Liputan6.com, Jakarta - Rencana Presiden Joko Widodo (Jokowi)menggaet generasi muda terutama generasi milenial untuk menjadi menteri di kabinet kerja menuai teka-teki bagi sejumlah ekonom.
Kendati begitu, sosok-sosok besar di industri e-commerce Indonesia (unicorn) tampaknya tak lepas dari perhitungan para ekonom.
Ekonom Insitute For Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira misalnya. Dia mengatakan, calon kuat menteri muda dari industri e-commerce ialah CEO Bukalapak, Achmad Zaky dan Nadiem Makarim selaku pendiri Gojek.
Baca Juga
Advertisement
Bhima menilai, baik Nadeem hingga Achmad Zaky dipastikan unggul jika terlibat pada posisi atau bidang ekonomi kreatif serta ekonomi digital.
"Saya pikir mereka cocok jadi menteri muda. Kenapa? Karena mereka ini terbukti kreatif, jaringanya luas, memahami dunia ekonomi digital, dan tentunya punya integritas," tuturnya saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis (4/7/2019).
"Cocoklah mereka untuk jadi kepala Bekraf atau menteri ekonomi digital, biar ekonomi digital dan startup makin maju. Mereka paham selama ini apa hambatan ekonomi digital di indonesia," tambah dia.
Di sisi lain, Ekonom Centre of Reform on Economics (CORE), Piter Abdullah mengatakan, potensi generasi muda RI untuk menjadi menteri memang sangatlah besar.
Piter menuturkan, mulai dari kalangan partai politik hingga pengusaha sukses, masyarakat tak bisa antipati pada keberadaan dan kinerja cemerlang anak muda dalam negeri.
"Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) oke, kenapa tidak? Angela Tanoesoedibjo, jelas oke, kita jangan underestimate. Dulu kita tidak pernah mengira seorang pengusaha mebel (Jokowi) bisa jadi Walikota sukses bahkan kini bisa jadi Presiden yang begitu berhasil," terangnya.
"Dan Menteri Susi dulu pertama kali jadi menteri semua orang underestimate. Ternyata beliau termasuk menteri terbaiknya Pak Jokowi," kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Jokowi Ingin Menteri dari Kalangan Milenial, Posisi Apa yang Cocok?
Sebelumnya, sejumlah ekonom menilai keinginan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengangkat menteri dari generasi muda atau negerasi milenial pada periode selanjutnya sangat mungkin dilakukan.
Ekonom Insitute For Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira menjelaskan, Indonesia dapat meniru Malaysia dalam mengangkat Syed Syaddiq sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora).
Bhima melanjutkan, potensi anak muda RI untuk terlibat di bidang kepemerintahan sangatlah besar. Apalagi, saat ini jumlah milenial Indonesia sudah menyentuh 90 juta orang.
"Malaysia sudah punya Menpora usia muda, Syed Sadiq. Kenapa Indonesia tidak bisa? Banyak milenial yang potensial. Apalagi kita akan menyambut puncak bonus demografi di 2030. Anak muda itu kreatif, inisiatif, berani dan relatif tdak tunduk pada tekanan politik," tuturnya kepada Liputan6.com, Rabu, 3 Juli 2019.
Namun, pada kesempatan ini, Bhima berpesan bahwa Presiden Jokowi sebaiknya mengisi anak muda untuk posisi Kemenpora, Bekraf, hingga Menteri Pariwisata.
"Syukur-syukur ada kementerian ekonomi digital. Itu bisa di isi pos anak muda," terangnya.
Seirama, Ekonom Centre of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengungkapkan, anak muda atau generasi milenial sebaiknya ditempatkan untuk posisi yang membidangi olahraga ataupun seni dan budaya.
"Saya kira bukan untuk posisi-posisi vital khususnya dibidang politik hankam dan ekonomi. Generasi muda atau milenials sangat mungkin untuk posisi menteri yang membidangi olahraga dan seni budaya, atau menteri bidang sosial dan peran wanita," ujarnya.
"Kalaupun untuk bidang ekonomi, posisi yang bisa diisi oleh generasi muda saya kira adalah ekonomi kreatif," tambah dia.
Advertisement
Tanggapan Pengusaha soal Menteri dari Generasi Muda
Sebelumnya, Pengusaha menyambut baik keinginan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengangkat menteri dari generasi muda di kabinet selanjutnya.
Namun demikian, sosok menteri tersebut harus memiliki pengalaman dan mampu memimpin kementerian.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, sebenarnya usia bukan menjadi patokan apakah seseorang mampu menjadi menteri atau tidak.
Namun, yang harus dipastikan sosok yang dipilih menjadi orang nomor satu di kementerian tersebut memiliki pengalaman yang banyak dan memiliki karakter seorang pemimpin.
"Masalah matang dan usia hal yang beda. Ada yang muda tapi punya pengalaman seperti usia 50 tahun. Usia tidak bisa jadi tolak ukur. Tapi bagus Pak Jokowi mau mengangkat para generasi muda. Namun yang harus dipastikan bagaimana mereka bisa memimpin," ujar dia di kawasan Tanah Abang, Jakarta, Rabu, 3 Juli 2019.
Selain soal usia, lanjut dia, profesionalisme juga menjadi penting untuk menjadi pertimbangan dalam pemilihan menteri di kabinet selanjutnya.
Terlepas sosok tersebut berasal dari kalangan pengusaha, politis maupun akademisi, harus memiliki profesionalisme agak tidak mendahulukan kepentingan pribadi maupun golongan.
"Profesionalisme menjadi kunci bagaimana dari pengusaha, politik, akademisi.Rekam jejak harus ada dan bisa menjalankan, bisa eksekusi dan dia tahu apa yang terjadi di lapangan. Kita tidak bisa tunggu-tunggu lagi. Ke depan ini menjadi kunci. Kabinet yang terpilih harus bisa langsung jalan, baik akan mempertahankan atau ada yang diganti," ujar dia.
Hal senada juga diungkapkan oleh Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Kelautan dan Perikanan, Yugi Prayanto.
Menurut dia, usia tidak bisa dijadikan patokan untuk menilai seseorang layak atau tidak menduduki jabatan menteri. Namun yang paling penting yaitu niatnya untuk membuat Indonesia lebih baik.
"Ini hak prerogatif presiden. Kematangan dan emosi butuh proses. Tidak bisa dipukul rata, tergantung individu. Janji Pak Jokowi memang mau merangkul milenial. Boleh populer di medsos tapi harus bisa kerja di lapangan. Spiritnya untuk Indonesia yang lebih baik," tandas dia.