Kapasitas Listrik Nasional Bertambah Jadi 58.390 Mw di Kuartal I

Kapasitas listrik Indonesia sampai akhir 2018 mencapai 57.822 MW, meningkat 0,568 MW pada kuartal pertama 2019.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 27 Jun 2019, 19:17 WIB
Ilustrasi sutet listrik.

Liputan6.com, Jakarta PT PLN (Persero) mencatat kapasitas listrik nasional bertambah menjadi 58.390 Mega Watt (MW) sampai kuartal pertama 2019. Hal ini disebabkan pengoperasian pembangkit listrik baru.

Pelaksana tugas (Plt) Direktur Utama PLN Djoko Ab‎umanan mengatakan, kapasitas listrik Indonesia sampai akhir 2018 mencapai 57.822 MW, meningkat 0,568 MW pada kuartal pertama 2019.

"Sampai akhir 2018 bertambah 3.009 MW, dari 35 ribu MW," kata Djoko, di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (27/6/2019).

Dari kapasitas listrik terpasang sebesar 58.390 MW, mayoritas dipasok dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas 29.021 MW atau 61,82 persen dari total kapasitas pembangkit yang beroperasi.

"Kapasitas terbesar dipasok dari PLTU 61,82 persen," tutur Djoko.

Djoko melanjutkan, ‎PLN terus menurunkan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), untuk mengurangi konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM).

Sampai kuartal pertama 2019 porsi PLTD dalam bauran energi mencapai 4,42 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan 2018 sebesar 5,98 persen. "Bauran energi BBM menurun, kinerja operasi semakin efisien," ujarnya.

Untuk pemerataan kelistrikan (rasio elektrifikasi) sampai kuartal pertama 2019 sudah mencapai 98,5 persen. Angka ini naik dibandingkan 2018 kemarin 98,3 persen dan pada 2017 sebesar 95,3 persen.

"Sampai akhir tahun kita kejar supaya bisa capai 80-90 persen," tandasnya.


PLN Cari Utang USD 2 Miliar di Kuartal IV 2019

Teknisi mengecek Power Bank dan Mobile UPS penyuplai listrik di Hotel Sultan, Jakarta, (15/2). Pemasangan alat yang disediakan PLN itu untuk penyuplai pasokan listrik acara debat capres dan cawspres kedua pada Minggu besok. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

PT PLN (Persero) berencana mencari utang hingga USD 2 miliar pada tahun ini. Dana hasil utang tersebut akan digunakan untuk membiayai proyek infrastruktur kelistrikan.

Direktur Keuangan PLN Sarwono Sudarto mengatakan, dalam satu tahun PLN membutuhkan Rp 80 triliun sampai Rp 90 triliun untuk membiayai proyek infrastruktur kelistrikan.

Kemampuan keuangan perusahaan untuk membiayai proyek hanya 40 persen. Oleh karena itu untuk menutupi sisanya akan menggunakan utang.

"Dulu saya katakan investasi kita setiap tahun antara Rp 80 triliun hingga Rp 90 triliun. Sekarang baru 40 persen. Sisanya nanti cukup banyak utang juga,"kata Sarwono, di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (27/6/2019).

Sarwono mengungkapkan, PLN akan mencari pinjaman pada Kuartal III atau IV 2019, seiring jatuh tempo tagihan biaya proyek infrastruktur kelistrikan. Pada tahun ini, rencananya perusahaan akan menghimpun dana dari utang sebesar USD 1 miliar sampai USD 2 miliar.

"Tahun ini kita akan nambah lagi mungkin, karena mulai bayar banyak, bayar-bayar investasi,"‎ tutur dia.

Sumber utang PLN didapat dari berbagai instrumen, diantaranya penerbitan global bond dan pinjaman ke bank lokal atau internasional. Namun dia belum bisa menyebutkan lebih rinci, karena masih melihat kondisi pasar.

"Jadi plihannya selalu saya katakan tergantung dari situasi pasar. Kalau pasarnya bagus di pinjaman ya pinjaman," tandasnya.


PLN Tambah Utang Rp 160,7 Triliun Selama 3 Tahun

PT PLN (Persero) menambah utang sebesar Rp 160,7 triliun sejak Desember 2015-Maret 2019. Uang tersebut digunakan untuk mendanai proyek infrastruktur kelistrikan.

Pelaksana tugas Direktur Utama PT PLN, Djoko Abumanan mengatakan, investasi dari Desember 2015 -Maret 2019 sebesar Rp 334,7 triliun. Porsi pendanaan yang berasal dari kas internal‎ PLN mencapai Rp 174 triliun, sedangkan sisanya diperoleh dari utang.

"Demikian own share (pendanaan sendiri)  investasi sebesar‎ 52 persen," kata Djoko,  saat rapat dengan Komisi VI, di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (27/6/2019). 

‎Djoko menambahkan, dalam kurun waktu akhir Desember 2015-Maret 2019, secara aku‎mulatif penambahan pinjaman PLN secara sebesar Rp 160,7 triliun.

Utang tersebut terdiri dari 2015 sebesar Rp 18,7 triliun, 2016 sebesar Rp 22,4 triliun, 2017 sebesar Rp 42,5 triliun, 2018 sebesar Rp 70,3 triliun dan Maret 2019 sebesar Rp 6,9 triliun.

Menurut Djoko, penambahan utang selama tiga  tahun, tiga bulan tersebut jauh lebih rendah, dibandingkan tambahan penyerapan investasi sebesar Rp 334,7 triliun. 

"Hal ini menunjukan keuangan PLN yang sehat karena dapat menggunakan dana internal," tuturnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya