Liputan6.com, Jakarta - Siapa sangka masa kecil Mayor Infanteri Alzaki banyak dihabiskan untuk berjualan asongan. Perwira TNI AD pertama yang namanya tercatat di Wall of Fame US Army Command and General Staff College ini, mengungkapkan bahwa hal itu dilakukan demi membantu perekonomian orang tuanya yang kala itu kurang stabil.
Ia memang terlahir dari keluarga yang begitu sederhana. Namun di balik kesederhanaannya, ibunya amat peduli dengan pendidikan sang anak.
Advertisement
"Meski hanya berjualan kelontongan, beliau ingin anak-anaknya dapat belajar dengan baik dan berprestasi," ungkap Alzaki di Kantor Dinas Penerangan Angkatan Darat (Dispenad), Jakarta, Kamis 27 Juni 2019.
Ia menuturkan, sang ibu sempat melarang dirinya untuk berjualan karena dikhawatirkan akan menggangu belajarnya.
Hal itu tidak menjadikannya patah arang, justru sebaliknya dia belajarnya semakin keras untuk menunjukkan kepada ibunda bahwa berjualan tidak menggangu dirinya untuk belajar.
"Ketika itu masih SD, karena kondisi orang tua dan sebagai anak pertama, saya terdorong membantu hanya dengan cara itu," ujar Alzaki.
Bukan hanya belajar saja yang meningkat, hasilnya pun terlihat. Terbukti selama mengenyam bangku Sekolah Dasar dan Menengah (SD-SMP), dirinya selalu menyabet juara satu di kelasnya.
"Karena saya selalu menjadi juara 1 di SD maupun SMP dan menjadi siswa teladan di daerah, mereka pun tidak melarang ataupun meminta saya berjualan atau bekerja di bengkel," ucapnya.
Bukan hanya itu, ia juga kerap mengikuti berbagai lomba non-akademik, seperti lomba pidato, sholat, cerdas cermat maupun perlombaan lainnya.
"Prestasi favoritnya saat itu adalah juara lomba bidang studi matematika. Dalam upacara tingkat Kabupaten, dirinya selalu menjadi Komandan Upacara saat itu. Apabila ada lomba gerak jalan, tim kami selalu juara I," katanya.
Ingin Jadi TNI
Alzaki mengungkapkan, sejak kecil ia bercita-cita ingin menjadi TNI. Cita-citanya tumbuh kala mengenal sosok Babinsa Kodim 0308/Pariaman yang dalam kesehariannya begitu tulus membantu masyarakat di daerahnya.
"Selain bapak dan ibu, yang menjadi figur kekaguman saya ketika itu adalah sosok Babinsa Kodim 0308/Pariaman yang dalam kesehariannya begitu tulus membantu masyarakat. Dari kekaguman itu juga yang mendorong saya ingin jadi TNI," kata Alzaki.
Cita-citanya ia terjemahankan dalam langkah nyata dengan belajar keras. Kala itu ia mendapat titik terang untuk menggapai citanya tersebut. Ia mendapatkan informasi bahwa SMA Taruna Nusantara mencetak alumni-alumni yang diterima di Akademi TNI.
SMA Taruna Nusantara dikenal sebagai lembaga pendidikan semi militer yang cocok untuk menggembleng dirinya mempersiapkan diri masuk Akademi TNI. Selain karena itu, pilihan Alzaki tertuju pada SMA Taruna Nusantara juga dikarenakan sekolah tersebut banyak menawarkan beasiswa.
"Waktu itu, saya dapat informasi dari anaknya teman Ibu yang lebih dahulu masuk SMA TN bahwa selain lulusannya banyak yang menjadi Taruna (Akademi TNI) dan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun di Luar Negeri, juga selama sekolah mendapat beasiswa," ujar Alzaki.
"Dengan pola pendidikan yang ketat, di SMA TN tidak hanya belajar akademik saja, namun juga digembleng kedisiplinan, mental, kepribadian dan jasmani serta kemandirian," lanjutnya.
Pada saat awal masuk di SMA Taruna, Alzaki mengungkapkan dirinya merasa belum bisa beradaptasi. Terlebih lagi kala itu kali pertama bagi dirinya berada jauh dari orang tua.
Hal itu akhirnya berpengaruh terhadap prestasinya di sana. Terbukti, dari yang biasanya selalu juara satu di SD dan SMP, di sana Alzaki hanya peringatan ke-16.
Kendati begitu, tak beberapa lama ia akhirnya bisa beradaptasi dengan lingkungan di sana. Justru selama di sana cita-citanya semakin menggebu untuk melanjutkan ke Akademi TNI.
