RI Tertinggal dari Malaysia di Industri Halal Dunia

Indonesia berada posisi ke-10 sebagai produsen produk halal dunia.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Jul 2019, 18:45 WIB
Pengunjung melihat produk UMKM dari Rumah Kreatif BUMN (RKB) binaan BNI saat Launching Halal Park di Senayan Jakarta, Selasa (16/4). Halal Park yang akan bertransformasi menjadi Halal Distrik didesain menjadi ekosistem bagi pelaku industri gaya hidup halal di Tanah Air. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Calon Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengatakan Indonesia belum berperan banyak dalam industri halal. Padahal Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.

"Sebagai negara dengan jumlah populasi muslim terbesar di dunia Indonesia belum dapat berperan berperan banyak di bidang ekonomi dan keuangan syariah," kata dia, saat menjalani fit and proper test, di Komisi XI DPR RI, Jakarta, Senin (1/7).

Dia mengungkapkan, di sektor keuangan, pangsa pasar industri syariah masih masih sangat rendah. "Di Bulan April 2019 hanya mencatat 5,9 persen untuk industri perbankan dan 4,2 persen untuk industri keuangan non bank dan 16 persen di pasar modal atau secara total hanya mencapai 8,7 persen dari total industri keuangan di Indonesia," ujar dia.

 

Sementara dalam konteks global, lanjut Destry, data yang dilaporkan dalam 'State of The Global Islamic Economic report 2018/2019' menunjukkan dalam kaitan dengan industri halal global, Indonesia berada posisi ke-10 sebagai produsen produk halal dunia.

"Jauh di bawah Malaysia di posisi yang duduk di posisi satu," kata dia

Indonesia pun cenderung dijadikan hanya sebagai pasar untuk produk halal global. Hal itu tercermin dari posisi Indonesia di peringkat kelima sebagai negara pengimpor produk halal.

"Akibatnya memberikan tekanan pada defisit transaksi berjalan," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Ini Tantangan Bisnis Halal dan Solusinya

Pengunjung memasuki Rumah Kreatif BUMN (RKB) binaan BNI saat Launching Halal Park di Senayan Jakarta, Selasa (16/4). Halal Park yang akan bertransformasi menjadi Halal Distrik diharapkan menjadi tempat bagi para pelaku di industri halal untuk mengembangkan ide kreatifnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bisnis halal menjadi salah satu perhatian pemerintah mengingat tingginya potensi ekonomi di sektor tersebut.

Halal Park pun baru diresmikan pemerintah untuk memfasilitasi berkembangnya bisnis halal di Indonesia. Lalu tantangan apa yang menghadapi bisnis halal?

Menurut konsultan brand dan marketing Dian Maya Puspitasari dari Big Change Agency, bisnis halal perlu mengekspansi pasar dengan cara menjelaskan, halal tidak untuk satu golongan saja, melainkan baik untuk berbagai pihak.

Dian melihat, masih ada yang berpikir barang halal hanya identik untuk Muslim saja, padahal halal itu terkait esensi kebaikan dan yang tak membuat makhluk lain menjadi tidak baik. Solusi yang ia tawarkan adalah storytelling agar pasar memahami fungsi positif produk halal.

"Kita juga tahu bahwa halal itu baik untuk kita semua. Tantangan yang tadinya (produk halal) hanya untuk komunitas tertentu saja, maka bisa hilang dengan menjelaskan halal itu baik untuk semua dan tidak meyakini makhluk lain," ujar Dian saat berbincang dengan Liputan6.comsetelah mengisi konferensi pers Halal Park di Jakarta Pusat, Jumat (26/4/2019).

Teknik storytelling itu juga menjadi tips dari Dian agar pebisnis bisa menjual produknya, terutama lewat media sosial. Ia memandang foto-foto cantik belumlah maksimal untuk menarik perhatian  pembeli.

"Sebenarnya ada yang lebih besar dari itu, yakni bagaimana kita mensarikan produk kita itu keunggulannya apa dan relevansinya dengan konsumen," ujar dia.

Dian pun mengingatkan, penjual harus dapat menyajikan kisah yang orisinil Sayangnya, masih ads pebisnis yang tidak mengindahkan aspek storytelling.

Dian berharap penjual tidak melupakan aspek tersebut. Lantaran selain memberi nilai tambah produk, pembeli pun bisa makin loyal berkat mengetahui kisah produk yang mereka beli.


Indonesia Akan Punya Halal District Mirip Makah-Madinah

Konsep Halal Park akan memberikan nuansa seperti mengunjungi Makah-Madinah.

Sebelumnya, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memberi dukungan penuh pada program Halal Park serta perkembangan industri halal. Seperti diketahui, Halal Park baru saja diresmikan oleh Presiden Jokowi pada pertengahan April 2019.

Namun, Halal Park ternyata merupakan langkah awal. Ke depannya, PT Wijaya Karya (WK) memainkan peran penting dalam bidang konstruksi dan realty. BUMN kontruksi satu ini akan mengembangkan Halal District seluas 2 juta meter persegi dengan anggaran sebesar Rp 250 miliar.

"Kami menyediakan desain dan terkait pembangunan ke depan, Insha Allah dalam dua tahun ke depan, tempat ini akan terwujud," ujar Novel Arsyad Direktur SDM dan Pengembangan Bisnis Wika dalam konferensi pers di Halal Park, GBK, Jakarta Pusat, Jumat, 26 April 2019.

Selain menghadirkan co-working space dan tempat berjualan, konsep Halal District ini akan memberikan nuansa seperti mengunjungi Makah-Madinah, di antaranya:

- Masjid Kudus yang merupakan representasi Makah- Jalur pejalan kaki yang menghubungkan satu bangunannya ke bangunan lain yang terinspirasi dari tawaf

- Green Plaza Central sebagai lokasi sosialisasi ala konsep Plaza Mekah- Bangunan Rumah Minang dan Terawang yang mewakilkan Masjid Nabawi

Novel menjelaskan, konsep Halal District itulah akan mengakomodir fashion, makanan, turisme, dan sekolah. Keempatnya mengarah ke halal lifestyle dan melibatkan berbagai kementerian seperti Kementerian Perindustrian dan Perdagangan.

"Nantinya kita tak mungkin hanya sendiri, pasti kementerian lain pasti akan berkomunikasi membuat halal lifestyle ini bisa terjadi," ucap Novel.


Jawa Barat Jadi Destinasi Wisata Halal Unggulan

Bisnis properti erat kaitannya dengan infrastruktur dan kondisi alam. Itu sebab mengapa wilayah Bandung Timur dan Selatan saat ini dan juga ke depannya diproyeksikan menjadi surga baru bagi lokasi properti di wilayah barat.

Kementerian Pariwisata (Kemenpar) terus memacu pengembangan pariwisata halal di Indonesia. Salah satunya di Jawa Barat sebagai destinasi wisata halalunggulan Indonesia.

Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Area I Jakarta-Banten Kemenpar, Wastutik mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan industri wisata halal menjadi yang terbesar di sektor pariwisata.

Berdasarkan catatan Kemenpar, pertumbuhan industri wisata halal dunia pada 2018 menjadi yang terbesar dari sektor pariwisata dengan kunjungan wisatawan muslim mencapai 140 juta.

Ditargetkan pada 2026, kunjungan wisatawan muslim akan mencapai 230 juta dengan transaksi pembelanjaan hingga USD 180 miliar.

"Pertumbuhan wisata halal Indonesia di 2018 mencapai 42 persen. Sedangkan terget kunjungan wisatawan halal dunia ke Indonesia di 2019 sejumlah 5 juta atau tumbuh 42 persen, jika dibandingkan tahun lalu sejumlah 3,5 juta," ujar dia di Jakarta, Kamis (25/4/2019).

Wastutik menuturkan, wisata halal telah menjadi satu tren yang sedang difokuskan di Indonesia. Maka tidak heran jika dalam tempo lima tahun terakhir termasuk pada 2019, Indonesia mampu menjadi negara terbaik di Global Muslim Travel Index (GMTI), mengungguli 130 destinasi lain di seluruh dunia.

"Ini merupakan potensi jumlah dan intensitas belanja wisata muslim yang sudah mengincar Indonesia untuk dijadikan perjalanan wisata," kata dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya