Putra Bungsu Maestro Keroncong Waldjinah Meninggal Dunia

Banyak kenangan Waldjinah dengan putra bungsunya itu. Bahkan, saat mengandung, Presiden Sukarno menitipkan nama untuk anak kelima maestro keroncong itu.

oleh Fajar Abrori diperbarui 05 Jul 2019, 20:00 WIB
Waldjinah tampak sedih dengan meninggalnya putra bungsu kesayagannya.(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Liputan6.com, Solo - Air mata maestro keroncong Waldjinah terus mengalir. Dia menangisi kepergian putra bungsunya, Bintang Nur Cahya (53) yang meninggal dunia di RS Kasih Ibu Solo, Jumat (5/7/2019). Bintang seolah menjadi putra yang istimewa karena namanya itu merupakan pemberian dari Presiden Sukarno.

Waldjinah terlihat duduk sambil ditemani sejumlah anggota keluarga dan kerabat di ruang tamu kediamannya di Jalan Parang Cantel No 31, Mangkuyudan, Solo. Tangisan si walang kekek itu pun pecah ketika mobil jenazah yang membawa jasad putra bungsunya itu tiba di rumah duka.

Selanjutnya peti jenazah diletakkan di bagian garasi rumah. Sontak tangisan keluarga dan kerabat kembali pecah ketika dua putra almarhum yang masih anak-anak itu membuka peti jenazah. Anak nomor dua yang bernama Starla Melodi Viocha terlihat mengelus-elus kepala sang ayah yang telah dibungkus kain kafan.

Menurut salah satu putra Waldjinah, Ari Mulyono, adiknya tersebut meninggal karena penyakit jantung yang telah lama dideritanya. Berdasarkan riwayat kesehatan, Bintang mulai menderita sakit jantung sejak tahun 2008 silam.

"Sejak tahun 2008 itu mulai menderita pembengkakan jantung," kata dia saat ditemui di rumah duka.


Harapan Hidup Tipis

Salah satu anak almarhum sedang melihat jenazah ayahnya.(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Sejak saat itu, putra bungsu Waljinah tersebut sering keluar masuk rumah sakit untuk mengobati penyakitnya. Bintang meninggal dunia saat dirawat di RS Kasih Ibu Solo sejak hari Kamis kemarin.

"Opname baru Kamis kemarin. Sebelumnya itu opname saat Idul Fitri itu terus sempat pulang. Selang beberapa hari opname lagi," ujar dia.

Pada saat masuk ke rumah sakit yang terakhir kemarin, Ari mengungkapkan kondisi Bintang sudah lemas. Bahkan, saat itu harapan untuk pulih telah tipis. "Soalnya fungsi pompa jantung itu tinggal 20 persen kan pembengkakannya semakin besar," jelas dia.

Meninggalnya putra bungsu dari lima bersaudara itu menurut Ari memang membuat ibunda, Waldjinah, sempat syok. Hanya saja, pihak keluarga terus menguatkan agar si Walang Kekek bisa menerima kepergian buah hati tercinta.

"Ibu kita kuatkan dan ini merupakan yang terbaik bagi Bintang," tuturnya.


Nama Pemberian Sukarno

Jenazah anak bungsu Waldjinah, Bintang Nur cahya saat tiba di rumah duka, Jumat (5/7).(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Nama Bintang bukan sembarang nama, karena nama tersebut pemberian langsung dari sang proklamator, Ir Sukarno. Ari menceritakan awal mula pemberian nama itu terjadi saat ibunya yang tengah mengandung anak bungsunya itu menerima penghargaan Bintang Radio.

"Ibu saat hamil itu diundang ke istana untuk menerima penghargaan yang diserahkan oleh Bung Karno. Saat memberikan hadiah, Bung Karno sempat mengelus perut ibu dan berpesan untuk memberi nama Bintang," sebutnya.

Menurut Ari, adiknya itu lahir pada tahun 1965 dan bernama lengkap Bintang Nur Cahya. Bahkan, nama Bintang oleh Waldjinah juga disematkan untuk nama orkes keroncong miliknya, yakni Bintang Surakarta.

"Kebetulan yang gabung dengan Bintang Surakarta itu saya, kalau adik saya tidak main keroncong," kata dia.

Almarhum anak bungsu Waldjinah meninggalkan seorang istri yang bernama Dyah Rochaningsih dan dua putra-putri yang masing-masing bernama Putra Bintang Kejora dan Starla Melodi Viocha. Bintang dimakaman di Astana Pracimaloyo Makamhaji.

"Dimakamkan di pamejen keluarga di Pracimaloyo," kata dia.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya