Liputan6.com, Jakarta Tuhan punya cara unik mempertemukan seseorang dengan jodohnya. Mark Daugherty (26) dan Samantha Settle (23) menikah setelah dipertemukan sekitar dua puluh tahun lalu di sebuah rumah sakit karena leukemia.
Mei lalu menjadi bulan spesial bagi Mark dan Samantha. Keduanya dipersatukan dalam janji suci pernikahan. Pertemuan pasangan ini memang sangat berbeda dari pasangan lainnya. Mereka bertemu ketika sama-sama berjuang melawan acute lymphoblastic leukemia (ALL) saat masih anak-anak.
Advertisement
Kala itu Mark baru berusia 5 tahun dan Samantha 2 tahun. Mereka menemui dokter yang sama untuk menjalani prosedur kemoterapi. Sama-sama berjuang sembuh dari leukemia, persahabatan Mark dan Samantha terjalin alami. Mereka saling menyemangati. Suatu kedekatan spesial yang hanya bisa dipahami oleh mereka yang pernah mengalami penyakit serius.
"Setiap kali kami berjuang menghadapi suatu kondisi, kami akan berkata, 'Otakku yang terkena kemo adalah yang tebraik untukku hari ini.'" ujar Samantha.
"Tak ada yang bisa memahaminya kecuali dia pernah mengalami efek samping kemo yang muncul kemudian, terutama ketika Anda menjalani kemo ketika kanak-kanak," lanjutnya.
Meski telah dinyatakan bebas dari leukemia sekitar 15 tahun, dampak dari penyakit serta pengobatan masih dirasakan oleh Mark dan Samantha. Hal tersebut terutama dirasakan oleh Samantha sangat memegaruhi perkembangan otaknya. Hingga kini dia masih berusaha meningkatkan kemampuan membaca. Namun, hal manisnya, Mark selalu ada untuk membantu dan menyemangatinya membaca.
"Dia benar-benar mengajariku untuk tidak menyerah. (Biasanya) dia akan duduk dan berkata, 'Kamu tidak boleh menyerah, kamu tak boleh menyerah. Membaca memang sulit, tapi teruslah berusaha,' dan kata-kata itu terus terngiang di benakku untuk menghadapi apa pun," cerita Samantha, melansir laman New York Post.
Pertemanan berlanjut
Mark dan Samantha terus menjalin pertemanan meski telah dinyatakan bebas dari leukemia. Mereka kerap bertemu, terutama saat mengunjungi dokter untuk pemeriksaan rutin. Keduanya juga ikut dalam acara kemah musim panas serta acara-acara lain di sekitar tempat tinggal mereka.
Mark dan Samantha merasa nyaman dan bahagia bersama-sama. Tapi hubungan mereka sebagai kekasiih baru dimulai ketika kuliat di Florida State University. Hubungan mereka berjalan mulus. Pada 2017, Mark dan Samantha mengunjungi Biltmore Estate di Carolina Utara. Di sanalah Mark melamar sang kekasih dengan disaksikan keluarga mereka.
Hari bahagia pernikahan Mark dan Samantha turut disaksikan oleh dokter yang dulu merawat mereka.
"Melihat kini mereka telah dewasa dan menikakh sangatlah luar biasa," ujar Dr Fouad Hajjar, direktur hematologi dan onkologi anak di Advent-Health for Children. Hingga kini dokter tersebut masih rutin memeriksa kondisi pasangan tersebut.
Pemeriksaan rutin setelah bebas dari kanker kerap kali masih menjadi tantangan tersendiri bagi para penyintas. Dan Mark serta Samantha beruntung memiliki satu sama lain.
"Sam adalah orang kuajak bicara ketika aku menjalani semua tes untuk memastikan bahwa kondisiku baik-baik saja," ujar Mark. "Dia paham kondisi kesehatanku, dan kesehatannya secara mental, fisik, dan spiritual adalah hal yang paling penting."
Mark dan Samantha menikmati kebersamaan mereka. Keduanya kerap bertualang ke berbagai tempat, salah satunya ke Walt Disney World untuk berbulan madu. Mark berusaha menikmati setiap momennya bersama sang istri.
"Memori lebih bertahan dibandingkan hal-hal material," Mark mengutip ucapan ayahnya. "Menjalani kondisi seperti ini, hidup tampak sangat singkat dan bisa berubah secara cepat. Jadi kenapa tak menikmatinya dengan sepenuh hati?".
Advertisement