Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan menuju akhir pekan ini.
Mengutip Bloomberg, Jumat (5/7/2019), rupiah dibuka di angka 14.142 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.135 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.140 per dolar AS hingga 14.150 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun rupiah masih menguat 1,73 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.148 per dolar AS. Patokan pada hari ini melemah jika dibandingkan dengan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.106 per dolar AS.
Baca Juga
Advertisement
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, rupiah berpotensi naik seiring mata uang kuat Asia dolar Hong Kong dan dolar Singapura yang dibuka menguat pagi ini.
"Ini bisa menjadi sentimen pelemahan rupiah hari ini. Kemungkinan rupiah bergerak antara 14.120 per dolar AS sampai 14.130 per dolar AS," kata Lana seperti dikutip dari Antara.
Dari eksternal, China membantah tuduhan Trump terkait manipulasi mata uang. Otoritas China membantah tuduhan Presiden Trump dua hari lalu yang menuduh China dan Uni Eropa serta tujuh negara lainnya melakukan manipulasi mata uang domestiknya terhadap dolar AS.
Tuduhan tersebut disampaikan pasca investigasi Kementerian Keuangan AS yang mengeluarkan laporan valuta asing kepada kongres. Dalam laporan tersebut tercatat sembilan negara yang ada dalam pantauan AS yang memenuhi kriteria sebagai manipulator.
Kritikan manipulasi mata uang ini sudah lama dituduhkan AS ke China seiring dengan neraca perdagangan AS yang mengalami defisit yang semakin besar terhadap China.
"Di tengah tekanan kenaikan tarif barang-barang impor asal China hingga 25 persen untuk sekitar USD 250 miliar, neraca perdagangan AS malah mencatatkan defisit yang melebar dan terutama defisit dengan China," ujar Lana.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
BI Prediksi Nilai Tukar Rupiah 13.900 - 14.000 per Dolar AS di 2020
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menyampaikan asumsi ekonomi makro tahun 2020 untuk nilai tukar Rupiah adalah pada level 13.900-14.300 dan inflasi 3 persen plus minus 1.
Perry menilai,sejauh ini Rupiah masih menunjukan kondisi yang positif. Tercatat hingga hari ini nilai tukar berada pada posisi 14.250 terhadap dolar Amerika Serikat (USD).
"Hingga tanggal 10 Juni 2019 nilai tukar Rupiah 14.250 per USD atau menguat 0,91 persen bila dibandingkan dengan level akhir tahun 2018 yaitu Rp 14.380, nilai tukar rupiah pada tahun 2019 mencapai Rp 14.187 atau menguat 0,41 persen dibandingkan rerata tahun 2018 Rp 14.246," kata dia pada Selasa 11 Juni 2019.
BACA JUGA
Selain itu, BI memperkirakan bahwa Neraca Pembayaran Indonesia akan mencatat surplus sejalan dengan prospek aliran masuk modal asing yang terus berlanjut.
Sementara itu, defisit transaksi berjalan atau Current Account Defisit (CAD) 2019 juga diperkirakan lebih rendah dari tahun 2018 yaitu dalam kisaran 2,5 sampai 3 persen terhadap PDB.
"Sejalan dengan perkiraan neraca pembayaran tersebut, kami memperkirakan rata-rata nilai tukar pada tahun 2019 akan berada pada kisaran Rp 14.000 - Rp 14.400 terhadap dolar Amerika Serikat," ujarnya.
"Pada tahun 2020 kami memperkirakan bahwa prospek penguatan Neraca Pembayaran Indonesia akan berlanjut ditopang oleh peningkatan aliran masuk modal asing dan penurunan defisit transaksi berjalan," dia menambahkan.
Aliran masuk modal asing (inflow) diperkirakan meningkat dipengaruhi oleh prospek ekonomi yang membaik dan juga koordinasi yang kuat kebijakan antara pemerintah Indonesia dan berbagai otoritas terkait, untuk 2019 defisit transaksi berjalan kita akan tetap terkendali.
"Dengan berbagai perkembangan tersebut kami memperkirakan bahwa rata-rata nilai tukar Rupiah pada tahun 2020 akan berada pada kisaran Rp 13.900 sampai dengan Rp14.300 dolar Amerika Serikat," tutupnya.
Advertisement