Bom Bunuh Diri Serang Mapolresta Surakarta 3 Tahun Lalu

Peristiwa itu terjadi jelang serah terima anggota jaga piket. Pelaku yang bersepeda motor tiba-tiba menerobos Mapolresta Surakarta dan kemudian duaarrr.

oleh Muhammad Ali diperbarui 05 Jul 2019, 07:33 WIB
Garis polisi terpasang di lokasi bom bunuh diri di Mapolresta Solo, Jawa Tengah, Selasa (5/7). Garis polisi itu dipasang mulai dari sisi barat jalan Adi Sucipto menuju sisi timur Jalan KS Tubun. (Liputan6.com/Boy Harjanto)

Liputan6.com, Jakarta - Suasana di Mapolresta Surakarta tiba-tiba mencekam pada Selasa pagi, 5 Juli 2016 lalu. Suara ledakan terdengar keras dari seorang yang menerobos pos pengamanan gerbang depan Mapolresta pada pukul 07.40 WIB.

Jenderal Badrodin Haiti, yang kala itu menjabat Kapolri menuturkan, peristiwa itu terjadi menjelang serah terima anggota jaga piket. Pelaku yang menggunakan sepeda motor tiba-tiba menerobos Mapolresta Surakarta. Dia melewati penjagaan provost dan sempat ditegur anggota lalu diberhentikan.

"Dia (pelaku) kemudian mengucapkan syahadat dan tangannya masuk ke jaket dan terjadi ledakan," ujar Badrodin Haiti dalam konferensi pers di Mapolres Surakarta, Selasa 5 Juli 2016.

Akibat ledakan ini, pelaku yang bernama Nur Rohman (31 tahun) tewas di tempat. Sementara anggota provost Bripka Bambang Adi terluka di pelipis dan kaki sehingga dilarikan ke Rumah Sakit Dr Mawardi. Dia kemudian dirujuk ke RS Panti Waluyo.

Badrodin menyebut, pelaku yang merupakan warga Sangkrah RT 1/12 Kelurahan Pasar Kliwon, Surakarta ini merupakan anggota dari Jaringan Abu Musyaf. Dia diketahui sebagai anggota kelompok teroris yang melakukan aksi bom di Thamrin pada Januari 2016 lalu.

Nur Rohman sempat diburu bersama beberapa anggota lainnya. Namun, ia berhasil melarikan diri. Sejak dalam pelarian itu, ia yang membawa tiga bom hasil buatannya terus berpindah-pindah dari satu titik ke titik lain. Dia pun sempat terendus keberadaannya di Jawa Timur. Namun lagi-lagi, dia kembali lolos dari sergapan petugas.

Menurut Badrodin, aksi bom bunuh diri di Mapolresta Surakarta ini sebagai serangkaian serangan serempak di sejumlah negara. Ini tak lepas dari pernyataan jubur ISIS yang menyebut selama Ramadhan ada teror, atau aksi amaliyah di seluruh belahan dunia.

"Untuk di Solo, target mereka adalah petugas polisi, Mapolresta Solo, dan yang di lapangan. Bahkan kita tahu pergantian tahun lalu, saya (Kapolri), Kapolda Metro masuk di profiling mereka," ujar Badrodin.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


Penggeledahan Rumah Pelaku

Petugas memasang garis polisi di lokasi bom bunuh diri di Mapolresta Solo, Jawa Tengah, Selasa (5/7). Garis polisi tersebut dipasang mulai dari sisi barat jalan Adi Sucipto menuju sisi timur Jalan KS Tubun. (Liputan6.com/Boy Harjanto)

Dua hari setelah kejadian, tim gabungan Laboratorium Forensik dan Identifikasi (Inafis) Mabes Polri yang didukung Satuan Reskrim Polres Kota Solo menggeledah rumah Nur Rohman, pelaku bom bunuh diri.

Pasukan Dalmas Polres Kota Surakarta melakukan sterilisasi TKP. Penggeledahan rumah pelaku itu pun berlangsung selama dua jam, yaitu sejak pukul 09.00 hingga 11.00 WIB.

Dalam proses penggeledahn, tim gabungan menggunakan alat baru dari Mabes Polri. Sejumlah barang yang dibungkus plastik transparan berisi helm langsung dibawa masuk ke dalam mobil Inafis untuk diamankan.

Menurut Kasat Reskrim Polres Kota Surakarta Kompol Saprodin yang mendampingi tim gabungan, polisi menggeledah rumah pelaku bom bunuh diri untuk mencari barang-barang yang dapat dijadikan barang bukti.

"Penggeledahan ini yang kedua kalinya dengan alat canggih dari Mabes Polri baik Labfor maupun Inafis. Polisi sebelumnya telah menemukan sejumlah buku-buku, sejumah nomor handphone untuk pengembangan," katanya.

Saprodin menambahkan, dalam penggeledahan itu, tim menemukan tiga barang yang mencurigakan. Namun dia enggan mengungkapkannya lebih detail.

"Semuanya merupakan wewenang Mabes Polri," ujar dia.

Sementara itu, hasil penyelidikan yang dilakukan, Polri kemudian menangkap enam orang terkait kasus bom bunuh diri di Mapolresta Surakarta ini. Mereka adalah H, HAR, AH, CB, WI, dan ZU. Menurut Kombes Martinus Sitompul, yang saat itu menjabat Kabagpenum Polri, pada 19 Juli dilaksanakan penangkapan terhadap dua orang, H dan HAR.

"Selanjutnya dilakukan penangkapan kembali terhadap empat orang pada Jumat (22/7). Empat orang ini berinisial AH, CB, WI, dan ZU," kata Martinus, Kamis (28/7/2016).

Selanjutnya, Martinus memaparkan tentang kronologi sebelum terjadinya bom bunuh diri di Mapolres Surakarta. Dia menyebut tersangka Hariyanto (HAR) mengakui bahwa dirinya diperintahkan Hamzah untuk mencarikan kontrakan bagi Andika dan pelaku bom bunuh diri, Nor Rohman.

Selanjutnya Hariyanto juga diperintahkan Hamzah untuk menukarkan sebuah motor yang nantinya akan digunakan Nor Rohman dan Andika ke Bekasi. Di Bekasi, Nor Rohman dan Andika bertemu dengan Abu Musab.

Kemudian sekitar Desember, Agus (A) mengaku Nor Rohman menemuinya dan diakuinya masuk dalam daftar pencarian orang (DPO). Nor Rohman meminta bantuan untuk dicarikan tempat bersembunyi dan pekerjaan.

"A mengenalkan NR pada saudaranya W, NR mengaku bernama Bayu," ujar Martinus.

Kemudian Wawan mengenalkan Nor Rohman alias Bayu pada Winarno dan istrinya Zubaidah. Nor Rohman bekerja sebagai pembuat paving block dan bekerja di kandang ayam yang dikelola Zubaidah.

"WI dan ZU tidak mengetahui bahwa Bayu adalah NR, DPO yang sedang dicari. Mereka baru mengetahuinya setelah Agus minta maaf," ujar Martin.

Namun, kata Martinus, dari enam orang itu, setelah dilakukan pemeriksaan tiga di antaranya berstatus sebagai saksi. Yakni Winarno, Zubaidah, dan Wawan. Sedangkan yang ditetapkan sebagai tersangka yakni Hamzah, Hariyanto, dan Agus.

 


Bawa Peti Sendiri

Polisi olah TKP aksi bom bunuh diri di Mapolresta Surakarta, Solo. Sementara kemacetan di simpang tiga Brebes Timur tak bisa dihindari.

Setelah lima hari berada di Rumah Sakit Bhayangkara Semarang, jenazah Nur Rohman dikeluarkan dari ruang Disaster Victim Identification (DVI), Senin 11 Juli 2016.

Sebelum diserahkan ke pihak keluarga, Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Komisaris Besar Didiet Setyabudi menandatangani berita acara serah terima dari rumah sakit kepada keluarga.

"Diserahkan langsung ke istri dan disaksikan pengacaranya," kata Didiet.

Menurut kuasa hukum keluarga Nur Rohman, Muh Syaifudin, keluarga membawa sendiri peti mati untuk mengangkut jenazah Nur Rohman. Peti berselubung putih itu dibawa Istri Nur Rohman, Siti Aminah, bersama kerabatnya dari Solo dengan menggunakan ambulans.

"Iya, bawa sendiri," ujar pengacara yang tergabung dalam Tim Pembela Muslim tersebut.

Usai menerima jenazah Nur Rohman, sang Istri Siti Aminah langsung menuju mobil yang mengangkut rombongan itu untuk kembali ke Solo. Jenazah Nur Rohman diangkut menggunakan mobil ambulans bertuliskan Masjid Baitul Amin.

Syaifudin mengungkapkan, jenazah Nur Rohman akan langsung dimakamkan di tempat pemakaman umum di Polokarto, Sukoharjo. Keluarga pun sudah meyakini bahwa jenazah yang diambil itu merupakan Nur Rohman.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya