Liputan6.com, Jakarta - Gunung berapi Ulawun di Papua Nugini mulai memuntahkan abu pada Rabu, 26 Juni 2019, mengubah langit di daerah itu menjadi gelap. Hal itu memicu peringatan letusan gunung, dan membuat sejumlah penduduk melarikan diri.
Gunung berapi di rantai Kepulauan Bismarck, Papua Nugini itu terdaftar sebagai salah satu dari 16 gunung yang dijuluki "Decade Volcanoes" yang diteliti karena berpotensi menimbulkan risiko yang signifikan. Khususnya, jika sewaktu-waktu terjadi letusan besar.
Baca Juga
Advertisement
"Aktivitas gunung berapi di Gunung Ulawun dimulai pada pukul 7 pagi ini setelah adanya gemuruh dan emisi ringan," kata Leo Porikura, seorang pejabat dengan Kantor Bencana Britania Raya Barat, mengatakan kepada AFP dikutip dari New Indian Express, Rabu (26/6/2019)
"Observatorium Gunung Api Rabaul telah mendeklarasikan peringatan waspada tahap satu tentang kemungkinan erupsi," lanjutnya.
Saksi mata melaporkan abu keluar dari puncak 2.333 meter (7.657 kaki). Hal itu membuat jalan setapak membentang di atas kepala.
"Langit berubah hitam," kata Kingsly Quou, manajer perkebunan kelapa sawit Mavo Estates yang berada di di dekat gunung berapi.
Quou mengatakan bahwa penduduk desa yang tinggal di kaki gunung berapi telah dievakuasi. Sementara ia dan rekan-rekannya sedang mengumpulkan barang-barang mereka.
Hasil Citra Satelit
Citra satelit Jepang dan sumber-sumber di tanah menunjukkan belerang dioksida dan sekarang abu vulkanik melayang dari kawah gunung itu.
Biro Meteorologi Australia mengatakan abu mencapai lebih dari 13 kilometer (44.000 kaki) ke udara.
Sementara itu, Pusat Penasihat Abu Vulkanik Darwin mengeluarkan peringatan "merah" untuk maskapai, mengindikasikan bahwa erupsi sudah dekat atau sedang berlangsung. Meski demikian, tidak diyakini terdapat gangguan langsung untuk rute penerbangan.
Porikura mengatakan orang-orang yang tinggal di sekitar gunung berapi telah diperintahkan untuk pindah ke daerah yang lebih aman dan tim bencana telah dikirim.
"Tim bencana akan menghubungi komunitas lokal, bisnis lokal, dan otoritas pemerintah tingkat lokal untuk mempersiapkan kemungkinan erupsi," katanya.
"Tiga bidang prioritas penting yang sedang ditangani termasuk rencana transportasi, persiapan pusat perawatan dan membuat masyarakat di daerah berisiko tinggi untuk mempersiapkan evakuasi," kata Porikura.
Advertisement
Potensi Gangguan Pernapasan
Observatorium Gunung Api Rabaul yang ada di dekat lokasi, mengatakan emisi dari gunung berapi semakin gelap. Hal itu menunjukkan kadar abu yang lebih tinggi - yang dapat menyebabkan masalah pernapasan, iritasi mata dan kulit karena kandungan asam yang tinggi.
Sebuah tim ahli telah mengunjungi awal bulan ini dan melaporkan gunung berapi itu "tenang" dan menambahkan "tidak ada indikasi perubahan kondisi kerusuhannya."
Emisi abu telah diproses oleh peningkatan aktivitas seismik, kata Porikura.