"Selama menjadi siswa SMA TN, keinginan untuk menjadi TNI pun semakin tinggi, apalagi melihat sosok Taruna Akmil yang tidak hanya gagah namun juga cerdas dan berwibawa,” ungkap Alzaki.
Pasca lulus dari SMA Taruna Nusantara dia langsung mendaftarkan diri ke Akademi TNI. Selain didorong karena cita-citanya yang ingin menjadi TNI, keputusan Alzaki mendaftar ke Akademi TNI juga dilatarbelakangi oleh kondisi ekonomi keluarga.
Menurutnya, saat itu ia hanya punya uang Rp 50 ribu di dompet. Ia merasa uang sejumlah itu tidak akan bisa mengantarkannya untuk mendaftar ke universitas.
Padahal, ia pernah bermimpi untuk bisa membuat pesawat seperti Presiden ke-3 Indonesia BJ Habibie. Atas pertimbangan tersebut, akhirnya hanya Akademi TNI jalan baginya untuk melanjutkan jenjang pendidikan selanjutnya.
"Selama daftar saya tinggal di Magelang, yaitu di rumah Pak Bambang (Staf/Pengajar SMA TN). Saya sangat terbantu beliau, hingga akhirnya lulus jadi Taruna Akmil," tuturnya.
Advertisement
Torehan di Akademi
Darah juara seakan mengalir di tubuh Alzaki. Hal ini terlihat dari prestasinya di dalam Akademi TNI yang terbilang memuaskan.
Kala mengikuti pendidikan Candradimuka, dirinya lulus menjadi yang terbaik dari Capratar (Calon Prajurit Taruna) Akademi TNI (Akmil, AAL dan AAU).
"Ketika wisuda jurit, saya bahagia karena dapat memberikan prestasi dan kebanggaan kepada orang tua saya yang waktu itu tidak sempat hadir," ucap pria kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat ini.
Di akademi ia terpilih sebagai salah satu anggota dari Danmen Korps (Komandan Resimen Korps). Menurutnya, amanah jabatan tersebut tidak hanya memberikan kebanggaan tersendiri, namun menuntut komitmen yang kuat agar dapat mengatur dan mengelola kehidupan Korps Taruna dari tingkat I sampai dengan III secara baik.
Kendati mengemban amanah yang cukup berat, bukan alasan membuat presentasinya di Akademi merosot. Terbukti Alzaki pun berhasil lulus dengan meraih prestasi tertinggi dalam pendidikan Akmil yaitu Adhi Makayasa dan Trisakti Wiratama.
Adhi Makayasa merupakan prestasi yang diberikan kepada lulusan Akademi TNI yang memiliki prestasi terbaik dari aspek akademis, jasmani, dan kepribadian, akumulasi dari mulai Capratar sampai dengan tingkat akhir.
"Sedangkan peraih pedang Tri Sakti Wiratama diberikan kepada lulusan Akmil atau Akademi TNI dengan prestasi terbaik dari tiga aspek diatas, namun hanya pada tingkat terakhir pendidikan," terang Alzaki.
Prestasi di Militer
Usai lulus dari Akademi TNI, Alzaki begitu banyak menorehkan prestasi lain. Yang terbaru dan juga mengharumkan nama Indonesia, khusnya TNI AD ialah tatkala ia mendapatkan penghargaan dari The Simon Center, yakni The Simon Writing Interagency Award.
Penghargaan tersebut merupakan salah satu dari empat penghargaan akademik di US Army Command and General Staff College (CGSC).
"Selain mendapatkan Award (The Simon Center Writing Interagency), alhamdulillah dalam kesempatan yang diberikan (TNI AD), bisa menyelesaikan pendidikan di CGSC, US Army University dan Webster University," ungkap Alzaki.
Meski sempat tidak menduga ketika diberitahu mendapatkan penghargaan The Simon Writing Interagency Award, Alzaki merasa senang dan bersyukur karena dapat ikut membuat sejarah baru, yaitu menempelkan Indonesia di Wall of Fame The Simmon Center.
Pasalnya, penghargaan tersebut selalu diraih oleh siswa Amerika Serikat (AS).
Saat kali pertama mendengar kabar tersebut, Alzaki langsung lari ke Masjid di Leavenworth untuk berdoa dan bersyukur kepada Allah SWT karena telah memuluskan perjuangannya itu.
“Saya sangat percaya bahwa perencana yang baik adalah yang mampu merencanakan waktunya dimasa yang akan datang, namun perencana terbaik adalah yang mampu merencanakan waktunya melebihi masa hidupnya," tegas Alzaki penuh yakin.
"Alam ini kecil bagi-NYA, apalagi hanya untuk mengabulkan apa yang kita inginkan, jika Dia (Allah) berkehendak," imbuhnya.
Advertisement