Liputan6.com, Jakarta - PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG Tbk akan mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 9 Juli 2019.
Mengutip laman KSEI, Rabu (3/7/2019), perseroan melakukan masa penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) pada 1-3 Juli 2019. Sebelumnya perseroan telah mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 28 Juni 2019.
Penjatahan penawaran umum perdana saham dilakukan pada 4 Juli 2019, pengembalian uang pemesanan dan distribusi saham secara elektronik pada 8 Juli 2019, dan pencatatan di BEI pada 9 Juli 2019. Perseroan akan mencatatkan saham perdana dengan kode JIWA.
Baca Juga
Advertisement
Perseroan menetapkan harga saham IPO Rp 12.100 dengan nilai nominal saham Rp 100. Jumlah saham yang ditawarkan 393.750.000 unit saham. Total dana yang diraup dari hasil IPO Rp 4,76 triliun. Sebelumnya perseroan targetkan dana IPO Rp 5,08 triliun.
Perseroan telah menunjuk PT Sinarmas Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek dan penjamin emisi efek PT Amantara Sekuritas Indonesia.
IPO ini dalam rangka divestasi kepemilikan pemegang saham lama. Sinarmas MSIG Life merupakan perusahaan patungan antara PT Sinar Mas Multiartha Tbk dan grup asuransi raksasa asal Jepang Mitsui Sumitomo Insurance Co Ltd sejak 2011.
Masing-masing perusahaan itu memiliki kepemilikan saham sebesar 50 persen. Setelah IPO hanya menyisakan Mitsui Sumitomo.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Pegadaian Bakal IPO Tahun Depan
Sebelumnya, PT Direktur Utama PT Pegadaian (Persero) Kuswiyoto mengatakan perusahaan berencana melepas saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun depan. Rencana ini akan dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi makro.
"IPO rencana kami ada, tapi bukan tahun ini. Kami mau matangkan dulu, serta melihat kondisi keuangan makro dan global seperti apa, menunggu momen yang pas. Mungkin tahun depan kalau makro global oke," ujarnya di Hotel Pullman, Jakarta, Senin, 25 Maret 2019.
Untuk meningkatkan pendanaan, Pegadaian saat ini lebih tertarik meminjam dari bank dibandingkan dengan melakukan aksi korporasi di BEI. "Pinjaman bank lebih menarik, prioritas kami masih dari pendanaan bank dulu. Kami punya opsi ke sana," ujar dia.
Sementara itu, Direktur Teknologi Informasi Digital Pegadaian Teguh Wahyono mengatakan, perseroan tahun ini membutuhkan pendanaan sekitar Rp 5 hingga Rp 6 triliun untuk melakukan aksi-aksi korporasi.
"Kami masih punya plafon bank, itu besar banget di atas Rp 10 triliun dan kami dengan melihat bunga Bank Indonesia yang sekarang 6 persen itu maka kalau kita keluarin obligasi kayaknya lagi mahal gitu," katanya.
Untuk porsi pendanaan tahun ini sekitar 80 persen masih dari bank Himbara (Himpunan Bank Negara). "Kami sudah komit dengan bank Himbara sehingga setiap saat kami perlu mereka akan segera top up otomatis. Jadi kami masih berpikir paling optimal gunakan dana bank dulu sambil tunggu lead ke depan akan seperti apa," tandasnya.
Advertisement
Bank Kalsel Berencana IPO pada 2020
Sebelumnya, Bank Pembangunan Daerah (BPD) Kalimantan Selatan Kalsel) berencana untuk mencatatkan saham perdana atau initial public offering (IPO) pada 2020.
Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan (Kalse) Rudy Resnawan saat mengunjungi Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Iya, Bank Kalsel siap untuk mencatatkan saham perdana atau go public," ujarnya saat menyambangi BEI, Jumat, 15 Februari 2019.
Rencanaa IPO diputuskan tahun depan dan bukan tahun ini karena stakeholder seperti pemegang saham dan direksi perlu membahas lebih lanjut mengenai ha yang harus disiapkan.
"Mudah-mudahan paling lambat tahun depan. Dibahas sedemikian rupa dulu, dengan para pemegang saham untuk bisa go public," ujar Rudy.
Sebagai informasi saja, Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan didirikan pada tanggal 25 Maret 1964.
Adapun tujuan pendirian Bank Kalsel adalah untuk membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah serta sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah.