Liputan6.com, Jakarta Ada istilah "kejarlah mimpi sampai setinggi langit" yang sering digunakan sebagai motivasi hidup. Artinya, tidak peduli seberapa tinggi cita-citamu, asalkan ada niat, pasti ada jalan untuk mewujudkannya.
Baca Juga
Advertisement
Seperti halnya kisah Tugiyati Cindy, wanita asal Sleman yang berhasil meraih mimpinya menjadi atlet sepakbola putri profesional. Beberapa waktu lalu, tepatnya pada pagelaran Asian Games 2018, Tugiyati mewakili Indonesia dalam cabang olahraga Sepakbola Putri Asian Games 2018 bersama rekan satu timnya.
Tugiyati Cindy atau Jawak Gandur adalah satu dari banyaknya kisah inspiratif yang patut dijadikan motivasi. Jauh sebelum dirinya mendapat predikat atlet bola profesional, Tugiyati hanyalah petugas kebersihan di gedung olahraga daerah setempat.
Ia sempat berpindah-pindah di beberapa GOR hingga kini menetap di GOR Klebengan, Yogyakarta. Sembari menekuni hobinya bermain bola, Tugiyati Cindy tetap rajin menjalankan tugasnya sebagai seorang petugas kebersihan.
“Pertama itu kerja di UPT Stadion Maguwoharjo itu dari tahun 2009 sampai 4 tahun, terus dipindah di GOR Pangukan satu tahun terus dipindah ke GOR tennisan itu juga setahun, disini juga udah 2 atau 3 tahun, jadi udah lama udah hampir sembilan tahun” Ungkap Tugiyati Cindy seperti dikutip Liputan6.com dari Brilio.net, Minggu (30/6/2019).
Tugiyati Cindy sempat dilarang oleh keluarga untuk ikut main sepakbola
Dalam usahanya menjadi atlet bola, Tugiyati Cindy harus melewati jatuh bangun dalam hidupnya. Pasalnya, orangtuanya awalnya tidak merestui dirinya terjun ke lapangan hijau untuk meraih cita-citanya.
Bahkan, sang kakak juga berpendapat sama. Menurut sang kakak, Tugiyati yang terlahir sebagai perempuan lebih cocok untuk masak di dapur. Keahlian Tugiyati dalam mengadu bola awalnya diremehkan oleh keluarga dan para tetangganya.
Menurut mereka, perempuan tidak akan mampu bermain sepakbola. Namun, dengan tekadnya yang besar, Tugiyati Cindy mampu membuktikan bahwa dirinya layak untuk disebut sebagai atlet berbakat.
Terbukti dirinya berhasil digaet mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional, seperti ajang AFF, AFC, SEA Games hingga Asian Games 2018. Tugiyati Cindy mengikuti seleksi Timnas pada tahun 2004 sebagai jalannya untuk lolos menjadi anggota tim Jawa Timur.
Demi lolos masuk sebagai Timnas sepakbola, Tugiyati harus mengikuti seleksi sebanyak empat puluh hingga enam puluh tahapan seleksi. Kini, di sela-sela kesibukannya dalam mencari rezeki, ia masih sering berlatih juggling, running, atau shooting di lapangan tempatnya bekerja untuk menjaga kondisi tubuh.
“Dari kemauan kita, dari diri kita, bahwa aku itu bisa. Nggak cuman laki, tapi sepak bola cewek itu ada,” jelasnya.
Advertisement
Harapan Tugiyati Cindy
Kendati hanya berprofesi sebagai petugas kebersihan, Tugiyati Cindy telah melanglang buana hingga ke Filipina, Vietnam bahkan Bahrain. Sembari mengisi waktu luangnya, ia kerap ditunjuk sebagai wasit di berbagai pertandingan.
Kini, orangtuanya tak lagi melarang sang putri untuk mengasah keahliannya di lapangan hijau. Sebaliknya, kedua orangtua Tugiyati justru selalu mendoakan di kala putrinya hendak menghadapi pertandingan.
Ketika ditanya harapannya terkait sepakbola putri Indonesia, Tugiyati Cindy menyebutkan bahwa ia ingin sepakbola putri agar tidak lagi dianaktirikan. Menurutnya, cabang olahraga sepakbola putri telah berkembang pesat sehingga dibutuhkan perhatian khusus dari pemerintah.
“Harapannya aku tuh pingin sepak bola putri itu diperhatikan gituloh, gak cuman cowok tapi cewek tuh juga ada gituloh. Udah gak cuman satu sekarang udah di semua daerah, semua provinsi udah ada" Tutur Tugiyati Cindy.
Lebih diperhatikan, kalau tidak gak diperhatikan sama sekali seperti di anaktirikan gitu, harusnya kan sepak bola putri itu juga ada, ya siapa tau sepak bola putri malah berprestasi, bisa lebih maju gitu” Imbuhnya.
Selengkapnya, berikut video lengkap wawancara bersama Tugiyati Cindy alias Jawak Gandur, dikutip dari Brilio News: