Manusia Sudah Merokok Ganja Sejak 2.500 Tahun yang Lalu?

Sebuah penggalian menemukan jejak-jejak zat dalam ganja yang sudah berusia lebih sekitar 2.500 tahun lalu

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 02 Jul 2019, 20:00 WIB
Ilustrasi Foto Ganja (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Penggunaan ganja sebagai obat-obatan masih menjadi kontroversi di berbagai negara, meski sudah ada wilayah yang melegalkannya. Namun, tanaman ini sesungguhnya sudah digunakan sejak ribuan tahun lalu.

Sebuah penggalian terhadap situs bersejarah yang dilakukan sejak 2013, menemukan bahwa ganja sudah digunakan sekitar 2.500 tahun lalu di Asia Tengah. Orang-orang di wilayah studi sudah menghisap rokok ganja dengan zat psikoaktif dalam pemakaman.

Melansir Science Alert pada Selasa (2/7/2019), para arkeolog menemukan jejak zat-zat ganja seperti cannabinol dan metabolit oksidatif tetrahydrocannabinol (THC) dalam pembakar dupa di Pemakaman Jirkanzai kuno, Dataran Tinggi Pamir.

Mengutip Live Science, National Center for Biotechnology menyatakan bahwa THC merangsang sel-sel otak untuk melepaskan dopamin dan euforia. Mereka menyebabkan halusinasi, delusi serta pemikiran yang berubah.

Efeknya bertahan sekitar dua jam dan dirasakan setelah 10 sampai 30 menit dikonsumsi.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini


Bagian dari Ritual

Ilustrasi Foto Ganja (iStockphoto)

Dugaan sementara, aktivitas menghisap ganja merupakan sebuah bagian dari ritual. Maka dari itu, dilakukan ekstrasi residu dari kayu dan batu untuk melihat komposisi kimia yang ada di dalamnya.

Para ilmuwan juga melihat analisis sampel ganja dari Pemakaman Jiayi di Turpan yang berasal dari tahun 790-520 SM untuk mendapatkan sinyal referensi kimia. Gunanya untuk menegaskan hasil tes pertama mereka.

"Kami mengidentifikasi biomarker ganja dan bahan kimia lokal yang terkait dengan sifat psikoaktif tanaman," kata arkeolog Yimin Yang dari University of Chinese Academy of Sciences.

"Ini adalah salah satu bukti kimia paling awal dari rokok ganja," kata Yang melanjutkan.


Kandungan THC yang Lebih Tinggi

Ilustrasi Foto Ganja (iStockphoto)

Menariknya, tes menunjukkan konsentrasi THC yang ditemukan lebih tinggi daripada ganja yang ditemukan secara liar. Ada kemungkinan, mereka mencari tanaman ganja dengan kandungan THC yang lebih tinggi atau mungkin menanamnya.

Ini berbeda dengan temuan sebelumnya yang menunjukkan budidaya ganja sudah ada sejak 4000 SM, sebagai bahan baku minyak biji dan tanaman serat, namun dengan konsentrasi THC yang sangat rendah.

Para peneliti melanjutkan, penggunaan tanaman ganja sebagai zat psikoaktif kemungkinan berasal dari Asia Tengah. Di mana tanaman ini pertama kali berevolusi. Sehingga, tidak butuh waktu lama untuk mereka menyebar ke belahan bumi utara lewat rute Jalan Sutra di masa awal.

Hasil penelitian ini secara lengkap, telah dipublikasikan di jurnal Science Advances.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya