Advertisement
Liputan6.com, Jakarta Situs lembaga swadaya masyarakat (SDM) Greenpeace melaporkan bahwa Jakarta merupakan salah satu kota di Asia Tenggara dengan tingkat polusi terburuk.
Greenpeace menyatakan peningkatan jumlah kendaraan pribadi menyebabkan kualitas udara di ibu kota Indonesia ini semakin memburuk.
Namun, sumber polutan lain seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) pun turut berkontribusi terhadap udara Jakarta.
Masker merupakan salah satu solusi yang kerap kali disarankan untuk mengurangi dampak buruk polusi udara pada kesehatan tubuh. Pengajar Ilmu Kualitas Air, King's College, London, Benjamin Barret mengatakan bahwa kunci penggunaan masker yang efektif adalah masker yang dapat menyaring dan pas di wajah.
"Secara umum, ada dua alasan yang menyebabkan masker dapat bekerja. Pertama adalah ukurannya sehingga partikel benar dapat di saring. Kedua ialah ukurannya yang harus pas di wajah. Bila bocor dari samping maka masker tidak dapat bekerja dengan baik," kata Barret seperti dikutip dari CNN pada Kamis, 27 Juni 2019.
Penggunaan Masker
Barret mengatakan bahwa penggunaan masker harus seimbang antara kenyamanan penggunaan dan fungsi penyaringannya. Terkait pengukuran jumlah polusi udara, para peneliti biasanya menyebutkan particulate matter (PM) yang kemudian disambungkan dengan angka yang menunjukkan ukurannya.
"Itu merupakan bentuk partikel apapun yang kecil sekali untuk dihirup dan masuk ke tubuh. Terkadang kita menyebutnya P.M 2.5 yakni diameter partikel 2.5 micrometer dan cukup kecil untuk masuk ke paru-paru," kata Barret.
Tiap partikel mungkin bisa memiliki senyawa yang berbeda tergantung dari asalnya. Seluruh proses pembakaran apapun bisa menghasilkan partikel.
Misalnya kendaaaan atau penghangat ruangan serta pembangkit listrik. Selain itu, proses yang terjadi di atmosfir juga dapat menghasilkan partikel dikarenakan beberapa gas dari kendaraan bereaksi di atmosfir dan membentuk partikel.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun mengatakan bahwa polusi udara menjadi salah satu penyebab dari 3 juta kematian yang terjadi setiap tahun.
"Ada bukti bahwa seseorang yang hidup dalam lingkungan tinggi polusi memiliki bayi dengan ukuran lebih kecil kemudian bayi tersebut tumbuh dengan ukuran paru-paru lebih kecil juga," kata Barret.
Penulis: Khairuni Cesario
Advertisement