Liputan6.com, Jakarta - Prambanan Jazz Festival 2019 menyadarkan publik betapa banyak lagu hit yang berhasil menembus ruang dan waktu. Karya Yovie Widianto seperti “Cantik” dan “Cerita Cinta” dinyanyikan penonton generasi 1990-an hingga milenial.
Begitu pula saat Rida Sita Dewi melempar tembang “Kusadari” yang juga buatan Yovie Widianto. Sejumlah penonton yang kami wawancarai menyebut lagu-lagu di era 1990-an masih enak didengar dan dinyanyikan kembali. Yovie Widianto menjelaskan mengapa lagu era 1990-an awet.
Baca Juga
Advertisement
“Karena lagu-lagu era 1990-an itu dibuat dengan formalin, ha ha ha!” canda Yovie Widianto kepada Showbiz Liputan6.com di Yogyakarta, Sabtu (6/7/2019).
Usai bergurau, Yovie Widianto menyebut bahwa dalam lagu era 1990-an, ada tekstur yang jelas berupa komposisi dan notasi kuat. Keduanya membentuk harmoni dan siklus melodi yang enak dinikmati.
Harmoni dan Kedalaman Lirik
“Musik zaman sekarang juga enak tapi harmoninya hanya dua dibolak-balik. Enak dinikmati tapi juga mudah dilupakan atau terasa bosan. Bisa jadi demikian,” sambung Yovie Widianto.
Dalam pandangan Yovie Widianto, kekayaan harmoni dan kedalaman lirik merupakan kekuatan lagu era 1990-an. Karenanya, pencipta lagu “Tak Kan Terganti” dan “Mantan Terindah” menyambut hangat banyaknya festival musik yang memberi ruang bagi musikus era 1990-an untuk kembali beraksi.
Namun Yovie Widianto mengingatkan tak semua lagu rilisan tahun 1980 atau 1990-an diingat khalayak lintas generasi.
Advertisement
Bersyukur
Yovie Widianto bersyukur, beberapa nomor Kahitna tak lekang oleh waktu. Anak muda zaman sekarang hafal bahkan tidak malu menyanyikan “Andai Dia Tahu” atau “Tak Sebebas Merpati.”
“Biasanya, hit besar tahun 1990-an tidak terasa menembus ruang waktu dan melebur sekat generasi. Misalnya lagu ME, ‘Inikah Cinta.’ Dirilis tahun 1998, sudah 20 tahun lebih berlalu masih saja dinyanyikan generasi zaman now. Itu keren,” pungkas Yovie Widianto.