Kembangkan Mobil Autonomous, Toyota Didukung 5 Pabrikan Besar Jepang

Kelima pabrikan tersebut adalah Suzuki, Mazda, Subaru Corp, Isuzu Motors, dan divisi mobil kompak

oleh Arief Aszhari diperbarui 01 Jul 2019, 18:19 WIB
Logo Toyota (Foto: ibtimes.co.uk)

Liputan6.com, Jakarta - Lima produsen mobil asal Jepang, termasuk Suzuki dan Mazda pekan lalu menegaskan bakal berinvestasi sebesar 2 persen, dalam usaha layanan mobil tanpa supir milik SoftBank Corp dan Toyota Motor Corp.

Melansir Reuters, kelima pabrikan tersebut adalah Suzuki, Mazda, Subaru Corp, Isuzu Motors, dan divisi mobil kompak Toyota-Daihatsu, dan masing-masing akan berinvestasi 57,1 yen atau setara Rp 7,4 miliar.

Dalam usaha kerjasama tersebut, bakal dijuluki Monet, dengan saham sebesar 2 persen. Sementara itu, SoftBank dan Toyota masing-masing akan mempertahankan saham 35 persen di perusahaan.

Sedangkan investor lainnya, yaitu Honda Motor Co Ltd dan juga Hino Motors Ltd, bergabung dengan pembuatan truk Toyota, dengan saham masing 10 persen.

Sebagai informasi, perusahaan ini diresmikan pada Oktober, dan berencana untuk meluncurkan bus dan layanan mobil di Jepang tahun depan. Selain itu, perusahaan ini juga berencana untuk menghadirkan kendaraan listrik pada 2023.

Investasi baru ini akan membuat Suzuki, Mazda dan Subaru memperdalam kemitraan dengan Toyota. Pasalnya, mereka telah sepakat untuk memanfaatkan daya R&D pembuat mobil terbesar Jepang untuk mobil listrik dan teknologi kendaraan masa depan lainnya.


Toyota Siap Investasi Rp28,3 Triliun untuk Produksi Mobil Hybrid di Indonesia

Keseriusan Toyota Indonesia untuk produksi mobil hybrid pada 2022 mendatang semakin terlihat. Toyota sudah siap untuk berinvestasi sebesar  Rp28,3 triliun selamat empat tahun selanjutnya.

Kesepakatan terjadi, kala Menperin melakukan pertemuan dengan President Toyota Motor Corp. Akio Toyoda, dalam sesi One on One Meeting di Osaka (27/6).

“Rencana investasi Toyota berikutnya, terkait kebijakan pemerintah yang baru. Yaitu mendorong pengembangan electric vehicle. Nah, itu yang bakal tercantum dalam dua PP. Pertama, mengenai percepatan kendaraan berbasis elektrik. Dan yang kedua, kegiatan terkait dengan PPnBM untuk industri berbasis elektrik, yang di dalamnya termasuk hybrid. PPnBM itu bisa menjadi nol (0) kalau berbasis kepada elektrik dan emisinya paling rendah,” ungkap Menperin Airlangga Hartanto, dalam keterangan resmi.

Sebetulnya, Kemenperin dan APM Jepang di sini, telah melakukan studi pengembangan dan penggunaan kendaraan listrik. Tak sedikit yang “menyumbangkan” unit untuk kepentingan riset. Bahkan sampai melibatkan enam perguruan tinggi di Indonesia.

Hasil studi itu menyebutkan, mobil hybrid menjadi salah satu alternatif, berlandaskan analisis well to wheel. Apa itu? Sebuah paradigma alur penggunaan energi terhadap dampak lingkungan (emisi). Melihat ekosistem pembangkitan energi hingga tatanan infrastruktur elektrifikasi, Indonesia lebih cocok dengan kendaraan hybrid.

Beberapa waktu lalu, petinggi Toyota juga datang ke Jakarta, menegaskan komitmen bisnis di sini. “Kami ingin memberikan pelayanan utama kepada konsumen. Sesuai budaya perusahaan, agar mereka praktis menggunakan jenis kendaraan listrik. Toyota bersama Daihatsu, memproduksi mobil hybrid di Indonesia pada 2022. Modelnya antara lain SUV dan MPV. Kami menilai, kedua jenis ini yang lebih diminati konsumen di Indonesia. Kami sedang menyiapkan produksinya,” imbuh Susumu Matsuda, Deputy CEO Toyota Corporation.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya