Liputan6.com, Kabul - Sebuah ledakan dahsyat mengguncang ibu kota Afghanistan, Kabul. Efeknya membuat jendela beberapa bangunan pecah, serta mengirim asap tebal ke area kementerian pertahanan setempat.
Ledakan itu juga menyebabkan puluhan orang dilarikan ke rumah sakit, baik akibat terkena puing bangunan maupun asap tebal, demikian sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Senin (1/7/2019).
Bom meledak saat jam sibuk pagi hari di ibu kota Kabul, ketika beberapa ruas jalan utama mulai dipenuhi oleh lalu lalang orang.
Baca Juga
Advertisement
Mohammad Karim, seorang pejabat polisi di daerah serangan itu, mengatakan sebuah bom mobil meledak di luar gedung kementerian pertahanan Afghanistan.
Para militan kemudian berlari ke sebuah gedung tinggi di dekatnya yang terletak di pasar yang ramai, dan mulai menembaki kementerian.
Polisi dan pasukan keamanan khusus Afghanistan mengerumuni daerah itu dan menutupnya. Tembakan sporadis bisa terdengar, kata Karim.
Ledakan itu juga menyebabkan kerusakan pada bangunan Federasi Sepak Bola Afghanistan, dan stadion Ghazi, yang berlokasi tidak jauh darinya.
"Beberapa rekan kami terperangkap di dalam, kami memiliki laporan beberapa cedera. Kami tidak tahu apakah penyerang telah memasuki gedung," kata Shams Amini, seorang juru bicara federasi sepakbola mengatakan.
"Puluhan orang yang terluka dibawa ke rumah sakit akibat ledakan hari ini di Kabul," twit juru bicara kementerian kesehatan Wahidullah Mayar.
Kepala juru bicara kepolisian Kabul, Firdous Faramaz, hanya bisa mengkonfirmasi ledakan itu, tetapi tidak jelas mengenai target atau jenis alat peledak, lapor kantor berita Associated Press.
Belum Ada Klaim Tanggung Jawab
Sejauh ini belum ada kelompok yang segera mengaku bertanggung jawab, dan polisi mengatakan mereka belum mengetahui target atau sifat ledakan itu.
Serangan itu terjadi dua hari setelah Taliban dan Amerika Serikat memulai perundingan putaran ketujuh di Qatar, di mana kelompok bersenjata itu mempertahankan kantor politik.
Negosiasi sejauh ini berpusat pada empat masalah, yakni kontra-terorisme, kehadiran pasukan asing, dialog intra-Afghanistan, dan gencatan senjata permanen.
Kesepakatan potensial disebut akan membuat AS setuju untuk menarik tentaranya, setelah lebih dari 17 tahun berada di Afghanistan.
Namun, hal itu memicu kekhawatiran mendalam di antara sejumlah besar warga Afghanistan, yang takut para militan akan menguasai negara.
Sementara itu, sebagai imbalan pembahasan terkait, Taliban akan menjamin Afghanistan tidak akan pernah lagi menjadi tempat yang aman bagi kelompok-kelompok ekstremis, seperti yang terjadi saat Al-Qaeda eksis sebelum serangan 11 September 2001.
Advertisement