Bola Panas Frank Lampard

Frank Lampard pernah bersinar sebagai pemain Chelsea. Apakah trend ini bakal berlanjut saat dia menjabat sebagai pelatih?

oleh Marco Tampubolon diperbarui 05 Jul 2019, 18:00 WIB
Frank Lampard resmi menjadi manajer Chelsea. (dok Chelsea)

Liputan6.com, Jakarta Tiga belas tahun lamanya Frank Lampard berseragam Chelsea. Sebagai gelandang box to box dengan kemampuan bertahan dan menyerang yang sama baiknya. Sosoknya yang tenang, bersahaja, dan cerdas membuat Lampard disegani oleh kawan maupun lawan. 

Sejak didatangkan dari West Ham United, Agustus 2001 lalu, dengan harga £11 juta atau setara Rp194 Miliar, Lampard menjadi aset berharga tim asal London Barat tersebut. 

Lampard jadi pemain sentral di skuat The Blues. Lampard membalasnya dengan gelimang trofi. Totalnya 13 gelar, termasuk tiga gelar Premier League dan satu Liga Champions. 

Setelah lima tahun berpisah--sejak 2014--kini Lampard kembali ke Stamford Bridge. Namun bukan sebagai pemain melainkan pelatih kepala yang akan memimpin skuat The Blues. 

Lalu apa yang dijanjikannya? 

"Saya sangat bangga kembali ke Chelsea sebagai pelatih kepala. Semua orang tahu saya sangat mencintai klub ini," ujar Lampard sesaat setelah diumumkan sebagai pelatih Chelsea.

Pada situs resmi klub dijelaskan, Lampard bakal menangani Chelsea selama tiga tahun ke depan. Pemain kelahiran Romford, Britania Raya itu menggantikan posisi Maurizio Sarri yang memutuskan pindah ke Juventus setelah semusim menangani skuat The Blues. 

Lampard saat ini baru berusia 41 tahun. Karier kepelatihannya juga belum menjanjikan. Sebelumnya, Lampard dipercaya menukangi tim Championship, Derby County (2018-19). 

Sempat lolos ke babak playoff musim lalu, Derby County gagal naik kelas ke Premier League. Langkah Derby tertahan setelah di babak final kalah 1-2 dari Aston Villa. 

"Saya baru setahun di manajemen dan tawaran dari Chelsea sangat langka. Saya tidak ingin datang dan berkata saya khawatir tentang ini dan itu," beber Lampard dilansir The Sun. 

Lampard menyampaikan bahwa pemilik Chelsea, Roman Abramovich, tidak menuntut macam-macam di musim pertamanya. Namun pria yang pernah dipinjamkan ke Swansea City itu sadar tugas berat yang bakal diembannya sebagai pelatih kepala The Blues. 

Setidaknya sudah tiga musim The Blues absen dari puncak klasemen Premier League. Bahkan musim lalu, The Blues finis di posisi ketiga dan nyaris tidak lolos ke Liga Champions.

Satu-satunya trofi yang mampu diraih dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, hanyalah juara Liga Europa 2018/19 dan menjadi kado perpisahan Sarri bagi suporter The Blues. 

Lampard datang saat komposisi Chelsea juga tengah tergerus. Eden Hazard yang menjadi pilar penting bagi lini serang The Blues baru saja pindah ke Real Madrid. Di hari pertama bertugas, Lampard juga harus kehilangan dua amunisi lagi. Duo pemain muda Chelsea, Jamal Musiala dan Bright Akwo Arrey-Mbi dilepas ke raksasa Bundesliga, Bayern Munchen. 

Celakanya, Lampard belum bisa mencari penggantinya. Sebab, Chelsea baru saja dijatuhi hukuman larangan transfer oleh FIFA hingga 2020 mendatang. Situasi ini tentu saja membuat kekuatan The Blues bakal jauh tertinggal dibanding rival-rivalnya seperti Manchester City dan Liverpool yang mulai menggeliat di bursa transfer musim panas ini.

"Ya bisa, ya kami yakin bisa," jawab Lampard penuh keyakinan saat ditanya apakah pasukannya saat ini layak bersaing di posisi empat besar. "Ada banyak kompetisi di puncak liga, tapi kami bisa kehilangan penglihatan," ujar ayah dua anak tersebut.

 

 

 

 

 


Tahan Banting?

Selebrasi kemenangan Frank Lampard bersama para suporter Chelsea setelah mengalahkan Bayern Munchen di Final Liga Champions (19/2/2012). (EPA/Marc Mueller)

Lampard bukanlah satu-satunya pemain yang kembali lagi untuk menangani mantan klubnya. Sudah banyak yang menempuh jalur ini sebelumnya. Memahami seluk-beluk klub setelah bertahun-tahun menjadi pemain dianggap jadi nilai plus atas pilihan ini. 

Namun hal itu ternyata bukan jaminan. Sebab, tidak semua pemain yang sempat bersinar mampu mengulanginya saat diserahi tanggung jawab sebagai pelatih. Sosok terbaru adalah Ole Gunnar Solskjaer yang dipercaya menangani Manchester United (MU) sejak musim lalu. 

Solskjaer awalnya dipercaya menangani skuat Setan Merah sebagai pelatih caretaker menggantikan posisi Jose Mourinho yang dipecat, Desember tahun lalu. Sempat melesat di bulan-bulan pertama Solskjaer bertugas, MU kembali merosot mendekati akhir musim. 

Setan Merah pun harus rela mengakhiri musim di urutan keenam klasemen tetap Premier League. Posisi ini membuat MU tidak bisa tampil di ajang Liga Champions musim depan. 

“Dia adalah orang yang sangat berdedikasi, mencintai sepak bola dan sangat menghormati rekan setim dan manajernya. Dia selalu ambisius," kata legenda Arsenal, Emmanuel Petit.

"Tapi, saya merasa pekerjaan di Chelsea datang terlalu cepat untuknya," tuturnya. 

Petit menambahkan, Lampard akan menghadapi banyak tantangan dan harapan besar dari para penggemar di Chelsea. Apalagi The Blues merupakan satu di antara tim besar Premier League yang akan tampil di banyak ajang terutama pentas Liga Champions musim depan.

Berbeda dengan Petit, mantan rekan setimnya di Chelsea, John Terry, percaya Lampard bakal sukses mengemban tugas barunya. Bahkan menurut Terry, ini waktu yang tepat.

"Setelah apa yang dia lakukan dengan Derby County dan larangan transfer Chelsea, tidak ada pilihan lain yang tepat selain Lampard. Ini waktu yang sempurna untuknya dan klub," kata Terry seperti dilansir Skysports. "Lampard dulu berada dalam tekanan ketika baru bergabung dari West Ham dan dia tak pernah sembunyi dari hal itu. Dia mengungkapkannya dan menjadi pemain terbaik Chelsea sepanjang sejarah," kata Terry menambahkan.

 

 


Kursi Panas

Manajer Chelsea, Frank Lampard memberi keterangan dalam konferensi pers di Stadion Stamford Bridge, London, Inggris, Kamis (4/7/2019). Lampard resmi diikat selama tiga tahun oleh Tim London Biru. (AP Photo/Matt Dunham)

Selama ini, posisi pelatih merupakan kursi panas di skuat Chelsea. Sejak dibeli oleh miliarder asal Rusia, Roman Abramovich, setidaknya sudah 11 pelatih yang dipecat dari jabatannya. 

Roberto Di Matteo salah satunya. Mantan pemain Chelsea era 90-an tercatat sebagai salah seorang pelatih permanen yang paling cepat diberhentikan Abrahamovic dari jabatannya. Sempat mengantar Chelsea menjuarai Liga Champions 2011-12 dan FA Cup 2011-12, Di Matteo dipecat pada 21 November 2012 usai kalah 0-3 dari Juventus di Liga Champions.

Di Matteo yang sebelumnya menandatangani kontrak dua tahun, hanya menjabat 8 bulan. 

Lampard sendiri mengaku belum bertemu pemilik Chelsea, Roman Abramovich. Selama ini ia bernegosiasi dengan Direktur Chelsea, Marina Granovskaia. Meski demikian, menurut The Telegraph, Abramovich telah berjanji untuk lebih bersabar menghadapi Lampard. 

Abramovich meminta pelatih berusia 41 tahun itu mengandalkan pemain yang ada saat ini. Dia percaya Lampard orang yang tepat untuk menangani Chelsea dalam situasi sekarang.

Lampard direkrut Chelsea dari Derby County dengan durasi kontrak tiga tahun senilai 12 juta pound sterling. Dia juga memboyong asistennya, Jody Morris. Kabarnya, Frank Lampard juga berniat mengajak mantan rekan setimnya Didier Drogba menjadi salah satu staf pelatih.

"Yang jelas saya tahu dia pasti ingin klub ini kompetitif musim depan. Saya pun punya keinginan yang sama," kata Lampard terkait tuntutan manajemen kepadanya. 

Saksikan juga video menarik di bawah ini:

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya