Presiden Tunisia Sempat Kritis Saat Tragedi Bom Kembar Mengguncang

Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi dilarikan ke rumah sakit dan disebut berada dalam kondisi kritis pada Kamis, 27 Juni 2019 tak lama setelah serangan bom kembar di ibu kota.

oleh Siti Khotimah diperbarui 28 Jun 2019, 10:54 WIB
Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi. (AFP)

Liputan6.com, Tunis - Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi dilarikan ke rumah sakit dan disebut berada dalam kondisi kritis pada Kamis, 27 Juni 2019 tak lama setelah serangan bom kembar di ibu kota Tunis. Pemimpin berusia 92 tahun itu juga sempat dipindahkan ke rumah sakit militer, menurut posting status Facebook kantor kepresidenan. 

Pengumuman itu datang ketika polisi mengamankan dua tempat bom bunuh diri yang menargetkan pasukan keamanan di Tunis, lapor CNN dikutip Jumat (28/5/2019). Laporan terakhir mengatakan bahwa setidaknya satu orang tewas dengan beberapa lainnya luka-luka.

Semua yang terluka dalam ledakan berada dalam kondisi stabil Kamis malam, kata Direktur Rumah Sakit Charles Nicolle mengatakan kepada kantor berita TAP yang dikelola pemerintah Tunisia.

ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, tetapi tidak menawarkan bukti apa pun, dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh media propaganda kelompok itu, kantor berita Amaq.

Ledakan pertama bom kembar yang dimaksud terjadi sekitar pukul 10.50 waktu setempat, dengan pelaku bom bunuh diri meledakkan dirinya di Charles Charles de Gaulle, dekat Kedutaan Besar Prancis di Tunisia. Dua petugas polisi dan tiga warga sipil terluka dalam kejadian itu.

Seorang karyawan di Kedutaan Besar Prancis mengatakan kepada CNN, ia melihat sebuah mobil polisi yang tampaknya telah rusak oleh ledakan pertama tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang asal mula ledakan itu. Dia menambahkan bahwa dia tidak melihat orang yang terluka terluka.

Polisi bersenjata berat menutup lokasi serangan, salah satunya sekitar 200 meter dari kedutaan Prancis. Saksi Reuters dikutip dari Sydney Morning Herald, melihat orang-orang bergegas meninggalkan tempat kejadian. Sementara jasad seorang pengebom bunuh diri terbaring di tanah.

"Saya sedang berbelanja dengan putri saya dan kami mendengar ledakan besar. Kami melihat tubuh teroris terbaring di tanah dekat kendaraan polisi setelah ia meledakkan dirinya," kata seorang pria yang hanya menyebut namanya Mohamed.


Bom Kedua

Ilustrasi ledakan bom (iStockPhoto)

Sekitar 10 menit setalah bom pertama, ledakan kedua terjadi di tempat parkir markas Direktorat Penanggulangan Terorisme El Gorjani di Tunis, lapor Xinhua. Sebuah pernyataan Kementerian Dalam Negeri mengatakan seorang perwira polisi kota bernama Mehdi Zammali terluka, kemudian meninggal. Seorang perwira polisi dan seorang warga sipil lainnya terluka dalam serangan bunuh diri ini, tambah pernyataan itu.

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Tunisia Sofian Zaak mengatakan para penyerang belum diidentifikasi. Ia meminta masyarakat untuk menunjukkan kekuatan dan tidak panik.

Serangan bom kembar itu terjadi beberapa bulan sebelum pemilu dan pada puncak musim wisata di mana Tunisia mengharapkan rekor jumlah pengunjung, lapor Sydney Morning Herald.

Tunisia telah memerangi kelompok-kelompok militan yang beroperasi di daerah-daerah terpencil di dekat perbatasan dengan Aljazair sejak pemberontakan menggulingkan pemimpin otokratis Zine Abidine Ben Ali pada 2011. Pengangguran yang tinggi juga memicu kerusuhan dalam beberapa tahun terakhir.


Bukan Kali Pertama

Petugas memblokir jalan menuju lokasi ledakan di sebuah bus yang mengangkut pengawal Presiden Tunisia di Tunis, Selasa (24/11). Insiden yang diduga akibat serangan bom bunuh diri itu menewaskan 12 orang dan melukai 16 lainnya. (AFP PHOTO/Fethi Belaid)

Insiden bom bunuh diri tidak terjadi pertama kalinya di Tunisia. Pada Senin, 29 Oktober 2018 lalu setidaknya sembilan orang dilaporkan terluka akibat serangan serupa yang mengguncang ibu kota tersebut.

Laporan menyebut seorang pria berusia 30 tahun meledakkan diri di dekat pusat perbelanjaan Le Palmarium di kawasan sibuk Habib Bourguiba Avenue, kata Sofiene Zaag, juru bicara kementerian dalam negeri setempat.

"Delapan polisi dan satu warga sipil terluka menyusul serangan bunuh diri ini," kata Sofiene Zaag, seraya menambahkan bahwa pembom adalah satu-satunya korban tewas.

Zaag mengatakan, korban yang terluka kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Charles Nicolle di Tunis dan rumah sakit militer, demikian sebagaimana dikutip dari Al Jazeera.

Menurut Radio Mosaique FM, pengebom menggunakan granat buatan tangan yang berisi sejumlah kecil bahan peledak.

Ricardo Gonzalez, seorang tenaga kerja asing yang tinggal di dekat lokasi serangan, mengatakan ledakan bom bunuh diri itu tidak "sangat kuat".

"Bahkan, saya memiliki keraguan apakah ini adalah bom atau mungkin kecelakaan mobil," katanya kepada Al Jazeera.

"Saya turun ke jalan dan melihat banyak orang bergerak menuju tempat di mana ledakan itu terjadi. (Ketika semakin dekat), saya melihat beberapa petugas keamanan tergeletak di tanah dan meringis kesakitan karena cedera," lanjut Gonzalez.

Dia juga mengatakan beberapa warga sipil berusaha memberikan pertolongan pertama kepada mereka yang terluka, sebelum kedatangan ambulans sekitar 10 menit kemudian.

Lokasi bom bunuh diri merupakan kawasan paling sibuk di Tunis, yang dipenuhi oleh deretan kafe, restoran, dan hotel berbintang, disebut memiliki pasukan keamanan reguler yang setara dengan penjagaa gedung-gedung pemerintah lokal.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya