Pakai Rompi Pemberat, Warga Kelahiran Indonesia di Australia Didatangi Polisi

Pakaian Setio, warga kelahiran Indonesia di Mount Gambier, negara bagian Australia Selatan ini dianggap mencurigakan. Ia dilaporkan ke polisi.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Jun 2019, 12:22 WIB
Setio Shanahan sedang berolahraga di sebuah taman ketika polisi mendatanginya. (Facebook)

Liputan6.com, Mount Gambier - Berhati-hatilah mengenakan pakaian yang bisa dianggap atau dicurigai bisa membahayakan orang lain.

Kisah demikian dialami seorang pria kelahiran Indonesia, Setio Shanahan. Ia yang tinggal di Mount Gambier di negara bagian Australia Selatan sempat didatangi oleh polisi, yang menindaklanjuti adanya laporan dari publik karena tindakannya yang dianggap mencurigakan.

Ternyata pakaian Setio yang dianggap mencurigakan itu adalah kostumnya dalam rangka usaha mengurangi berat badan. Kala itu ia berlatih di sebuah taman Railways Lands pada hari Minggu pagi, mengenakan rompi dengan pemberat besi seberat 50 kilogram.

 

Setelah berbicara dengan Setio, polisi menyimpulkan bahwa Setio tidaklah berniat berbuat jahat. Namun polisi juga mengatakan bahwa publik memiliki hak untuk melaporkan hal-hal yang mereka anggap mencurigakan.

Dalam tanggapannya mengenai kejadian tersebut, pria kelahiran Indonesia itu mengatakan pelajaran yang didapatnya yaitu, "Janganlah menjadi warga kulit berwarna (di Australia) dan gunakan rompi pemberat itu ketika di dalam gym saja".

"Jadi polisi mendapat laporan karena adanya seorang warga kulit berwarna yang mengenakan rompi berisi bom ketika menggunakan HP. Pagi yang menarik," kata Shanahan di akun Facebooknya.

Superintendent Phil Hoff dari kepolisian setempat di Mount Gambier mengatakan publik berhak melaporkan "tindakan mencurigkan" sehingga petugas bisa melakukan pengecekan untuk memastikan tidak adanya ancaman terorisme.

"Polisi ingin memberi kepastian kepada warga Mount Gambier bahwa mereka tinggal di kota yang sangat aman, namun tidaklah berarti kita terbebas sepenuhnya dari ancaman terorisme," kata Superintendent Hoff.

"Coba saja perhatian kejadian serangan baru-baru ini di Christchurch (Selandia Baru), yang juga merupakan kawasan yang sangat aman."

"Warga diminta untuk waspada namun tidak curiga berlebihan."

"Kami ingin agar publik waspada dan melaporkan tindakan yang mencurigakan kepada polisi atau nomor telepon laporan darurat."

 


Diadopsi dari Indonesia

Ilustrasi Foto kelahiran Bayi (iStockphoto)

Setio Shanahan dilahirkan di Indonesia. Ia diadopsi oleh sebuah keluarga di Mount Gambier ketika masih anak-anak, 36 tahun lalu.

Mount Gambier adalah sebuah kota di dekat perbatasan antara Australia Selatan dan Victoria, berjarak 433 km dari ibu kota Australia Selatan, Adelaide.

Ibu angkatnya Jan Shanahan mengatakan bahwa alasan adanya laporan ke polisi itu adalah sikap rasis.

"Kalau orangnya bukan warga 'kulit berwarna' apakah reaksinya sama? Ini seperti seseorang mengatakan 'saya tidak rasis tapi...'," tulis Jan di Facebook.

Setio akan ke Indonesia dalam waktu dekat, guna bertemu dengan keluarga kandungnya untuk pertama kali sejak dia diadopsi, setelah dia berhasil melacak siapa ayah kandungnya.


Kejadian Serupa

Ilustrasi garis polisi. (Liputan6.com/Raden Trimutia Hatta)

Apa yang dialami oleh Setio juga mirip dengan kejadian di stasiun kereta di Melbourne beberapa pekan lalu, ketika seorang pengamen musik dicurigai membawa senjata.

Polisi mengatakan pengamen tersebut yang membawa alat musiknya dalam sebuah tas besar dan sedang berlatih pernapasan di dalam kereta. Namun seorang penumpang lain merasa curiga dan kemudian melaporkan polisi menduga bahwa tas milik pengamen tersebut adalah tas senjata laras panjang.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya