Liputan6.com, Jakarta - Kamis 27 Juni 2019 menjadi momen penentu sengketa Pemilihan Presiden 2019. Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi akan mengakhiri gugatan pihak peserta calon presiden dan wakil presiden yang berkontestasi. Namun, bagaimana dengan polarisasi di masyarakat yang sudah kadung terbentuk selama momen pesta demokrasi ini?
Sebuah akun Youtube bernama Baraga Hatala, melakukan eksperimen sosial dengan menguji massa yang berkumpul hari putusan MK di sekitaran area Patung Kuda, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta pusat.
Advertisement
Dalam eksperimen tersebut sepasang muda-mudi berupaya mengajak para peserta aksi untuk kembali merajut persaudaraan dengan berjabat tangan dengan kedua pemeran eksperimen tersebut.
Bentuk eksperimen ini tidaklah berbeda dengan eksperimen yang pernah ada di Perancis, Selandia Baru, atau di beberapa negara lain yang dirundung tragedi terorisme.
Dua orang itu punya peran berbeda. Seorang wanita mengaku sebagai pemilih pasangan Capres-Cawapres Jokowi-Ma’ruf dan seorang pria mengaku sebagai pemilih Capres-Cawapres Prabowo-Sandiaga.
Menggunakan penutup mata dan tulisan bermodal karton seadanya, mereka meminta pelukan dan jabat tangan sebagai tanda persaudaraan di tengah panasnya sengketa.
"Jika Kita Masih Bersaudara Jabat Tangan atau Peluk Saya," tulis mereka seperti dilihat Liputan6.com, di akun tersebut, Sabtu (29/6/2019).
Lewat eksperimen ini, tampak di awal, massa terlihat kebingungan dengan apa yang kedua orang tersebut lakukan. Alih-alih berpelukan atau berjabat tangan, lewat video terekam, mereka malah sekedar memicingkan mata atau sekedar berpose untuk foto.
Tak lelah mereka menanti, satu persatu massa mulai tertarik. Diawali oleh pria berpeci putih menyalami salah satu dari mereka yang mengaku sebagai pemilih 02.
"Dingin," ujar pria tersebut seraya tertawa saat menjabat tangan lelaki berpecih putih itu.
Sayangnya, memang tak semua massa aksi, baik itu pria atau wanita yang menaruh perhatian pada eksperimen yang menularkan hal positif ini. Sebagian di antaranya justru sinis dan memandang negatif. Salah satu yang terekam, seorang ibu-ibu tampak mengejek dan menulis kata umpatan.
"Sayangnya, masih saja ada orang yang pikirannya sempit," tulisnya dalam video tersebut.
Terakhir, lewat eksperimen ini, sang kreator video berpesan untuk kembali rajut tali persaudaraan bangsa dan bukan untuk meneruskan perpecahan yang sempat membelah Indonesia menjadi dua kubu pendukung yang saling menghina dan menjatuhkan.
"Dari hasil sosial eksperimen ini selain masih ada orang yang berpikiran sempit, sebenarnya masih banyak yang menanggapi ini berbeda dengan konteks persaudaraan. Tetapi hanya dengan tidak mengintimadasi saja sudah cukup, artinya masyarakat sudah menerima keberadaan orang berseberangan dengannya," tutup video tersebut.
Motif di Balik Eksperimen
Adalah Faris Ismu Amir dan Angelia Sompie yang sengaja membuat eksperimen tersebut saat detik-detik putusan gugatan hasil Pilpres 2019 di Mahkamah Konstitusi (MK), Kamis 27 Juni 2019.
Menurut Faris, hal terkait dilakukan secara spontan dan tidak terlalu banyak persiapan. Terlebih hal itu tercermin dari sederhananya perkakas digunakan.
"Jadi spontan saja, sehari sebelumnya kita coba matangkan konsepnya. Tadi dikira putusan 28 (Juni) ternyata maju satu hari," kata dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Sabtu (29/6/2019).
Ais, sapaan Faris, mengaku niatan dari aksinya itu sederhana, hanya ingin menggugah rasa kemanusiaan dari hati para aksi massa yang berpusat di Jalan Medan Merdeka Barat. Apakah masih ada nurani yang sama meski memiliki jalan politik yang berbeda.
"Awalnya memang tak ada yang menggubris, pada lihat-lihat saja, tapi setelah satu ada bapak-bapak kemudian mulai berlanjut," kata Ais.
Memang tak semuanya menularkan virus positif. Sebagian di antaranya diketahui ada yang berpikiran sempit dengan melakukan umpatan kepada Angelia yang dalam eksperimen sosial ini mengaku mendukung pasangan calon Jokowi-Ma’ruf.
"Lia dinyiyirin, dikira ngajak foto taunya diledekin," kata Ais.
Eksperimen ini dilakukan Ais selama kurang lebih dua jam. Dimulai sejak pukul 16.00 WIB hingga massa membubarkan aksi, atau menjelang pukul 18.00 WIB. Ais dan tim bertugas dalam eksperimen ini mengungkapkan rasa puasnya. Karenanya, bila ada kesempatan, Ais dan tim berkeinginan melakukan hal serupa dengan tujuan positif dan mempersatukan.
"Kami sudah lelah melihat masyarakat bermusuhan, tidak saling sapa dan saling blok, ini pesan dari kita bersama rajut kembali," Ais menyudahi.
Advertisement