Liputan6.com, Jakarta - Sebulan terakhir, Cut Mini berhijab. Saat ditanya adakah yang berubah setelah berhijab, bintang film Laskar Pelangi dan Sweet 20 kebingungan.
“Hah, berubah menjadi orang lain jadi siapa, tuh? Enggak (ada yang berubah), ah,” seloroh Cut Mini kepada Showbiz Liputan6.com di Jakarta, Rabu (2/7/2019).
Baca Juga
Advertisement
Bagi Cut Mini, perubahan merupakan hasil akhir. Yang terpenting, menikmati proses menjadi pribadi yang lebih baik seraya meyakini bahwa berhijb adalah yang terbaik untuk diri kita.
“Jangan sampai, setelah berhijab orang malah bilang begini: Kok sudah pakai hijab kelakuannya kayak gitu, ya? Hati-hati, kita harus ada adabnya. Kita harus tahu, kita menggunakan sesuatu yang sangat berat buat hidup kita untuk jalannya ke depan. Itu yang diajarkan oleh guru saya,” ujar Cut Mini.
Lebih Tenang dan Sabar
Menurutnya, jangan sampai setelah menggunakan hijab, seorang Muslimah malah jadi tak sopan dan bersikap aneh. “(Nanti) yang dikatai orang itu hijabnya bukan kita. Padahal hijabnya enggak salah apa-apa,” imbuh Cut Mini.
Dengan berhijab, mestinya seseorang menjadi lebih tenang dan sabar. Diakui Cut Mini, ada tiga tawaran pekerjaan yang mundur teratur setelah tahu ia berhijab. Cut Mini tak mempermasalahkan penolakan ini. Namun jika masih ada yang bersedia menggunakan jasa aktingnya setelah berhijab, Cut Mini berterima kasih.
Cut Mini tak takut kehilangan pekerjaan atau tawaran peran menjadi sangat terbatas. Apalagi, ia selama ini dikenal senang berburu peran menantang dari guru SD, perempuan gila, hingga muncikari.
Advertisement
Tak Mau Merepotkan
“Enggak apa-apa. Allah sudah memberi saya banyak dan lebih dari cukup kok, termasuk mendapat Piala Citra lewat film Athirah yang tidak pernah saya bayangkan. Kalau memikirkan pekerjaan mah enggak berhenti-berhenti,” Cut Mini menambahkan.
Cut Mini tak memaksa produser film untuk menerima perubahan penampilannya.
“Intinya begini. Kalau ada yang mau saya sangat berterima kasih, saya enggak mau membuat orang lain ribet. Jangan sampai saya merepotkan sistem produksi orang lain,” pungkasnya. (Wayan Diananto)