Cerita Akhir Pekan: Seberapa Dekat Anda dengan Polusi?

Polusi udara menjadi perhatian banyak orang, termasuk di Jakarta.

oleh Komarudin diperbarui 29 Jun 2019, 08:32 WIB
Asap knalpot dari angkutan umum yang meintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (12/3). Rata-rata harian kualitas udara di Jakarta dengan indikator PM 2.5 pada 2018 adalah 45,3 mikrogram per meter kubik udara. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai Ibu Kota negara, Jakarta selalu menjadi perhatian publik. Jakarta juga menjadi tujuan banyak orang dari berbagai daerah di Indonesia.

Perhatian tersebut salah satunya terkait polusi udara yang ramai jadi bahan pembicaraan. Tingkat polusi di Jakarta termasuk kategori tak sehat.

Berdasarkan data dari AirVisual yang dirilis Selasa pagi, 25 Juni 2019, Jakarta merupakan kota dengan tingkat polusi udara terburuk di dunia. Ibu Kota lebih tercemar dari Lahore (Pakistan) dan Hanoi (Vietnam), yang masing-masing berada di peringkat dua dan tiga.

Selain itu, situs lembaga swadaya masyarakat (LSM) Greenpeace melaporkan bahwa Jakarta merupakan salah satu kota di Asia Tenggara dengan tingkat polusi terburuk. Greenpeace menyatakan peningkatan jumlah kendaraan pribadi menyebabkan kualitas udara di ibu kota Indonesia ini semakin memburuk. Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) ikut berkontribusi terhadap buruknya udara Jakarta. 

Selain kendaraan bermotor, debu proyek juga menjadi salah satu sebab pencemaran udara di Jakarta. Sebagai kota metropolitan yang sedang giat membangun.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Usaha Bersama

Kabut tipis menyelimuti udara di salah satu sudut kota Jakarta, Selasa (10/7). Tingkat polusi di Jakarta masuk dalam kategori tidak sehat sehingga menyebabkan pemandangan menjadi berkabut dan mengancam kesehatan pernapasan. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Udara merupakan faktor yang penting dalam hidup dan kehidupan. Namun, seiring dengan perkembangan pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, serta berkembangnya transportasi, maka kualitas udara pun mengalami perubahan yang disebabkan oleh terjadinya pencemaran udara.

Sebagai berubahnya salah satu komposisi udara dari keadaan yang normal; yaitu masuknya zat pencemar yanag berbentuk gas-gas dan partikel kecil/aerosol ke dalam udara dalam jumlah tertentu untuk jangka waktu yang cukup lama, sehingga dapat mengganggu kehidupan manusia, hewan, dan tanaman.

Hal tersebut sangat beralasan, dilansir dari VOA Indonesia, Sabtu, polusi udara merenggut 800 jiwa setiap jam atau 13 jiwa setiap menit, dimana angka ini tiga kali lebih besar dibandingkan jumlah orang yang menjadi korban penyakit malaria, TBC, dan AIDS secara bersama-sama setiap tahun.

Upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap polusi udara jadi perhatian di berbagai negara, tak hanya di Jakarta. Saat perayaan Hari Lingkungan Sedunia pada awal Juni 2019, ratusan aktivis mengimbau untuk mengatasi polusi udara. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya