Hewan Kurban dan Doa dari Keluarga Korban Tsunami Selat Sunda

Para keluarga korban Tsunami Selat Sunda mendapatkan bantuan dari Kemensos.

oleh Nefri Inge diperbarui 30 Jun 2019, 07:00 WIB
Para perwakilan keluarga korban Tsunami Selat Sunda yang mendapatkan bantuan dari Kemensos (Liputan6.com / Nefri Inge)

Liputan6.com, Banten - Raut wajah kesedihan kini sedikit terhapus dari wajah para keluarga korban Tsunami Selat Sunda di Kabupaten Pandeglang Banten.

Keikhlasan mereka melepas kepergian para korban bencana besar di penghujung tahun 2018 ini, kini berganti dengan rencana masa depan yang akan dijalaninya.

Seperti yang dirasakan Sarti (50), warga Desa Tanjung Jaya, Provinsi Banten, yang kehilangan anaknya Santana (30), yang tergulung ombak tsunami.

Rasa sedih sedikit terhapus setelah Kementrian Sosial (Kemensos) memberikan bantuan santunan kepadanya dan ratusan keluarga korban Tsunami Selat Sunda.

Dia mendapatkan santunan sebesar Rp 15 Juta, yang didapatkannya pada pertengahan bulan Juni 2019 ini. Bantuan itu langsung digunakannya untuk membeli hewan kurban yaitu satu ekor Kambing.

"Saya memang niat kalau dapat bantuan ini, langsung potong kambing dan berkurban untuk anak saya yang meninggal dunia," ujarnya kepada Liputan6.com, Sabtu (29/6/2019).

Untuk mengantarkan kurban hewan tersebut, Sarti sekeluarga akan menggelar acara doa bersama untuk anaknya dan korban Tsunami Selat Sunda yang meninggal dunia. Meski bantuan tersebut sedikit meringankan bebannya, Sarti masih tidak bisa menutupi rasa kesedihannya.

Dia ingat betul ketika anaknya berpamitan dengannya untuk menjala ikan di pantai, tak jauh dari tempat tinggalnya.

"Anak saya memang sering menjala ikan. Saat itu dia ikut tergulung ombak dan ditemukan sudah meninggal dunia," ungkapnya.

Tidak hanya Sarti dan saudara lainnya yang kehilangan. Santana juga harus meninggalkan anak istrinya karena bencana tersebut.

Bantuan Kemensos pun juga diberikan kepada keluarga Yahya (40). Kepala keluarga ini juga menjadi korban gulungan ombak Tsunami Selat Sunda.

Ida (36), istri korban harus berjibaku sendirian menghidupi ketiga anaknya. Terlebih anak bungsunya baru saja berusia 1 tahun dan harus mendapatkan banyak asupan gizi berkualitas.

Namun, santunan tersebut terpaksa dialihkannya ke kebutuhan lainnya. Uang sebesar Rp 15 Juta, sudah habis digunakannya untuk membayar hutang suaminya semasa hidup.

"Sudah dapat uangnya, dipakai untuk bayar hutang suami saya. Kalau untuk kebutuhan hari-hari, saya berjualan sayuran di rumah," katanya.

Warga Desa Kojong Provinsi Banten ini juga, tidak pernah membayangkan akan ditinggal suaminya begitu cepat karena Tsunami Selat Sunda.


Bantuan Kemensos

Bupati Pandeglang Irna Narulita memberikan santunan ke salah satu keluarga korban Tsunami Selat Sunda (Liputan6.com / Nefri Inge)

Sang suami yang bekerja sehari-hari sebagai petani, memang sering menjala ikan di pantai untuk menambah pundi-pundi uang.

"Saat kejadian, memang suami saya lagi menjala ikan di pantai. Saya tahunya malam hari, kalau suami saya jadi korban tsunami juga," katanya.

Pada hari Rabu (26/6/2019), Kemensos secara resmi menyalurkan bantuan ke 10 kecamatan di Kabupaten Pandeglang Banten, yang terkena dampak bencana Tsunami Selat Sunda.

Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial, Harry Hikmat didampingi Bupati Pandeglang Irna Narulita, memberikan santunan secara simbolis ke lima orang perwakilan keluarga korban Tsunami Selat Sunda.

"Apa yang dilaksanakan hari ini adalah rangkaian kegiatan selanjutnya yang perlu terjalin baik. Kemensos dari instruksi Presiden Joko Widodo, untuk melakukan rehabilitasi sosial, yang termasuk perlindungan dan pemulihan sosial," ucapnya.

Salah satunya perhatian terhadap korban meninggal dunia, dalam bentuk santunan ahli waris dan jaminan hidup. Bantuan ini diharapkan bisa mengurangi beban penderitaan serta tambahan pemenuhan kebutuhan.

Sebanyak 117 jiwa yang meninggal dunia di Kabupaten Pandeglang Banten, diberikan bantuan melalui keluarga korban. Total bantuan yang diberikan sebesar Rp 1,755 Miliar.

Sedangkan keluarga korban tsunami di Lampung Selatan mendapatkan bantuan dengan total Rp 1,635 Miliar untuk 109 jiwa. Untuk jaminan hidup diberikan sebesar Rp 600.000 untuk 1.178 jiwa.


Tagana Masuk Sekolah

Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial, Harry Hikmat menunjukkan aktifitas program Tagana Masuk Sekolah di kawasan bencana alam (Liputan6.com / Nefri Inge)

"Kita paham bencana ini bukan yang dikehendaki. Tapi wilayah kabupaten/kota yang ada di selat Sunda, warganya harus siap siaga dan punya kemampuan mitigasi bencana," ujarnya.

Wilayah ini termasuk kawasan rawan bencana. Jajaran Dinas Sosial (Dinsos) provinsi, kabupaten/kota, bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, agar bisa menggiatkan edukasi sigap kebencanaan.

Seperti percontohan nasional Tagana Masuk Sekolah. Program ini membawa misi jika sekolah terdampak bencana, apa yang harus dilakukan anak-anak dan guru, bagaimana melindungi diri.

"Harus mempraktikkannya, seperti dan cari tempat aman, memastikan jalur evakuasi dan berkumpul tempat aman," katanya.

Trauma healing juga sangat membantu anak-anak dan warga yang terkena dampak bencana alam, agar tidak mengalami trauma berkepanjangan.

Bupati Pandeglang Irna Narulita mengungkapkan, sebanyak 108 orang ahli waris dari 122 orang yang sementara diusulkan. Korban meninggal dunia tsunami Banten sebanyak 378 jiwa dari SK Bupati. Namun penetapan jumlahnya belum final.

"Sembari berjalan, ada informasi baru, data akan diperbaiki. Seperti ada dua nama dobel dan enam korban belum tercatat.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya