BNPB Terjunkan Tim Terpadu di Enam Provinsi Siaga Kebakaran Hutan

Tim terpadu tersebut bakal fokus mengedukasi masyarakat supaya tidak melakukan pembakaran hutan.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Jul 2019, 19:53 WIB
Ilustrasi Kebakaran Hutan (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama sejumlah instansi membentuk tim terpadu untuk diterjunkan ke provinsi yang siaga kebakaran hutan pada musim kemarau ini. Tim terpadu tersebut bakal fokus mengedukasi masyarakat supaya tidak melakukan pembakaran hutan.

Deputi Logistik dan Peralatan BNPB Dody Kuswandi menyebut 1.500 orang bakal diterjunkan dalam satu provinsi. Mayoritas dari TNI, kurang lebih seribu orang, dan Polri sekitar 200 anggota.

"Nanti mereka akan masuk ke desa-desa, akan bermukim di rumah-rumah penduduk. Mencoba beradvokasi berdialog dengan penduduk jadi biar lebih dekat dengan penduduk, mereka juga bisa memahami situasi," ujar Dody di kantor BNPB, Matraman, Jakarta Timur, Kamis (4/7/2019).

Pada sisi lain, BNPB telah menyiagakan helikopter di provinsi siaga kebakaran hutan untuk memadamkan api. Serta sistem penegakan hukum tetap berjalan terhadap pelaku pembakaran.

Provinsi yang dipusatkan adalah Jambi, Sumatera Selatan, Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan. Enam daerah tersebut tergolong siaga kebakaran hutan.

"Karena memang dari enam provinsi ini lah jumlah gambut yang terbanyak. Jadi inilah yang memang berbahaya," kata Dody.

 


Ubah Kebiasaan Masyarakat

Polisi sedang memadamkan kebakaran hutan dan lahan di Dumai (Liputan6.com/M Syukur)

Dia menjelaskan, target tim terpadu ini untuk mengubah kebiasaan masyarakat terhadap hutan. Bagaimana mengubah kebiasaan membakar itu agar dihentikan. Pihaknya pun mengakui, masyarakat membakar karena masalah ekonomi.

Sementara itu, Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Raffles B Panjaitan, menjelaskan langkah yang sudah ditempuh adalah dengan sosialisasi kepada masyarakat.

Edukasi itu berupa pemanfaatan sisa kayu. Kayu bekas yang biasanya masyarakat bakar, bisa diolah kembali menjadi berikat arang, cuka kayu, sampai kompos. Program tersebut yang mereka akan galakkan.

"Kalau mereka tidak membakar tidak akan ada api. Makanya mengubah paradigma mengubah culture mengubah sifat orang supaya tidak membakar itu enggak bisa seperti membalikkan tangan, tapi sekarang makin baik. Kesadaran masyarakat sudah tinggi," jelas Raffles.

 

Reporter: Ahda Bayhaqi

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya