Liputan6.com, Jakarta Selalu ada kisah menarik di balik pelaksanaan ibadah haji. Rukun Islam kelima itu memang hanya wajib dijalankan jika mampu. Sebagian menabung sejak lama. Namun, begitu tabungan terkumpul, orang tak serta-merta bisa berangkat. Minimnya kuota haji dan banyaknya pendaftar membuat masa tunggu bisa bertahun-tahun. Karena itu, ketika mendapati namanya tertera dalam daftar calon jemaah haji (CJH), banyak yang tak bisa menahan keharuan.
Itu pun yang dialami oleh Yasin, seorang kakek berusia lanjut. Nama Yasin tertera dalam daftar calon jemaah haji (CJH) yang berangkat ke Tanah Suci tahun ini. Berusia 94 tahun, dia menjadi CJH tertua dari Kota Delta, Sidoarjo.
Advertisement
Dikutip dari Jawapos.com, ketika ditemui di rumahnya kemarin (30/5), Yasin tampak sangat bugar. Dia mampu berdiri tegak, berjalan pun dengan langkah cepat. Berpindah dari tempat duduk ke kamar. Lalu mengambil hem seragam haji hasil jahitan tangannya. Ada juga celana panjang yang dia buat.
“Tahun 1970-an mulai belajar menjahit,” katanya. Dia belajar menjahit dari temannya. Meski begitu, jahitannya cukup rapi.
Kakek delapan cucu tersebut masih lancar bercerita kisah masa lalunya. Saat remaja, dia bergabung menjadi pejuang. Bukti pernah menjadi bagian dari sejarah pun masih tersimpan rapi. Buyut dua cicit itu masih tercantum sebagai veteran.
Ditanya kesiapannya berhaji, bapak delapan anak tersebut mengaku siap. Dia sangat bersyukur bisa ke Tanah Suci dalam keadaan sehat. Masih kuat berjalan. Setiap hari Yasin selalu jalan kaki untuk salat di masjid. Jaraknya sekitar 300 meter pulang pergi. “Saya olahraganya ya jalan kaki. Sebelum operasi empedu beberapa waktu lalu, tiap pagi selalu jalan kaki 7-10 kilometer,” katanya. “Pokoknya dalam waktu 10 menit bisa mencapai 1 kilometer,” lanjutnya.
Kebiasaan tersebut dibenarkan Sugeng Utomo, menantunya. Yasin sering ke masjid bersamanya. Namun, Sugeng sering tertinggal. “Saat mengunci pintu, saya tengok ke belakang Bapak sudah jauh jalannya,” ucapnya.
Menurut Yasin, tidak ada resep khusus menjaga kebugaran badan. Dia sehat karena memang selalu berupaya menjaganya. Bukan hanya olahraga, tapi juga menerapkan prinsip hidup yang membuat jiwanya senantiasa bahagia. “Mboten kabotan pikir (tidak berpikir yang berat, red). Kesehatan harus dirawat,” ucapnya.
Soal makanan, dia tetap mengonsumsi daging kambing meskipun memiliki riwayat penyakit darah tinggi. Yasin juga gemar makan durian. Olahan kupang pun tetap dilahap. Bahkan, saat dirawat di rumah sakit, dia minta makan lontong kikil. Yasin akan berhenti mengonsumsi makanan tersebut jika ada keluhan.
Menangis Saat Tahu Akan Berangkat Tahun Ini
Bagi Yasin, bisa pergi ke Tanah Suci merupakan hal yang luar biasa. Sejak kecil, dia ingin pergi haji. Namun, laki-laki yang lahir pada 11 September 1925 itu tak berani bermimpi. Dia sadar tak memiliki kemampuan secara finansial. Namun, Yasin tak pernah berhenti berdoa.
Seiring bertambah usia, doa yang dirapal pun kian kencang. Ketulusan dan kesabaran mendapat balasan. Melalui para buah hati, dia diizinkan Sang Pencipta pergi haji. “Sangat bersyukur sekali,” ucapnya.
Saat diberi tahu mendapat panggilan haji tahun ini, dia tak bisa berkata-kata. Hanya menitikkan air mata. Dia pergi bersama pendamping, Harsono, yang merupakan menantunya.
Dia lantas melakukan pelunasan biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH). Yasin juga membuat paspor dan tes kesehatan, sekaligus rekam biometrik dan suntik vaksin. Semua proses dijalani dengan lancar. Tanpa ada hambatan berarti. “Aku mesti bisa. Kuat (menjalankan ibadah haji),” katanya percaya diri sambil mengangkat kedua tangan. Aksi Yasin itu pun disambut tawa buah hatinya.
Yasin mendaftar sebagai CJH pada 2015. Dia pun sabar menunggu giliran pergi ke Tanah Suci. Saat mendapat kabar soal kebijakan percepatan bagi CJH lansia, dia pun mengajukan melalui Kemenag Sidoarjo. Pengajuan pertama dilakukan pada 2017. Namun, Kemenag pusat belum memberikan persetujuan. Nama Yasin tak masuk dalam percepatan.
Pada 2018, dia pun masuk daftar percepatan haji bagi lansia. Akan tetapi, namanya belum dipanggil lagi. Mengingat usianya yang sudah tua, Yasin ingin umrah saja. Tidak perlu berhaji. Keinginan itu pun disampaikan ke buah hatinya. Namun, mereka minta Yasin bersabar. Buah kesabaran itu dipetik sekarang. Tahun ini dia bisa pergi haji. Pengajuan percepatannya dikabulkan. Dia pun berpesan kepada warga untuk terus bersabar jika memiliki keinginan. “Meski sudah lansia, tetap semangat,” katanya.
Advertisement