Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) mengincar pasar internasional, untuk menjual produk petrokimianya Smooth Fluid -05 (SF-05). Hal ini seiring digunakannya SF-05 pada kegiatan pengeboron sumur minyak dan gas bumi (migas) di Aljazair oleh Pertamina Internasional EP.
Direktur Pemasaran Korporat Basuki Trikora mengatakan, digunakannya SF-05 pada kegiatan pengeboran sumur migas di Aljazair, menunjukan Pertamina mampu menghasilkan produk berstandar internasional. Hal ini menjadi ajang promosi perusahaan untuk memasarkan SF-05 di pasar global.
"Ini momentum luar biasa, patut bangga. Salah satu sekian produk Pertamina bisa tembus pasar global," kata Basuki, di Balikpapan, Jumat (5/7/2019).
Baca Juga
Advertisement
Basuki mengungkapkan, negara yang menjadi incaran pemasaran hasil olahan minyak mentah di Kilang Balikpapan tersebut, adalah negara yang memiliki sumur migas.
“Seperti Afrika, dan kita lihat pasarnya yang potensial bisa masuk. Kami akan bidik," ujarnya.
Dia menyebutkan, produk SF-05 memiliki berbagai keunggulan dan sudah melalui uji ramah lingkungan yang meliputi biodegradability, pengaruh SF-05 terhadap biota laut (LC50), skin irritation, dan eye irritation, dengan hasil lebih baik daripada yang dipersyaratkan sesuai standar international US-EPA dan OECD.
“SF-05 ini memenuhi standar international karena lebih ramah lingkungan dibandingkan yang saat ini digunakan yaitu minyak diesel,” imbuhnya.
Dia pun berharap, jika SF-05 sudah mampu menembus pasar global, maka akan menyeimbangkan neraca pedagangan yang saat ini masih defisit.
“Ekspansi Pertamina ke luar negeri serta penggunaan produk dalam negeri ini diharapkan dapat menurunkan defisit neraca perdagangan Indonesia,”tandasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pertamina Ekspor Perdana Produk Kilang Balikpapan ke Aljazair
PT Pertamina (Persero) melakukan ekspor perdana Smooth Fluid-05 (SF-05) sebanyak 4 ribu barel ke Aljazair. Dengan melepasan sebanyak 27 unit kontainer pengangkut gas (Isotank) dari Balikpapan, Kalimantan Timur.
Direktur Pemasaran Korporat Pertamina Basuki Trikora Putra mengatakan, total nilai SF 05 yang diekspor sebesar Rp 10 miliar. SF 05 merupakan cairan base oil yang dihasilkan dari Kilang Balikpapan, digunakan untuk menunjang kegiatan pengeboran minyak di lapangan operasi. Produk SF-05 memiliki performa yang baik sehingga dapat digunakan untuk berbagai kondisi operasi pengeboran yang dilakukan.
“Ekspor perdana ini merupakan awal dari milestone bagi SF-05 agar diterima di pasar global. Harapannya produk SF-05 dapat diterima, tidak hanya oleh customer di Aljazair, namun juga oleh customer di seluruh dunia,” kata Basuki, saat melepas ekspor SF-05, di Balikpapan, Kamis (4/7/2019).
Basuki menegaskan, ini adalah salah satu upaya sinergi Pertamina Group, yaitu PT PertaminaLubricants dan tim Petrochemical Trading yang berkolaborasi untuk melakukan penjualan di luar negeri.
Pemuatan kargo ekspor akan dilakukan mulai tanggal 3-6 Juli 2019 dari Kilang Balikpapan yang memiliki kapasitas produksi 1,8 juta barel per tahun.
Basuki mengungkapkan, produk SF-05 sudah melalui uji ramah lingkungan yang meliputi biodegradability, LC50 (pengaruh SF-05 terhadap biota laut), skin irritation, dan eye irritation dengan hasil lebih baik daripada yang dipersyaratkan sesuai standar international US-EPA dan OECD.
“SF-05 ini memenuhi standar international karena lebih ramah lingkungan dibandingkan yang saat ini digunakan yaitu minyak diesel,” tandasnya
Advertisement
Pertamina dan Saudi Aramco Lanjutkan Kerjasama Pembangunan Kilang Cilacap
PT Pertamina (Persero) dan Saudi Aramco sepakat untuk melanjutkan kerjasama, dalam menyiapkan pengembangan Kilang Cilacap. Kesepakatan ini dicapai di sela-sela pertemuan G20 di Jepang.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, kedua pihak sepakat untuk bersama-sama melibatkan reputable Financial Advisor, dalam rangka finalisasi valuasi dan skema kerja sama. Hal ini penting untuk menjamin kerja sama pengembangan Kilang Cilacap, akan menguntungkan bagi kedua belah pihak.
