Misteri Jasad di Taman Pemukiman London, Diduga Jatuh dari Pesawat

Jasad seorang laki-laki yang belum diketahui identitasnya ditemukan di sebuah taman pemukiman di Clapham, London selatan. Ia diyakini jatuh dari sebuah pesawat.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Jul 2019, 09:57 WIB
Ilustrasi Pesawat Jatuh (iStockphoto)

Liputan6.com, London - Kepolisian Metropolitan London mengatakan, telah ditemukan jasad seorang laki-laki yang belum diketahui identitasnya di sebuah taman pemukiman di Clapham, London selatan, pada Minggu 30 Juni. Korban diyakini jatuh dari sebuah pesawat.

Polisi mengatakan, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (2/7/2019), otopsi akan dilakukan untuk mengetahui penyebab kematiannya.

Ia diduga kuat penumpang gelap jatuh dari bagian bawah pesawat yang mendekati Bandara Heathrow, London, setelah penerbangan sembilan jam dari Nairobi, demikian menurut polisi dan petugas maskapai penerbangan hari Senin 1 Juli 2019 waktu setempat.

Kenya Airways mengatakan polisi melacak asal jasad itu diduga berasal dari pesawat yang terbang dari Nairobi ke London. Sebuah tas, air dan makanan ditemukan di kompartemen roda pesawat, setelah pesawat itu mendarat.

Maskapai penerbangan itu menyebut kematiannya sebagai 'musibah' dan mengatakan pihaknya bekerja sama dengan otoritas berwenang di Inggris dan Kenya.

Bersembunyi di bagian bawah pesawat merupakan hal yang sangat berbahaya. Para pakar yakin sepertiga penumpang gelap yang bersembunyi di sana tidak selamat karena suhu dingin yang ekstrem dan kekurangan oksigen ketika pesawat mencapai ketinggian jelajah.

Meski tidak umum, pada masa lalu penumpang gelap jatuh di jalan-jalan kota London ketika pesawat menurunkan roda pendaratan mereka. Pada September 2012, seorang laki-laki Mozambik berusia 30 tahun, Jose Matada, meninggal dunia setelah jatuh dari bagian bawah pesawat dari Angola menuju ke London, Inggris.


Penumpang Gelap Jatuh dari Pesawat Menuju New York

Ilustrasi pesawat (Pixabay)

Dua penumpang gelap jatuh dari pesawat sesaat setelah lepas landas dari sebuah bandara di Guayaquil, Ekuador dalam penerbangan ke New York, Amerika Serikat. Pihak berwenang mengatakan kepada media lokal kematian keduanya terjadi pada Senin 26 Februari 2018.

Sejauh ini pihak berwenang tak memberikan detail atas kejadian dua penumpang gelap jatuh dari pesawat tersebut.

Pihak berwenang hanya mengatakan dua jasad pria berusia antara 25 dan 30 tahun, ditemukan di ujung selatan landasan pacu Bandara Jose Joaquin de Olmedo di Guayaquil.

"Dua orang masuk ke jalur pendaratan dan saat pesawat lepas landas, sistem di kapal terbang itu menghempaskannya atau mereka kehilangan pegangan," ujar Jenderal Marcelo Tobar seperti dikutip dari Asia One, Selasa 27 Februari 2018.

Jaksa Carlos Bustamante mengatakan bahwa pesawat yang kembali ke Guayaquil berasal dari Peru dan sedang dalam perjalanan ke New York.

"Operasi bandara ditutup selama satu jam setelah kejadian tersebut," jelas Kantor Penerbangan Sipil.


Nasib Mujur Penumpang Gelap

Ilustrasi pesawat (iStock)

Tak seperti kedua pria di Guayaquil, Equador, remaja bernama Yahya Abdi lebih mujur. Ia berhasil selamat dalam penerbangan 5 jam dari California ke Hawaii dalam ruang roda pesawat terbang Hawaiian Airlines. Padahal, suhu di ruang itu dingin membeku.

Penumpang gelap itu menyelinap ke Bandara Internasional Mineta di San Jose setelah melompati pagar. Ia meringkuk di lubang roda belakang Boeing 767 karena berupaya bertemu lagi dengan ibunya.

Ia mendengar kabar ibunya masih hidup walaupun ayahnya mengatakan sebaliknya.

Ketika pesawat mendaki ke ketinggian lebih dari 11 kilometer dan suhu ruang kemudian anjlok hingga minus 62 derajat Celsius, remaja itu pun kehilangan kesadaran.

Satu jam setelah pesawat mendarat, ia pun siuman dan berjalan di tarmac hingga dipergoki awak darat yang kaget melihatnya. Abdi ditanyai oleh FBI dan kemudian diserahkan kepada petugas perlindungan anak untuk mendapatkan perawatan medis dan keterangan kesehatan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya