Liputan6.com, Karimun - Sabtu (29/6/2019) pagi menjelang siang, seorang pria berjenggot putih berkacamata, berdiri di sekitar pintu masuk Pelabuhan Karimun, Kepulauan Riau. Tangannya terlihat memegang sebuah kertas karton besar dengan tulisan seadanya. "Saya Jual Ginjal Saya untuk Pengobatan Anak Saya Sakit Tumor Otak."
Namanya Eli Kristianto. Ia berusia 59 tahun. Aksi Eli ini hingga cukup lama tak mendapat respon dari masyarakat. Rata-rata hanya melihat sekilas kemudian melangkah pergi.
Eli sungguh-sungguh menawarkan ginjalnya. Aksi jual ginjal itu didorong rasa panik ketiadaan beaya untuk mengobati anaknya, Elandra Dwi Guna (23) yang menderita tumor otak dan kondisinya terus memburuk.
Menurut Eli, saat ini ia bekerja sebagai penjaga sebuah musala. Sebagaimana penjaga musala yang lain, Eli tentu tak memiliki pendapatan tetap. Apalagi ia juga tak memiliki pekerjaan lain.
Baca Juga
Advertisement
"Tiap hari, saya bangun langsung ke musala. Biasanya sebelum subuh dan langsung mengaji. Musala kami nggak pernah mutar kaset, jadi saya ngaji langsung dilanjutkan azan subuh," kata Eli Kristanto.
Keikhlasan Eli rupanya masih harus ditambah kesabaran lebih. Setahun terakhir Elandra didiagnosa dokter terkena tumor otak. Pengobatan dan perawatan sudah dilakukan. Namun sebulan terakhir harus dirawat di rumah.
"Saya masih ada tunggakan ke rumah sakit Rp 14 juta. Sudah sebulan ini anak saya keluar dari rumah sakit. Pihak rumah sakit menyuruh pulang," kata Eli.
Eli mengaku selain membawa anaknya berobat di rumah sakit di Karimun, juga sudah mencoba mengobati Elandra ke rumah sakit di Batam. Lagi-lagi, biaya menjadi penghalang niat baiknya itu.
Kepanikan dan kekhawatiran atas kondisi anaknya akhirnya bermuara pada sikap Eli menempuh jalan pintas. Jual ginjal. Itulah sebabnya pagi itu ia ada di dekat pintu masuk Pelabuhan Karimun.
Eli menjelaskan bahwa untuk pengobatan Elandra, ia sudah mencoba minta bantuan pemerintah melalui dinas Kesehatan dan juga BPJS. Hasilnya nihil hingga ia nekad memutuskan menjual ginjalnya. Apalagi ia tak tahu jumlah pasti beaya yang dibutuhkan.
"Sudah ke Dinas Kesehatan Karimun dan Provinsi Kepri, katanya biaya pengobatan terlalu besar dan tidak ada biaya sebanyak itu," kata Eli.
Tak patah arang, ia mengaku sudah mencoba mengurus BPJS. Tak tahu pasti, yang jelas kesibukannya ke BPJS juga tak berhasil menenangkan hatinya. Jual ginjal adalah jalan instan.
Pertolongan Mulai Datang
Kondisi Elandra Dwiguna sendiri sejak didiagnosa tumor otak, tergolong memprihatinkan. Badannya sangat kurus, dan hanya bisa terbaring lemah.
Mendengar kabar ini, Nyimas Novi salah satu anggota DPRD Karimun, langsung membawa Elandra ke RSUD HM Sani. Tak lama kemudian Kapolres Karimun AKBP Hengky Pramudya juga langsung merespon. Tak hanya menengok, Kapolres juga membantu.
"Saya dapat kabar pas lagi Batam. Sampai di Karimun langsung menuju ke sini (rumah sakit) untuk melihat kondisi adek kita," kata Hengky, Sabtu (29/6/2019).
Masuk ke ruangan, Hengky tertegun. Demikian juga Kasat Reskrim AKP Lulik Febyantara. Sementara itu di ruangan yang sama, Eli Kristianto dan istrinya tak banyak bicara. Seakan enggan bercerita dan hanya meneteskan air mata. Akhirnya dengan lirih ia bercerita kondisi anaknya yang tak kunjung sembuh.
"Bapaknya kalut melihat kondisi anaknya yang sakit. Kekalutannya menyebabkan ia nekat bertindak jual ginjal," kata Kapolres prihatin.
Kepada Hengky, Eli bercerita bahwa anaknya pernah dirawat di rumah sakit. Kesulitan beaya mengharuskan ia pulang dan menjalani perawatan di rumah.
Hengky bercerita juga bahwa Polres Karimun berkomitmen membantu percepatan pengurusan BPJS. Tentu dukungan moral dan material juga diberikan kepada Eli. Bahkan Polda Kepri juga akan mengirimkan tim khusus dari Dokkes Polda Kepri untuk ikut menangani penyakit yang diderita Elandra.
Simak video pilihan berikut:
Advertisement
Klarifikasi Dirut RSUD
Sementara itu Direktur RSUD Muhammad Sani Kabupaten Karimun, Zulhadi menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah Karimun melalui Dinas Kesehatan dan RSUD Muhammad Sani berkomitmen membantu beaya Elandra.
"Selama dirawat sebulan di RSUD Muhammad Sani Karimun, untuk penanganan awal, tidak dipungut beaya sama sekali. Kami menyarankan agar mengurus SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu) sehingga tidak ada biaya yang keluar," kata Zulhadi.
Selain itu Zulhadi menyebutkan bahwa pulangnya Elandra bukan karena diusir, melainkan sambil menunggu rujukan ke Rumah Sakit Otorita Batam. Keluarga sendiri juga merasa jenuh di rumah sakit terus.
"Jadi sementara dirawat di rumah dulu. Tentu sambil menunggu solusi lain agar bisa ke Batam dan BPJS atau JKN-KIS itu keluar," kata Zulhadi.
Hal yang sama disampaikan Kepala Dinas Kesehatan, Kabupaten Karimun, Rachmadi. Saat ini pihaknya tengah mempercapat pengurusan kartu untuk berobat Elandra.
"Jika nanti kartu itu telah selesai, untuk biaya pengobatan akan ditanggung oleh pemerintah. Biaya pengobatan itu hingga Elandra sembuh," kata Rachmadi.
Akhirnya Dioperasi
Lalu bagaimana dengan beaya selama mas tunggu itu?
Kali ini Eli Kristanto lebih tenang. Anggota DPRD Karimun, Nyimas Novi Ujiani, menjamin perawatan Elandra, hingga semua berkas selesai diurus.
Senin, (1/7/2019) akhirnya Elandra Dwiguna menjalani operasi tumor otak. Pelaksanaan oleh tim dokter bedah syaraf di RSUD Muhammad Sani, Karimun, Kepulauan Riau, selama selama 4 jam.
Delapan dokter ahli dilibatkan dalam operasi itu. Direktur RSUD Muhammad Sani, Zulhadi menyebutkan bahwa rencana awal memang akan dirujuk ke Batam.
"Tapi, setelah kita berkoordinasi, operasi telah kita lakukan di Rumah Sakit kita di Karimun," kata Zulhadi.
Dokter ahli syaraf, dr Andi Nugraha Sendjaja menyebutkan peralatan di RSUD HM Sani cukup memadai. Dan operasi syaraf itu merupakan operasi pertama di Karimun.
"Karena, dokter dan peralatan sekarang kita sudah miliki," katanya.
Selama operasi, Elandra normal dan tidak drop. Bahkan, operasi tumor otak yang dikukan juga berjalan dengan lancar tanpa ada halangan. Saat ini, Elandra masih dalam masa kritis pasca dilakukannya operasi namun dinilai masih stabil.
"Untuk waktu pemulihan, itu tidak bisa kita tentukan," kata Andi.
Namun, pasien tersebut dalam pengawasan dan perawatan yang intensif. Setiap perkembangan akan selalu dilaporkan.
Advertisement