Mengejar Pentolan Perusuh Aksi 21-22 Mei 2019

Bila YN itu ditemukan, maka tokoh intelektual diduga bermain dalam aski 21-22 Mei di Jakarta dapat terungkap.

oleh Fachrur Rozie diperbarui 06 Jul 2019, 11:51 WIB
Polisi menggiring tersangka kasus ambulans Partai Gerindra membawa batu dalam Aksi 22 Mei saat rilis di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (23/5/2019). Lima tersangka merupakan mereka yang berada di ambulans dan enam lainnya diduga massa perusuh dalam Aksi 22 Mei 2019. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Komisi Pemilihan Umum (KPU) KPU menetapkan pasangan Joko Widodo atau Jokowi dan Ma'ruf Amin sebagai pemenag Pilpres 2019. Perolehan suara mereka mengungguli pasangan Prabowo-Sandiaga.  

Pengumuman tersebut mengundang reaksi beragam dari masyarakat. Pagi harinya, KPU dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) digeruduk oleh masyarakat yang mendukung pasangan Prabowo-Sandi.

Aksi di depan gedung KPU dan Bawaslu, berjalan damai pada Selasa, 21 Mei 2019, hingga sekitar pukul 21.00 WIB. Aparat kepolisian memberikan waktu lebih lama kepada demonstran untuk menyampaikan aspirasi. Biasanya demonstran akan dibubarkan pukul 18.00 WIB.

Usai aksi di depan Gedung KPU dan Bawaslu berjalan lancar, kerusuhan tiba-tiba pecah. Sekitar pukul 23.00 WIB, massa yang tak dikenal muncul dan membuat kerusuhan di beberapa titik di Jakarta. Seperti di Tanah Abang, KS Tubun dan sekitarnya.

Kerusuhan terus berlangsung hingga keesokan harinya, Rabu, 22 Mei 2019. Bahkan, Asrama Brimob di Petamburan ikut diserang. Massa melempari asrama Brimob dengan bom molotov.

Kerusuhan 21-22 Mei ini memakan korban jiwa hingga sembilan orang. Polisi pun sudah menangkap para pelaku yang diduga sebagai provokator. Sebanyak 447 orang ditetapkan sebagai tersangka oleh Kepolisian Republik Indonesia.

Menurut Karopenmas Polri Brigjen Dedi Prasetyo, sebagian dari mereka akan menjalani persidangan. Dedi menyebut pihaknya kini tengah memburu pria berinisial YN yang diduga sebagai komandan atau pentolan rusuh 21-22 Mei 2019 lalu. YN pun masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) alias buron.

"Ada satu juga masih dalam pengejaran, YN patut diduga sebagai komando perusuh, maka diterbitkan surat DPO," kata Dedi, Jumat, 5 Juli 2019.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Mengidentifikasi Komandan Kerusuhan

Polres Metro Jakarta Barat mengamankan 183 perusuh saat aksi 21 dan 22 Mei 2019, Kamis (23/5/2019). (Merdeka.com/ Ronald)

Menurut Dedi, polisi mengidentifikasi komandan kerusuhan 21-22 Mei 2019 dengan menganalisa 704 data visual CCTV. Ciri dari komandan perusuh pada aksi 21-22 Mei 2019 ini memiliki tiga narasi utama digunakan, yakni kata bakar, kata lempar dan kata serang.

"Tiga narasi itu yang kerap disebutkan," jelas Dedi.

Dedi optimistis, bila YN itu ditemukan, maka tokoh intelektual diduga bermain dalam aski 21-22 Mei di Jakarta dapat terungkap.

Seperti dijelaskan Polri sebelumnya, bahwa aksi 21-22 Mei 2019 terjadi karena telah dirancang sedemikian rupa. Kerusuhan terjadi bukan semata aksi spontanitas massa, melainkan ada aktor-aktor di dalamnya.

Beberapa hal telah teridentifikasi polisi jauh sebelum aksi, seperti penangkapan terorisme JAD di Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bekasi. Polri juga menemukan pengakuan salah satu jihadis Abu Hamzah yang menyatakan akan melakukan penyerangan 21-22 Mei ketika massa berkumpul.

Kemudian, polisi juga telah mengendus sejumlah kelompok lain di luar kelompok terorisme yang diduga ingin memanfaatkan momentum dengan menciptakan martir.

Karenanya, polri dengan sigap melakukan penangkapan terhadap tersangka S yang menyelundupkan senjata dari Aceh ke Jakarta, dan tersangka KZ yang diduga bermain bersama enam tersangka lainnya dengan menyita empat senjata api rakitan yang sebagai alat bukti.

Salah satu korban meninggal atas aksi rusuh 21-22 Mei adalah Harun Rasyid. Harun meninggal karena tertembak. Polri pun sudah mengantongi identitas dari penembak Harun.


Ciri-Ciri Pelaku

Massa melempar batu ke arah aparat keamanan saat terjadi bentrok di kawasan Slipi, Jakarta Barat, Rabu (22/5/2019). Kerusuhan ini buntut aksi 22 Mei menolak hasil Pilpres 2019 yang diumumkan oleh KPU. (Liputan6.com/Gempur Muhammad Surya)

Investigasi Polri menyebut ciri fisik pelaku berpostur sekira 170 cm. Diketahuinya postur tersebut berdasarkan arah tembakan yang dilakukan pelaku terhadap Harun.

"Karena (lokasi) arahnya miring, kemudian arahnya (dari lintasan peluru) lurus mendarat, karena posisinya ada trotoar agak tinggi, jadi diduga pelaku ini juga agak tinggi," kata Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Suyudi Ario Seto.

Selain perkiraan tinggi badan, polisi juga menduga penembak Harun Rasyid berbadan kurus, rambut lurus agak panjang, dan warna kulit wajah agak hitam.

"Ciri-ciri ini berdasarkan keterangan saksi di TKP yang sudah diperiksa," jelas Suyudi.

Sementara, kata Suyudi, polisi telah melakukan otopsi terhadap jasad Harun Rasyid. Hasilnya, ada temuan proyektil peluru berukuran 9x17 mm. Namun dia membantah jika proyektil tersebut berasal dari selongsong senjata milik Polri.

Harun meninggal pada saat ada kerusuhan 22 Mei di jembatan layang Slipi, Jakarta Barat, satu dari 9 titik ricuh dalam demo 21-22 Mei.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya