Analisis: Hutan Amazon Brasil Semakin Rusak di Bawah Pemerintahan Bolsonaro

Hutan Amazon wilayah Brasil disebut mengalami kerusakan terparah di bawah pemerintahan Jair Bolsonaro.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 05 Jul 2019, 15:10 WIB
Pandangan udara kawasan Hutan Amazon yang terdeforestasi (penurunan luas area hutan secara kualitas dan kuantitas) di wilayah Sungai Madre de Dios, Peru, Jumat (17/5/2019). Pemerintah Peru meluncurkan Operasi Merkuri untuk mengusir penambang ilegal yang merusak Hutan Amazon. (CRIS BOURONCLE/AFP)

Liputan6.com, Brasilia - Laporan tentang deforestasi hutan hujan Amazon di wilayah Brasil naik lebih dari 88 persen pada Juni ini, dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu.

Peningkatan luas hutan Amazon yang rusak di Brasil tercatat signifikan dalam dua bulan terakhir, terkait revolusi tata guna lahan di bawah pemerintahan Presiden Jair Bolsonaro.

Menurut data dari badan antariksa Brasil, sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Jumat (5/7/2019), deforestasi di hutan hujan tropis terbesar di dunia itu mencapai 920 kilometer persegi.

Dalam 11 bulan pertama pemerintahan Bolsonaro, deforestasi telah mencapai 4.565 kilometer persegi di hutan hujan Amazon Brasil, meningkat 15 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Para pemerhati lingkungan telah memperingatkan bahwa dukungan kuat Bolsonaro untuk pembangunan di Amazon, dan kritik terhadap lembaga penegakan lingkungan Brasil --karena menetapkan terlalu banyak denda-- akan membuat para penebang dan peternak lebih berani mencari keuntungan dari deforestasi.

"Bolsonaro telah memperburuk situasi ini," kata Paulo Barreto, seorang peneliti di organisasi non-pemerintah Brasil Imazon.

Lonjakan deforestasi terjadi ketika Brasil menghadapi lebih banyak tekanan untuk melindungi alamnya, berdasarkan ketentuan kesepakatan perdagangan bebas antara Uni Eropa dan blok Amerika Selatan, yang disepakati oleh Mercosur --organisasi pasar bebas Amerika Selatan-- pada pekan lalu.


Bolsonaro Menolak Berkomentar

Kandidat sayap kanan Jair Bolsonaro memenangkan pemilihan presiden Brasil 2018 (AP/Silvia Izquierdo)

Musim hujan telah menahan lonjakan deforestasi hingga bulan April, namun kemudian terulamg kembali --dan semakin parah-- ketika memasuki musim kemarau sejak Mei.

Deforestasi naik 34 persen di bulan Mei dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu.

Kantor kepresidenan Bolsonaro menolak berkomentar, mengatakan desakan isu terkait akan ditanggapi oleh kementerian lingkungan.

“Kami mengadopsi semua langkah untuk memerangi deforestasi ilegal,” kata menteri lingkungan Brasil, Ricardo Salles.

Brasil adalah rumah bagi 60 persen habitat Amazon, yang merupakan hutan hujan tropis terbesar di dunia, dan dipandang sangat vital bagi perjuangan global melawan perubahan iklim.

Sementara teks terakhir dari kesepakatan UE-Mercosur belum dirilis, garis besar dari kesepakatan tersebut mencakup ketentuan bahwa perjanjian Paris --tentang perubahan iklim-- harus dilaksanakan secara efektif bersama dengan komitmen lain untuk memerangi deforestasi.


Kritik dari Pihak Luar

Presiden Prancis Emmanuel Macron (AP/Phillipe Wojazer)

Presiden Prancis, Emmanuel Macron, telah memperingatkan pekan lalu --sebelum kesepakatan UE-Mercosur-- bahwa ia tidak akan menandatanganinya jika Brasil meninggalkan perjanjian Paris.

Paulo Adario, ahli strategi hutan Greenpeace, mengatakan "semua indikasi" adalah bahwa deforestasi akan memburuk di bawah pemerintahan Bolsonaro.

Tetapi, ia berharap berita peningkatan besar deforestasi akan memberi tekanan pada Bolsonaro untuk mengambil tindakan.

“Ketika mereka memiliki angka akhir, jika itu benar-benar banyak, ini akan menjadi mimpi buruk bagi Bolsonaro," kata Adario.

"Ini adalah sesuatu yang sangat penting dari sudut pandang internasional dan Brasil, karena Amazon penting bagi dunia," pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya