Liputan6.com, New York - Harga minyak naik pada hari Senin (Selasa pagi WIB) usai Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memperpanjang pemotongan pasokan hingga Maret 2020 selama pertemuan di Wina. Namun, kenaikan juga terpangkas kekhawatiran pasar tentang kelebihan pasokan.
Dilansir dari Reuters, harga minyak berjangka Brent untuk pengiriman September ditutup naik USD 32 sen menjadi USD 65,06 per barel. Selama sesi itu, harga menyentuh level tertinggi USD 66,75. Kontrak pengiriman Agustus ditutup pada USD 66,55 per barel pada hari Jumat pekan lalu.
Harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus naik USD 62 sen menjadi USD 59,09 per barel, setelah sebelumnya menyentuh tertinggi selama lebih dari lima minggu pada USD 60,28.
Baca Juga
Advertisement
OPEC sepakat pada Senin untuk memperpanjang pengurangan pasokan minyak hingga Maret 2020. OPEC dijadwalkan bertemu dengan Rusia dan produsen lainnya, aliansi yang dikenal sebagai OPEC+, pada hari Selasa untuk membahas pengurangan pasokan di tengah melonjaknya produksi AS.
"WTI dan Brent hari ini telah jatuh dari level tertinggi intraday karena pengamat pasar gelisah menanti hasil pertemuan OPEC," kata Tony Headrick, pialang komoditas di CHS Hedging LLC.
Iran, di bawah sanksi AS bersama sekutu OPEC Venezuela, pada hari Senin bergabung dengan produsen utama Arab Saudi, Irak dan Rusia mendukung perpanjangan pemangkasan pasokan.
Presiden Rusia Vladimir Putin sepakat dengan Arab Saudi untuk memperpanjang pengurangan produksi 1,2 juta barel per hari (bph) selama enam hingga sembilan bulan.
Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih mengatakan kesepakatan itu kemungkinan besar akan diperpanjang sembilan bulan dan tidak ada pengurangan yang lebih dalam diperlukan.
Harga minyak telah berada di bawah tekanan baru dalam beberapa bulan terakhir dari meningkatnya pasokan AS dan ekonomi global yang melambat.
Produksi minyak mentah AS pada bulan April naik ke rekor bulanan baru 12,16 juta barel per hari, menurut Administrasi Informasi Energi AS, meskipun pertumbuhan produksi shale oil kemungkinan memuncak tahun lalu.
Sementara itu, pasar keuangan didukung oleh pencairan hubungan AS-China setelah para pemimpin dua ekonomi terbesar dunia sepakat pada hari Sabtu untuk memulai kembali perundingan perdagangan. Namun, analis Citi ragu bahwa kedua belah pihak akan segera mencapai kesepakatan.