Liputan6.com, Cilegon - Kekeringan melanda warga Kampung Watu Lawang, Pasir Salam, Porod Lampung dan Pasir Kelapa, Kelurahan Gerem, Kota Cilegon, Banten.
Satu-satunya sumber air bersih berada di sebuah cerukan yang dikelilingi berbatuan. Untuk sampai ke sumber mata air itu warga harus rela berjalan kaki selama satu jam.
Advertisement
Dua pekan sudah warga memanfaatkan mata air itu yang di isi ke dalam jerigen, berkapasitas antara 10 liter sampai 20 liter.
"Cuma untuk mencuci sama mandi aja ini. Kalau masak sama minum, beli (air) isi ulang," kata Hayubi (36), warga Kampung Watu Lawang, Kelurahan Gerem, Kota Cilegon, Banten, Selasa (02/07/2019).
Jika menuju Pelabuhan Merak, maka akan melewati Gerbang Tol (GT) Merak, di sebelah kanannya terlihat bukit bebatuan. Di situlah perkampungan mereka.
Kondisi mata airnya pun sudah mengering dan terlihat berwarna keruh. Karenanya, warga tak berani mengkonsumsinya.
Mereka harus membeli air galon isi ulang ke 'perkotaan', melalui jalan yang hanya bisa dewati sepeda motor.
"Kalau dulu masih tanah (jalannya). Sekarang udah di semen (betonisasi)," terangnya.
Begitpun menurut warga Pasir Kelapa, Hasanah (41), dia mengambil air untuk keperluan sehari-hari menggunakan sepeda motor dengan anak laki-lakinya.
Warga harus mengantre mengambil air, supaya setiap warga mendapatkan air.
"Pagi sama sore pasti ngambil air di sini. Ngantri dulu," kata Hasanah kepada Liputan6.com, Selasa (2/7/2019).
Antreannya, berdasarkan jerigen terdekat dan berurutan hingga jerigen terjauh. Rata-rata warga membawa satu sampai dua jerigen air.
"Kalah banyak-banyak nanti abis air nya," kata Hasanah.
Setiap tahun kekeringan melanda warga empat kampung di Kelurahan Gerem. Hingga kini, Pemkot Cilegon belum memberikan bantuan air bersih atau menyiapkan solusi kekeringan bagi masyarakat.
"Harapannya sih biar ada air terus, biar enggak susah (air)," ujarnya.