Liputan6.com, Surabaya - Nur Laila dan Nur Laili, dua remaja kembar berusia 15 tahun yang diketahui yatim piatu tersebut hanya bisa pasrah menanggung sakit yang diterimanya selama bertahun-tahun.
Nur Laila dan Nur Laili merupakan anak ke empat dan kelima dari pasangan suami istri almarhum Towi (60) dan almarhumah Supini (56) asal Srengganan Surabaya. Mereka tinggal di sebuah rumah berukuran 3X3 di perkampungan Utara kota Surabaya.
Sulikhah (51), bude yang menemani si kembar yatim piatu itu menceritakan, kedua gadis tersebut sejak awal terlahir dengan kondisi yang normal, bahkan sehat secara jasmani. Namun, menginjak usia ke tujuh bulan terdapat sebuah benjolan di kaki nur Laili.
"Dibawa lah ke tukang pijat, dibawa ke kiai katanya kena di kamar mandi. Pernah juga dibawa ke dokter spesialis anak katanya gejala ginjal. Diperiksa juga ke dokter di salah satu RS, katanya juga tidak ada penyakitnya. Saya bingung anak ini punya penyakit apa," cerita Solikhah, seperti dikutip Selasa (9/7/2019).
Baca Juga
Advertisement
Tak berhenti di situ, si kembar juga pernah diperiksa ke puskesmas setempat, tapi tetap tidak ada hasil. Terakhir, ibu dan bibinya lantas membawa si kembar ke RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
"Hampir setiap hari, ini (seraya menunjuk si kembar) saya bawa kesana untuk periksa pendengaran, saya tanya ke dokter, dia punya penyakit apa ya dok?, Setelah diperiksa pendengaran ternyata normal," katanya.
Besoknya ia diminta kembali lagi ke RSUD Dr Soetomo untuk dilakukan rekaman otak. Terhitung, ia hampir sebulan terus mendatangi RSUD untuk membawa Nur Laila dan Nur Laili, remaja kembar untuk diperiksa.
"Setelah sebulan, ternyata urat di kakinya melungker. Dokter minta agar anak ini dilakukan operasi kecil. Kami enggak apa-apa yang penting anak ini sembuh. Bahkan, si kembar sampai ngamar selama dua bulan di RS," ujar dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Bolak-Balik RS
Pasca dua bulan, ternyata tulang yang ada di kakinya tak bisa menyatu setelah menggunakan alat bantu.
Akhirnya, si kembar diminta untuk pulang dengan catatan tetap melakukan kontrol, terapi, poli gizi, tumbuh kembang hingga terapi bicara.
"Sudah empat tahun, kami bolak balik ke RS untuk memeriksakan anak ini. Tapi sampai sekarang kami belum tahu penyakit nya apa dan bagaimana cara menyembuhkannya," tambah Sulikhah.
Keseharian Nur Laili dan Nur Laila hanya bisa terbaring di kasur dan lantai. Kini, ia menginjak usia 15 tahun.
Selain tidak bisa duduk, mereka berdua juga tuna wicara. Mereka berdua hanya bisa merengek di kala lapar, bibi-nya pun kian pesimistis di saat ibunya meninggal kurang lebih empat tahun yang lalu, yang kemudian disusul oleh ayahnya.
"Entah, uang saya sudah habis semua untuk pengobatan anak ini. Saya hanya seorang penjual kerupuk untuk mencukupi makan sehari-hari," kata dia.
Sulikhah pun nampak tak kuasa menahan tangis saat sekelompok pemuda memberikan bantuan berupa uang terhadap ponakannya yakni
"Terima kasih nak, sudah membantu keponakan kami. Semoga dibalas oleh Allah SWT," ungkap Sulikhah kepada sekelompok pemuda (Pejah).
Advertisement