Liputan6.com, Surabaya - Pemerintah kota (Pemkot) Surabaya, Jawa Timur menyediakan transportasi umum yang berbasis bus rapid transit sejak April 2018. Transportasi umum ini dikenal dengan sebutan Suroboyo bus.
Mengutip laman Surabaya.go,id, Senin (8/7/2019), kehadiran bus ini diharapkan dapat mengurangi angka kecelakaan di jalan raya. Bus ini juga memiliki keunikan tersendiri. Bila bayar angkutan umum pakai uang tunai dan e-money atau uang elektronik, masyarakat dapat membayar dengan sampah.
Masyarakat hanya membayar dengan tiga botol besar air mineral atau lima botol tanggung air mineral atau 10 gelas air mineral yang bisa ditukar dengan satu tiket berdurasi dua jam perjalanan.
Baca Juga
Advertisement
Tak hanya itu, bus ini juga dilengkapi CCTV untuk keamanan. Ada 12 kamera CCTV terpasang di bagian dalam dan tiga kamera CCTV terpasang di bagian luar bus.
Suroboyo bus ini memiliki dua rute yaitu rute utara-selatan dan rute barat-timur. Rute utara-selatan tersebut antara lain Terminal Purabaya-Jalan Rajawali pp) dan rute barat-timur (Unesa Lidah-ITS Sukolilo pp). Adapun bus ini mulai beroperasi pukul 06.00-22.00 WIB.
Bus ini memiliki desain bus yang pendek di bagian pintu masuk sehingga memudahkan penumpang karena sejajar dengan tinggi pedestrian.
Selain itu, bus tersebut juga ramah untuk difabel, lansia dan ibu hamil. Pada bus ini dilengkapi tombol khusus terpasang di dekat pintu masuk dan asisten pengemudi akan membantu penyandang difabel yang ingin masuk dan keluar bus.
Terdapat juga panic button. Jadi dalam kondisi kebakaran atau kecelakaan, pengemudi bus menekan tombol tersebut, alarm akan berbunyi dan pintu bus akan terbuka otomatis.
Nah dalam bus ini juga terdapat bangku warna-warni dan pemisahan area. Bangku dibuat dalam tiga warna yaitu merah muda untuk penumpang perempuan, merah untuk difabel dan lansia, serta orange untuk penumpang umum dan laki-laki.
Bus ini juga terintegritas dengan sistem pengaturan lalu lintas dengan lampu lalu lintas secara otomatis akan beruba menjadi hijau jika bus ini melintas. Pusat kontrolnya ada di Terminal Bratang dan Joyoboyo.
Untuk menambah kenyamanan juga disediakan port usb untuk charge bagi penumpang yang ingin mengisi ulang daya baterai ponselnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
39 Ton Sampah Botol Plastik Bus Suroboyo Laku Dilelang Rp 150 Juta
Sebelumnya, hasil pengumpulan sampah botol plastik Bus Suroboyo, sejak awal beroperasi 2018 hingga Januari 2019 mencapai 39 ton. Sampah itu dilelang oleh pihak Dirjen Kekayaan Negara (DJKN) senilai Rp 150 juta. Hasil penjualan tersebut kemudian masuk dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya.
Plt Kepala Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Kota, Eri Cahyadi mengatakan, pelelangan ini tidak ditangani oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, melainkan diserahkan kepada DJKN.
Lelang tersebut dimenangkan oleh perusahaan pengelola sampah plastik menjadi biji plastik yakni PT Langgeng Jaya Plastindo senilai Rp 150 juta.
"Sistem lelang yang digunakan ini mencari pemenang dengan penawaran tertinggi, waktu itu dibuka dari harga Rp 80 juta," tutur Eri usai melakukan sidak box culvert Banyu Urip, Rabu, 12 Juni 2019.
Eri menjelaskan ini adalah lelang pertama kali dari hasil pendapatan Suroboyo Bus. Alasannya, karena sebelumnya memang belum ditetapkan siapa yang berwenang untuk menangani ini.
"Jadi kita simpan dulu di rumah-rumah kompos dan baru dilelang beberapa waktu lalu setelah semuanya clear," katanya.
Pria yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini menyampaikan, hasil dari lelang Rp 150 juta itu, kemudian dimasukkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Surabaya melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD).
“Dananya masuk ke APBD lalu dicampur. Masuk ke PAD retribusi, atau bisa masuk ke pajak Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atau bisa masuk Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) masuk jadi satu, setelah itu baru dibelanjakan,” ucapnya.
Ia menilai jumlah bus sebanyak 20 unit itu terus mengalami perkembangan minat warga untuk menggunakan alat transportasi ini. Terhitung sejak awal bus tersebut beroperasi sampai pada tahun 2019, jumlah pemasukan botol sampah plastik terus meningkat.
Artinya, semakin banyak minat warga yang menggunakan bus tersebut. Oleh karena itu, Pemkot Surabaya terus mengupayakan pembayaran Suroboyo menggunakan sampah botol plastik. Cara ini dinilai efektif untuk menangani dampak dari sampah plastik itu sendiri.
“Mudah-mudahan masih terus berlaku. Karena botol yang dilakukan untuk tiket bus tersebut digunakan sebagai percontohan sampai internasional,” ujarnya.
Advertisement
Suroboyo Bus Bakal Buka Rute Baru
Sebelumnya, Dinas Perhubungan Kota Surabaya, Jawa Timur, akan menambah rute untuk transportasi massal Suroboyo Bus mulai dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Pakuwon hingga ke Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS).
Kepala Dishub Surabaya Irvan Wahyudrajad mengatakan, penambahan rute Suroboyo Bus tersebut setelah pihaknya akan mendapatkan bantuan dua unit bus dari bank swasta di Surabaya.
"Rute dari Unesa ke ITS nantinya akan lewat jalur tengah, mulai dari Jalan H.R. Muhammad, Mayjen Sungkono, Dr. Soetomo, Raya Darmo, Moestopo hingga ke ITS," katanya di Surabaya, Rabu, 2 Mei 2018, dilansir Antara.
Selain tambahan dua unit bus, Dishub secara bertahap juga akan menambah serta memperbaiki fasilitas halte yang sudah ada. Perbaikan serta pembangunan halte dimulai dengan pembuatan halte keberangkatan di Terminal Purabaya.
"Saat ini sedang kami kerjakan. Nantinya halte di Terminal Purabaya, Suroboyo Bus akan berangkat dari terminal kedatangan bus kota yang sebelumnya berangkat dari pintu keluar," ujarnya.
Sementara itu, jumlah penumpang Suroboyo Bus rata-rata per hari meningkat 15 persen sejak hari pertama diluncurkan 9 April 2018. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan gencarnya sosialisasi kepada warga.
Menurut dia, membentuk masyarakat mau berpindah ke transportasi massal bukan perkara mudah, melainkan butuh waktu.
Keberadaan Suroboyo Bus, kata dia, tentunya tidak hanya mengurangi kemacetan, tetapi juga punya nilai ekonomi kota, yakni berupa keuntungan mengurangi beban jalan berupa kepadatan.
"Kalau jumlah penumpangnya terus bertambah, beban jalan berkurang karena banyak warga yang menggunakan transportasi umum daripada kendaraan pribadi," katanya.