“Kami menyambut baik kesepakatan ini, semoga menjadi win-win solution yang dapat diterima oleh kedua belah pihak dan mempercepat dimulainya pengembangan Kilang Cilacap,” kata Fajriyah, di Jakarta, Selasa (18/6/2019).
Fajriyah menambahkan, rencana awal perjanjian pembentukan perusahaan patungan antara Pertamina dengan Saudi Aramco akan berakhir di akhir Juni 2019. Namun dengan kesepakatan ini, diperpanjang sampai akhir September 2019.
"Dengan demikian, valuasi dan skema kerja sama antara Pertamina dengan Aramco untuk kilang Cilacap harus selesai dalam 3 bulan ke depan," tambahnya.
Untuk mendukung hal tersebut, Pemerintah akan membentuk Tim gabungan dari Kementerian BUMN, Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan, dan Pertamina. Dalam melaksanakan tugasnya, tim tersebut akan didampingi oleh BPKP dan Jamdatun untuk memastikan seluruh proses yang dijalankan sesuai dengan aspek GCG dan peraturan perundangan yang berlaku.
Seperti diketahui, pengembangan Kilang Cilacap merupakan bagian dari 6 proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) dan New Grass Root Refinery (NGRR) untuk meningkatkan kapasitas produksi bahan bakar minyak Pertamina, dari saat ini sekitar 1 juta barel per hari menjadi sekitar 2 juta barel per hari. Keenam proyek tersebut adalah RDMP Cilacap, RDMP Balikpapan, RDMP Balongan, RDMP Dumai, NGRR Tuban dan NGRR Bontang.
Selain meningkatkan kapasitas kilang, kualitas produk yang dihasilkan pun akan lebih baik yaitu mencapai standar EURO V yang lebih ramah lingkungan.
Sebelumnya, Pertamina juga telah menyelesaikan proyek Langit Biru Cilacap, yang mulai dioperasikan sejak bulan Maret 2019, sehingga saat ini Kilang Cilacap telah memproduksi BBM yang lebih ramah lingkungan dengan standar EURO IV.
Pertamina Serap 116,9 Ribu Barel Minyak Domestik hingga Juni 2019
PT Pertamina (Persero) memaksimalkan penyerapan minyak mentah produksi dalam negeri, untuk diolah di kilang-kilang perusahaan.
Hingga Juni 2019, Pertamina telah menyepakati pembelian 116,9 ribu barel per hari (bph), yang merupakan bagian kontraktor kontrak kerja sama (KKKS).
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman mengatakan, penyerapan minyak dalam negeri hingga Juni meningkat lebih dari 800 persen, dibandingkan dengan volume pembelian pada 2018 sebesar 12,8 ribu bph.
Minyak yang diserap tersebut merupakan hasil kesepakatan dengan 37 KKKS yang beroperasi di Indonesia. Dengan ada pembelian minyak mentah domestik tersebut, dapat meningkatkan kedaulatan energi Indonesia.
"Dengan mengambil minyak mentah dari dalam negeri, maka semakin mendukung upaya kami untuk mengamankan pasokan bahan baku untuk kilang-kilang Pertamina,” kata Fajriyah, di Jakarta, Selasa (2/7/2019).
Fajriyah menambahkan, Pertamina akan terus memperluas kerja sama berdasarkan dengan kesepakatan bersama masing-masing KKKS.
Dengan semakin banyak serapan minyak mentah dan kondensat dalam negeri, akan berdampak pada pengurangan impor minyak mentah.
Bahkan hingga kini Pertamina sudah tidak lagi mengimpor minyak mentah jenis heavy dan super heavy, serta hanya mengimpor jenis light and medium crude.
Seperti diketahui, sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 42 Tahun 2018, tentang Prioritas Pemanfaatan Minyak Bumi Untuk Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri, Pertamina dan Badan Usaha Pemegang Izin Usaha Pengolahan Minyak Bumi wajib mengutamakan pasokan minyak bumi yang berasal dari dalam negeri.
Demikian juga kontraktor atau afiliasinya wajib menawarkan minyak bumi bagian kontraktor kepada PT Pertamina (Persero) dan atau Badan Usaha Pemegang Izin Usaha Pengolahan Minyak Bumi.
"Pertamina mengucapkan apresiasi kepada seluruh KKKS yang selama ini telah bekerjasama dengan baik dan berharap kerjasama dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang," tandasnya.
Advertisement