Liputan6.com, Kinshasa - Setidaknya 41 penambang rakyat tewas ketika bagian dari tambang tembaga dan kobalt milik perusahaan Glencore --yang berbasis di Swiss-- runtuh di Republik Demokratik Kongo (DRC) selatan, kata gubernur provinsi setempat.
Kecelakaan itu terjadi pada hari Kamis, ketika dua situs galian runtuh di tambang terbuka KOV di daerah Kolwezi, yang dioperasikan oleh Kamoto Copper Company (KCC), anak perusahaan dari Glencore.
"Insiden itu disebabkan oleh penggali artisanal klandestin yang telah menyusup ke (tambang)," kata Gubernur Provinsi Lualaba Richard Muyej, kepada kantor berita Reuters.
Baca Juga
Advertisement
"Teras tua menganga terbuka, menyebabkan sejumlah besar material jatuh," lanjut Muyez, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Jumat (28/6/2019).
Ditambahkan oleh Muyez, bahwa KOV adalah lokasi tambang yang rumit dan menghadirkan banyak risiko.
Glencore mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya telah mengkonfirmasi 19 orang tewas, "dengan kemungkinan kematian lebih lanjut yang belum dikonfirmasi".
Mereka juga berkomitmen untuk membantu operasi pencarian dan penyelamatan oleh pihak berwenang setempat.
"Para penambang liar ilegal sedang mengerjakan dua situ galian di beberapa titik yang menghadap ke area ekstraksi. Dua di antaranya runtuh," kata perusahaan itu.
Penggalian tambang artisanal oleh pekerja independen, yang menggunakan bahan mereka sendiri di tepi lokasi tambang komersial, adalah masalah besar di Afrika.
Kehadiran Penambang Liar Telah Diamati
KCC mengatakan pihaknya telah mengamati "kehadiran" penambang liar yang terus tumbuh, dengan rata-rata 2.000 orang setiap hari menyelinap ke lokasi operasinya.
Praktik yang belum sempurna dan sering usang, yang dilakukan oleh penambang independen, dapat membahayakan keselamatan tambang, di mana kecelakaan di antara mereka kerap terjadi.
"KCC mendesak semua penambang ilegal untuk berhenti mempertaruhkan nyawa mereka dengan masuk tanpa izin di situs industri utama," kata Glencore.
Delphin Monga, sekretaris provinsi serikat UCDT yang mewakili karyawan KCC, mengatakan celah di bagian lubang itu telah diketahui pada hari Rabu.
Dia mengatakan KCC telah memasang tanda peringatan merah, tetapi para penggali telah mengabaikannya.
Penambangan ilegal sering terjadi dan seringkali mematikan di DRC, di mana keselamatan seringkali buruk dan pengambilan risiko tinggi.
Tambang KOV, yang membentang luas rata di pinggiran kota Kolwezi dekat perbatasan Zambia, merupakan salah satu aset tembaga bermutu tinggi terbesar di dunia.
Runtuhnya tembok 250 meter di dalam lubang yang sama menewaskan tujuh karyawan tambang pada tahun 2016.
Advertisement
Bencana Tambang Sering Terjadi di Afrika
Bencana tambang di Afrika telah merenggut nyawa banyak penambang, terutama penggali tradisional yang beroperasi tanpa standar atau peraturan keselamatan.
Setidaknya sembilan penambang emas ilegal tewas di Zimbabwe ketika mereka terjebak di tambang bulan lalu.
Dua puluh dua orang tewas dalam banjir tambang emas Zimbabwe sebelumnya di Februari, dan 14 penambang timah terkubur hidup-hidup di Rwanda setelah hujan lebat pada Januari.
Pada bulan Februari, sekitar 20 orang tewas ketika sebuah truk yang membawa asam ke Tambang Mutanda Glencore di DRC bertabrakan dengan dua kendaraan lain.
Militer DRC mengerahkan ratusan tentara pekan lalu untuk melindungi tembaga dan tambang kobalt milik Molybdenum Co Ltd --perusahaan asal China-- dari penambang ilegal.
Analis BMO Capital Markets Edward Sterck mengatakan jika insiden tersebut terkait dengan penambangan ilegal, efek apa pun mungkin relatif jangka pendek di luar periode investigasi.
"Namun, tindakan pencegahan kemungkinan akan diperlukan dan itu bisa berdampak pada izin sosial Glencore untuk beroperasi," tambahnya.
Perusahaan mengatakan insiden itu tidak mempengaruhi output, tetapi saham Glencore ditutup turun 4,9 persen, hari perdagangan terburuk sejak Desember.