Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan masih menghijau untuk perdagangan saham Rabu pekan ini.
Analis KGI Sekuritas, Yuganur Wijanarko menilai, momentum koreksi dan konsolidasi minor IHSG telah selesai. Oleh karena itu, kini waktu bagi IHSG untuk mengejar resistance atas.
"Konsolidasi IHSG untuk mengurangi jenuh beli (overbought) kini sudah selesai. Jadi sekarang momentum meneruskan tren naik untuk mengejar resistance di atas 6420-6490," tutur dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Rabu (3/7/2019).
Baca Juga
Advertisement
Sebaliknya, Analis PT Artha Sekuritas, Dennies Christoper Jordan memperkirakan IHSG masih akan tersungkur ke zona negatif pada Rabu pekan ini.
Potensi pelemahan jangka pendek itu menurut dia besar terjadi melihat ruang penguatan IHSG sudah cukup terbatas. Sebab itu, dirinya prediksi IHSG tertekan di level 6.367-6.407.
"Secara teknikal indikator stochastic sudah membentuk deadcross, mengindikasikan adanya pelemahan dalam jangka pendek," terang dia.
Adapun untuk hari ini, Dennies menyarankan investor untuk mengkoleksi saham PT Medco Energi International Tbk (MEDC), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dan PT PP (Persero) Tbk (PTPP).
Sedangkan Yuganur merekomendasikan saham PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR).
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Penutupan IHSG Kemarin
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bervariasi hingga akhirnya berbalik arah ke zona hijau pada perdagangan saham Selasa pekan ini.
Pada penutupan perdagangan saham, Selasa 2 Juli 2019, IHSG naik terbatas 5,2 poin atau 0,08 persen ke posisi 6.384,89. Indeks saham LQ45 menguat 0,23 persen ke posisi 1.023,19. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau.
Sebanyak 232 saham melemah sehingga menyeret IHSG sempat ke zona merah dan hanya naik tipis. 174 saham menguat sehingga mengangkat IHSG dan 133 saham diam di tempat.
Pada perdagangan Selasa pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.394,45 dan terendah 6.365,37. Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 532.977 kali dengan volume perdagangan 17,1 miliar saham.
Nilai transaksi harian saham Rp 8,1 triliun. Investor asing beli saham Rp 846,91 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.138.
Sebagian besar sektor saham sama-sama menguat dan melemah. Sektor saham industri dasar naik 1,77 persen, dan bukukan penguatan terbesar. Disusul sektor saham manufaktur menanjak 0,46 persen dan sektor saham barang konsumsi mendaki 0,18 persen.
Sementara itu, sektor saham tambang melemah 0,88 persen, dan bukukan penurunan terbesar. Disusul sektor saham pertanian tergelincir 0,78 persen dan sektor saham aneka industri susut 0,65 persen.
Sedangkan saham-saham yang menguat antara lain saham POLU naik 25 persen ke posisi Rp 1.050 per saham, saham KPAL mendaki 24,79 persen ke posisi Rp 302 per saham, dan saham KJEN menguat 24,50 persen ke posisi Rp 376 per saham.
Sedangkan saham-saham yang melemah antara lain saham HOME turun 34,34 persen ke posisi Rp 65 per saham, saham TIRA susut 14,53 persen ke posisi Rp 200 per saham dan saham ITMA merosot 11,67 persen ke posisi Rp 795 per saham.
Bursa saham Asia sebagian besar melemah. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 1,17 persen, indeks saham Jepang Nikkei menguat 0,11 persen.
Sementara itu, indeks saham Korea Selatan Kospi turun 0,36 persen, indeks saham Thailand susut 0,48 persen, indeks saham Shanghai turun 0,03 persen, indeks saham Singapura melemah 0,15 persen dan indeks saham Taiwan merosot 08 persen.
Advertisement
Tensi Perang Dagang Mereda, IHSG Bakal Tembus 6.500
Sebelumnya, meredanya tensi perang dagang antara dua negara besar yakni Amerika Serikat (AS)-China diharapkan berdampak signifikan pada perdagangan global. Tak terkecuali, pada pasar saham Indonesia.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa PT BEI, Laksono Widodo menjelaskan, tren meredanya perang dagang memang berdampak pada kenaikan transaksi perdagangan di pasar modal.
Akan tetapi, menurut dia, kenaikan itu tidak terlampau signifikan jika dibandingkan dengan efeknya pada kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di pasar saham.
"Meredanya tensi dagang AS-China tentu berdampak bagus buat bursa kita. Tetapi kenaikanya lebih signifikan ke IHSG saja bukan ke perdagangan. Kita juga berharap perang dagang ini bisa segera berakhir, membawa kepastian," tutur dia kepada Liputan6.com, seperti dikutip Selasa, 2 Juli 2019.
Laksono melanjutkan, tren penurunan tensi perang dagang antara AS-China juga diharapkan dapat mengkerek aliran dana asing (inflow) untuk masuk ke bursa saham dalam negeri.
Oleh sebab itu, pihaknya berharap IHSG dapat menunjukan tren penguatan yang signifikan dan dapat melesat tembus ke level 6.500. "Ya diharapkan sih bisa tembus ke level 6.500 ya untuk pekan ini," kata dia.
Dia mengakui, jika perang dagang pada dasarnya berdampak buruk pada bursa di dunia. Karenanya, sulit bagi negara-negara lain terutama Indonesia untuk mengambil untung dari adanya fenomena perang dagang di bursa saham.
"Menurut saya trade war lebih banyak negatif nya ke bursa-bursa di dunia daripada sebaliknya, terutama untuk negara pengekspor seperti Indonesia," tegas dia.