Air Mata Fatmawati Tumpah Saat Menjahit Merah Putih

Fatmawati Sukarno berulang kali menumpahkan air mata saat menjahit sang Saka Merah Putih.

oleh Yuliardi Hardjo Putro diperbarui 30 Jun 2019, 11:00 WIB
Film Fatmawati mulai diproduksi di Bengkulu dengan kisah yang belum banyak diketahui publik. (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo)

Liputan6.com, Bengkulu - Ibu negara pertama Republik Indonesia Fatmawati Sukarno berulang kali menumpahkan airmata saat menjahit sang Saka Merah Putih.

Terungkap pula fakta sejarah lain, yaitu ketika menjahit bendera Merah Putih, kondisi Fatmawati tengah hamil tua putra sulungnya Guntur Sukarnoputra.

Cuplikan tersebut merupakan salah satu adegan Short Line Story Film Fatmawati yang sedang diproduksi di Bengkulu dengan pemeran utama wanita artis Silvia Fulli. Film ini diproduksi PT Citra Bengkulu Film yang disutradarai Chalten F. Tatroman.

Diceritakan Produser Every Joe, Film Fatmawati menjahit bendera Pusaka Merah Putih ini bermula saat Fatmawati dan keluarga kembali dari pengasingan di Bengkulu dan menetap di Jakarta. Ini sesuai dengan janji seorang perwira Jepang Shimizu untuk memenuhi janji kemerdekaan dari Jepang kepada Indonesia.

Shimizu sendiri meposisikan diri sebagai orang yang Pro-Indonesia. Sikap itu merupakan skenario yang dimainkan sebagai kepala bagian propaganda.

"Jepang mengizinkan para pemimpin Indonesia untuk memproklamasikan diri, jadi butuh persiapan termasuk bendera negara," ungkap Every di Bengkulu Sabtu 29 Juni 2019.

Shimizu juga memerintahkan seorang perwira Jepang mencari kain merah dan putih untuk diserahkan kepada Fatmawati. Dua helai kain berbahan katun itu didapat dari sebuah gedung di Jalan Pintu Air Jakarta Pusat dan diantarkan ke kediaman Fatmawati dan Sukarno di Jalan Peganggsaan Timur Jakarta.

"Tetesan airmata Fatmawati itu merupakan ungkapan keharuan perjuangan panjang Rakyat Indonesia untuk merdeka," lanjut Every.


Mengenang Jasa Ibu Negara

Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah sangat yakit Film Fatmawati diminati klalayak. (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo)

Film Fatmawati yang diproduksi PT Citra Bengkulu Film sudah memulai memproduksi Teaser Digital Movie dengan durasi 2,5 menit.

Kediaman Ibu Fatmawati di Kelurahan Penurunan Kota Bengkulu dijadikan lokasi awal pembuatan film tersebut.

Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah yang didaulat memberikan narasi dalam Teaser ini mengungkapkan, sosok Fatmawati memang pantas menjadi figur yang menginspirasi. Peran dan jasanya sangat besar bagi Republik Indonesia.

"Mengangkat kisah ini ke layar lebar merupakan satu cita-cita besar orang Bengkulu," tegas Rohidin.

Rohidin meminta semua pihak untuk mendukung langkah pembuatan film pendek sebagai cikal bakal film layar lebar ini. Apalagi Fatmawati sebagai sosok kebanggan seluruh perempuan Indonesia.

Dirinya optimis, Film ini akan diminati oleh khalayak dan diapresiasi masyarakat luas. Tidak hanya mengulas sejarah, tetapi untuk mengangkat harkat perempuan yang memiliki peran penting bagi perjuangan kemerdekaan negeri ini.

"Kami mohon doa restu," ujar Rohidin.


Pemeran Fatmawati Kesulitan Logat Bengkulu

Artis Silvia Fully berjanji akan beradaptasi terkait logat Bengkulu saat memerankan tokoh Fatmawati. (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo)

Pemeran utama Film Fatmawati Sukarno, aktris Silvia Fully mengaku kesulitan saat mengucapkan bahasa dengan logat Bengkulu. Dirinya yang baru pertama kali datang ke Bengkulu saat pengambilan gambar awal mengaku sedikit grogi.

"Saya ingin beradaptasi dengan logat Bengkulu ini," tutur Silvia.

Dia mengaku saat memerankan sosok Ibu Negara Fatmawati tidak cuma gaya berbusana dan tutur bahasa yang muncul secara biasa.

Harus ada logat Bengkulu asli yang diucapkan untuk lebih total mencirikan siapa dan dari mana Fatmawati tu berasal.

Memerankan sosok Fatmawati, bagi artis yang lebih sering muncul di layar FTV ini merupakan suatu kebanggan dan kepercayaan yang luar biasa. Fatmawati dalam kehidupannnya menginspirasi banyak wanita.

"Fatmawati adalah sosok Struggle Mother," kata SIlvia Fully. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya