemah. Hal itu terutama ketegangan perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS).

Bank Dunia melihat, perang dagang berdampak terhadap ekonomi global. Pertumbuhan ekonomi China akan melambat imbas perang dagang.

Dalam tiga dekade, rata-rata pertumbuhan ekonomi China sekitar 10 persen. Ekonomi China diprediksi hanya tumbuh 6,2 persen pada 2019.

Hal itu juga didorong dari pemerintah China yang sengaja perlambat ekonominya.Ekonom prediksi kalau tingkat pertumbuhan sebelumnya tidak dapat dipertahankan lebih lama.

Akan tetapi, ketegangan perang dagang yang berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi global yang melambat akan pengaruhi China pada 2019.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya