Liputan6.com, La Higuera - Peristiwa gerhana matahari total yang jarang terjadi di Amerika Selatan, membuat sebagian besar wilayah kerucut benua itu menjadi gelap pada Selasa 2 Juli.
Gerhana matahari total secara singkat mengubah siang menjadi malam, di mana hal itu memikat banyak orang di sebagian besar Chile dan Argentina, demikian sebagaimana dikutip dari Channel News Asia pada Rabu (3/7/2019).
Ratusan ribu orang --termasuk kerumunan besar berkumpul di La Higuera di Chile, sebuah negara yang menjadi lokasi beberapa teleskop astronomi paling canggih di dunia-- menatap fenomena langit yang menakjubkan.
Baca Juga
Advertisement
Ribuan orang di pesisir dekat kota La Serena, Chile, bersorak dan bertepuk tangan saat cakram Bulan menutup Matahari, dan memblokir sepenuhnya selama lebih dari dua setengah menit.
"Ya Tuhan, sungguh luar biasa," teriak beberapa orang, sementara yang lain meneriakkan "lagi, lagi, lagi".
Banyak yang tetap diam, terpesona tanpa kata-kata oleh salah satu gerhana matahari total paling fenomenal abad ini.
Gerhana matahari terjadi ketika Matahari, Bulan dan Bumi berbaris, memungkinkan Bulan untuk melemparkan bayangannya di Bumi.
Baik Chile dan Argentina berada di bawah pita Bumi sepanjang 6.000 mil (setara 9.656 kilometer) yang mengalami gerhana.
Peristiwa gerhana itu dimulai pukul 13.01 waktu setempat di Samudra Pasifik, dan gelombang gelap total selebar 150 kilometer mencapai pesisir Chile pada pukul 16.38 waktu lokal, sebelum menyeberang ke Argentina tenggara dan berakhir di perairan Atlantik Selatan.
Terjadi di Wilayah yang Tepat
Gerhana matahari total jarang terjadi, tetapi yang menjadi sorotan adalah karena peristiwa itu terjadi langsung di atas wilayah Bumi yang paling siap untuk menyaksikan dan mempelajari benda-benda langit.
Wilayah Coquimbo Chile dekat gurun Atacama --dihiasi dengan beberapa teleskop paling kuat di planet ini-- terletak langsung di "jalur totalitas" gerhana selebar 100 mil, atau setara 160 kilometer.
"Sangat jarang terjadi bahwa seluruh gerhana terlihat di sebuah observatorium, terakhir kali ini terjadi pada tahun 1991," kata Matias Jones, seorang astronom di La Silla Observatory, yang dioperasikan oleh European Southern Observatory.
"Saya tidak percaya ada tempat yang lebih baik di dunia untuk melihat gerhana daripada La Silla, karena sangat kering, sehingga hampir dapat dipastikan bahwa Matahari akan terlihat," kata turis Australia Betsy Clark.
Clark dan keluarganya termasuk di antara ribuan yang berbondong-bondong ke puncak terjal di sekitar observatorium tersebut pada hari Selasa.
Diperkirakan 300.000 turis berduyun-duyun ke daerah di mana kekeringan, udara sejernih kristal, dan sedikit polusi cahaya telah menciptakan surga para penikmat astronomi.
Advertisement
Menjadi Kebanggaan Chile
Presiden Chile Sebastian Pinera bergabung dengan orang banyak di La Higuera untuk menyaksikan gerhana itu.
"Hari ini adalah hari yang sangat penting dan kami telah menunggu begitu lama," kata Pinera.
Dia mengatakan Chile adalah "ibukota dunia dalam hal astronomi, kita adalah mata dan indera kemanusiaan, mampu melihat, mengamati dan mempelajari bintang-bintang dan Semesta."
Observatorium dan armadanya --dengan teleskop yang kuat-- menyiarkan langsung acara tersebut dan membuka situs tersebut untuk umum, menyelenggarakan tur sekolah bersama dengan diskusi dan lokakarya.
Di ibu kota Santiago, orang banyak berbondong-bondong ke taman-taman di pusat kota dan alun-alun untuk menyaksikan peristiwa langka tersebut.
Di seberang perbatasan di Argentina, orang-orang berkumpul untuk melihat ke langit pada jalur wisata di wilayah penghasil anggur Cuyo barat, yang memiliki paparan terpanjang di negara itu terhadap gerhana.
Namun sedikit yang bisa dilihat di ibukota Argentina Buenos Aires, di mana cuaca mendung menghalangi pandangan.